Author
: Yeonhwa
Cast
: Min Yoongi (Suga BTS), Jung Hana (OC), Min Hyunsik (OC)
Genre
: Marriage life, Fluff (little)
Rated
: G
Lenght
: Ficlet
Disclaimare
: Suga and other BTS member belongs to God, but storyline and OC belongs to me.
Sorry
for typo and I hate plagiarism so don’t copy paste!
Happy
reading ^^
===000===
Hana POV
“Hana-ya, sudah siap
belum?” teriak Yoongi dari dapur.
“Sebentar lagi!”
jawabku. Aku merapikan make up-ku, memberikan polesan tipis pada bibirku dan sebagai sentuhan akhir ku rapikan
lagi rambutku.
“Aigoo! Kau mau pergi ke dokter apa
kencan sih?” ucapnya ketika melihatku keluar dari kamar.
“Bukankah kau
sendiri suka melihatku cantik seperti ini?”
“Ck, tapi tetap
saja,” dia berjalan acuh meninggalkanku yang sedang menenggak kapsul vitamin
yang dia siapkan.
Ku gerakkan ekor
mataku melirik Yoongi yang sedang membujuk jagoan kami. Dia terus ngambek tidak
mau diajak ikut menemaniku memeriksakan calon adiknya ke dokter. Ku dekati pria kecilku itu,
pelan-pelan ku elus kepalanya. Bibirnya terus dia manyunkan, wajahnya dia tekuk,
bahkan pandangannya tak sedikitpun beralih dari mainan yang menjadi pelarian bad mood-nya.
“Hei, Hyunsik
sedang main apa?” tanyaku. Dia terdiam tak menggubrisku.
“HYUN-!” segera
ku raih tangannya, ku gelengkan kepalaku. “Baiklah, aku tunggu di mobil.” Syukurlah,
emosinya berhasil diredam.
“Hyunsik kan
pingin punya adik, nah Eomma mau
melihat adik bayi yang ada di perut ini,” ku raih tangan mungilnya. Ku
tempelkan telapak tangannya ke perutku yang sudah membesar ini. “Ah!” aku
mengaduh, rupanya calon bayiku ini
senang disapa oleh kakaknya.
“Eomma sakit?” tanyanya melihatku
meringis tadi.
“Tidak apa-apa
sayang, adik bayi ingin bermain denganmu rupanya.”
“Hei adik bayi,
jangan nakal!” dia menggerakkan tangannya, menyatukan ibu jari dan telunjuknya, seolah dia
akan menyentil adiknya yang dia anggap nakal ini.
“Adik bayi tidak
nakal sayang, dia hanya ingin bermain denganmu.” Jelasku. Hyunsik terdiam,
menatapku, “Apa Hyunsik ingin melihat adik bayi di perut Eomma?”
“Memangnya bisa?” dia
mendekatkan kepalanya ke perutku,
mencari cara agar bisa melihat adiknya ini.
“Bisa sayang,
tapi kita harus meminta bantuan dokter. Dokter punya teropongnya, supaya Hyunsk bisa melihat adik bayi di dalam
perut Eomma.”
“Ah~, ayo Eomma kita ke dokter, Hyunsik mau pinjam
teropongnya supaya Hyunsik bisa melihat adik bayi.” Dengan semangat dia menarik
tanganku agar bergegas pergi.
Aku mengulum
senyum ketika melihat Yoongi yang sudah siap di dalam mobil. Mimik wajahnya mengatakan, kau apakan dia?.
“Sudah ku bujuk
dia, sepertinya mood-nya sudah membaik.”
Ucapku seraya memasangkan sit belt pada Hyunsik.
“Appa ayo ke tempat dokter, Hyunsik ingin
meminjam teropong untuk melihat adik bayi,” celotehnya.
“Oke! Kita
berangkat sekarang!” ucap Yoongi tak kalah semangat. Kakinya lantas menekan
pedal gas.
===000===
“Nyonya Jung
Hana!” panggil perawat.
“Ya!” aku
melangkahkan kakiku mengekor perawat yang memanggilku tadi, begitu pun dengan dua lelakiku, mereka turut
mengekor di belakangku.
Balutan Shygmomanometer membungkus lenganku,
tangan perawat itu menekan pemompa gas dan jarumnya bergerak naik.
“Bagaimana?”
tanyaku.
“Tekanan darah Nyonya sedikit rendah,
sembilan puluh per enam puluh, apa akhir-akhir ini Nyonya sering merasa
lemas?” tanyanya.
“Em,” anggukku,
“bahkan aku juga sering merasakan pusing.”
“Apa tidak
apa-apa?” Yoongi turut bertanya.
“Tidak apa-apa
tuan, nyonya
hanya perlu istirahat dan makan yang cukup.” Jelas perawat itu. Kemudian dia mengarahkan kami
untuk memasuki ruang pemeriksaan.
“Bagaimana kabar anda Nyonya?” sapa dokter.
“Sehat dok, hanya saja kalau kecapaian saya merasa pusing,” jawabku.
“Mual-muntahnya?”
“Sudah tidak terasa lagi,” ku lirik Yoongi yang bernafas lega mendengar
jawabanku. Maklum akhir-akhir ini dia memang jarang di rumah, jadi wajar kalau dia
selalu was-was jika menyangkut kesehatanku.
“Silahkan Nyonya,” seorang perawat menuntunku menuju bed pemeriksaan. Sementara Yoongi dan dokter masih berbicang,
mungkin dia sedang diberi penjelasan mengenai perkembangan kandunganku.
“Nah, lihat tuan, ini bayinya,” ucap dokter sambil menggerakkan Transducer USG, “Eum, ini dia kepalanya,”
Aku, Yoongi dan tentunya Hyunsik, kami sangat antusias melihat monitor USG,
“Appa, apa itu adik bayi?” mulut
kecil jagoan kami mulai bersuara. Ku lirik dia, matanya masih terfokus pada
layar elektronik di hadapannya, mulutnya menganga, dan sesekali dia
menganggukan kepalanya.
“Ini adik bayinya sayang,” ucap dokter sambil tersenyum ke arah Hyunsik. “Nah,
sepertinya kau mau jadi Oppa,”
“Oppa?” Hyunsik balik bertanya
pada Yoongi.
“Adik bayinya perempuan sayang,” jawab Yoongi, “Hai adik bayi, ini Oppa.” Yoongi mengarahkan tangan
Hyunsik, bermaksud menyapa calon adiknya.
“Tapi Appa, Hyunsik tidak mau adik perempuan, Hyunsik mau adik lak-laki,”
pernyataannya itu sungguh membuat kami yang ada disini tertawa gemas.
===000===
Selesai dengan pemeriksaan dan mendapatkan obat, segera kami menuju salah
satu kedai ramyun kesukaan Hyunsik. Sengaja acara kali ini selain memeriksakan
kandunganku, kami juga berencana makan malam di luar, mumpung Yoongi tidak
sibuk.
Semangkuk ramyun sudah tersaji di hadapan Hyunsik. tangan Yoongi terulur
untuk membantu Hyunsik menyuapkan helaian mie ke mulutnya. Mulutnya asik mengunyah,
namun wajahnya seperti orang kesal.
“Hyunsik mau nambah lagi?” tawarku setelah melihat makuk ramyunnya kosong.
“Appa, Hyunsik mau es krim,” dia
merengek ke Appa-nya yang sedang sibuk
makan.
“Sama Eomma saja ya, Hyunsik mau
es krim rasa apa?” aku mengulurkan tanganku hendak menggandengnya, namun dengan
segera dia berpaling menggelayut manja pada Appa-nya.
“Appa, ayo~,” rengeknya.
“Sama Eomma dulu ya, Appa harus menghabiskan makanan Appa dulu,”
“Tidak mau! Ayo Appa~,”
“Kenapa? Ayo, adik bayi juga ingin mekan es krim lho,” bujukku.
“Tidak mau! Hyunsik tidak mau sama adik bayi!”
“Baiklah, baiklah, tunggu sebentar,” Yoongi menyegerakan acara makannya,
dia lantas menenggak segelas air begitu kunyahan terakhirnya selesai. “Ayo!”
tangannya terulur menggendong Hyunsik, dan dengan nyamannya jagoaku itu
bersandar pada dada Appa-nya. Sepertinya
mood-nya kembali jelek.
Satu cup es krim rasa coklat sudah didapat, bocah itu akhirnya terdiam dari
rengekannya. Kami berempat kembali berkeliling, sekalian mampir ke toko
peralatan bayi, membeli keperluan calon adik Hyunsik.
“Hyunsik kenapa diam saja?” tanya Yoongi memecah keheningan. Memang sepulang
dari klinik, wajah anakku yang satu ini terus ditekuk, dia bahkan mengabaikanku
dan adiknya ini.
“Appa, Hyunsik tidak mau adik
perempuan,” kambali dia mengutarakan penolakan kehadiran adik prempuannya ini.
“Kenapa?” tanyaku.
“Tidak seru!”
“Lho kenapa? Kan kalian bisa bermain bersama,” jelasku.
“Tidak! Tidak mau!”
“Memangnya kalau adik Hyunsik perempuan kenapa? Kenapa tidak seru?” tanya
Yoongi sambil melirik Hyunsik dari pantulan rare-vision
mirror.
“Kalau perempuan kan tidak bisa main robot-robotan, tidak bisa main sepak
bola, terus Hyusik main sama siapa?” rajuknya. Oh, jadi itu yang dia rasakan,
sampai-sampai mukanya terus ditekuk sepanjang hari.
“Kan Hyunsik bisa main sama Appa.”
Ucap Yoongi penuh kesabaran,pelan-pelan dia terus memberikan pengerian pada
jagoanku ini.
“Kalau adik bayinya laki-laki, lalu Eomma
mau main sama siapa di rumah?” tanyaku. Hyunsik menoleh kearahku, matanya
mengerjap seolah berpikir mengenai ucapanku barusan.
“Iya ya, nanti Eomma sendirian di
rumah, tidak ada yang menemani Eomma,”
angguk putraku.
Ku usap kepala jagoanku, dia pun tersenyum. Tapi sayang senyumnya hanya
sebentar, wajahnya kemudian kembali ditekuk. “Tapi tetap saja, kalau Appa pergi tidak ada yang bisa diajak
bermain!” Heol, anak ini benar-benar.
“Sudah, sudah, nanti Appa akan bermain
dengan Hyunsik sepuas yang Hyunsik mau, jangan ngambek lagi ya,”
Ku lihat putraku itu mengangguk tanda setuju. Ku condongkan tubuhku
mendekat ke telinga Yoongi dan berbisik, “Yakin kali ini kau mau bermain
bersamanya? Memangnya sekarang kau sedang free?”
“Jangankan bermain dengannya, bermain denganmu pun aku sanggup.” Balasnya.
Sialan kau Min Yoongi!
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar