Author
: Yeonhwa
Cast :
Min Yoongi (Suga BTS), Jung Hana (OC)
Genre :
Marriage life, Fluff (little)
Rated :
G
Lenght
: Ficlet
Disclaimare
: Suga and other BTS member belongs to God, but storyline and OC belongs to me.
Sorry for
typo and I hate plagiarism so don’t copy paste!
Happy
reading ^^
Yoongi POV
“Aku pergi dulu.”
Ku kecup kening istriku sebelum kakiku melangkah pergi meninggalkannya untuk
mencari lembaran won demi menopang hidup kami.
“Hati-hati, jangan
pulang larut, jangan lupa makan!” ucapnya dari depan pintu. Aku mengacungkan
ibu jari tangan kiriku sebagai jawaban atas perintah-perintahnya itu. Ku injak
pedal gas, kemudian melesat menuju tempat kerjaku.
===000===
Hana POV
Kini hanya aku di
rumah, sendirian. Kehamilanku yang sudah memasuki usia empat puluh minggu
membuatku terpaksa harus berdiam diri di rumah. Selalu siaga kalau-kalau
putriku ini ingin segera keluar melihat dunia.
“Aw,” ku elus
perutku yang kini terasa begitu kencang. Memang sejak semalam perutku terasa
begitu kencang, bahkan diselingi dengan rasa mulas. Dan ini, sudah kesekian
kalinya aku bolak-balik ke kamar mandi untuk sekedar buang air kecil dan buang
air besar.
“Sepertinya sudah
semakit dekat,” aku memutuskan untuk menyiapkan beberapa pakaian bayi dan juga
pakaianku sendiri, ku masukkan ke dalam tas pakaian, dan juga keperluan-keperluan
lainnya seperti maternity pads,
popok, botol susu, dan keperluan mandi kami, ku siapkan dan ku tata rapi di
dalam tas.
“Kau sudah tak
sabar ingin bertemu dengan Eomma ya?”
aku berbicara dengan makhluk yang sekarang sedang menekan-nekan bagian bawah
perutku. Nyeri memang, tapi itulah nikmat tersendiri bagi seorang wanita.
Merasakan sakit yang luar biasa demi kehadiran buah cintanya.
===000===
Jarum jam terus
berputar. Aku hanya bisa terdiam, duduk diatas sofa sambil menikmati drama yang
terputar di layar kaca. Tugasku hari ini benar-benar ringan, aku tidak perlu
memasak, tidak perlu menjemput Hyunsik, cukup membereskan rumah dan masalah
cucian? Aku meminta tolong pada jasa laundry
yang letaknya tak jauh dari rumah. Hari ini aku benar-benar fokus pada putriku.
TING TONG...!
Suara bel pintu
membuatku terpaksa bergerak untuk mengetahui siapa yang menekannya.
“Hana-ya!”
seseorang dengan riangnya menyapaku.
“Oh, Junmi-ya!” aku
menghambur memeluk sahabatku yang satu ini. Dia memang berjanji untuk
mengunjungiku hari ini. Aku sendiri yang meminta tolong padanya jauh-jauh hari
untuk datang ke rumah. Aku ingin meringankan kekhawatiranku sebelum menghadapi
persalinan. Karena itulah aku memilih Junmi, mengingat dia sudah memiliki dua
anak, aku rasa dia bisa menjadi tempatku berbagi.
Obrolan kami terus
berlanjut, sambil sesekali kami saling melempar canda dan berbagi tawa.
Bercerita tentang kehidupan masing-masing, berkisah tentang hal konyol yang
benar-benar membuat kami bisa tertawa lepas.
“Aw! Junmi-ya, aku
ke toliet dulu ya,” ucapku sambil melangkah pergi memenuhi hajatku.
“Lagi? Kau mulas
lagi?” tanyanya setelah aku selesai dengan hajatku.
“Eum,” aku
mengangguk.
“Dengarkan aku.”
Dia menggeser tubuhnya menjadi menghadapku, raut mukanya berubah menjadi
serius, “Usia kehamilanmu sudah memasukki usia yang pas untuk melahirkan, dan
aku rasa mulas-mulas yang kau rasakan itu adalah tanda bahwa kau akan
melahirkan. Kau harus ingat, kalau kau sudah mengeluarkan bercak berwarna merah
dan disertai lendir kau harus siaga, benar-benar siaga, apa lagi kalau rasa mulasmu
sudah terasa sering, selama sepuluh menit kau merasa mulasmu semakin menjadi
dan pinggulmu juga terasa begitu sakit, kau harus segera ke Rumah Sakit,
mengerti?”
“Eum,” aku
mengangguk mantap. Penjalasan Junmi benar-benar membantu. Kehamilanku yang
kedua ini berbeda dengan yang pertama. Dulu sewaktu aku melahirkan Hyunsik,
tidak ada tanda apapun, tahu-tahu ketubanku sudah pecah dan aku segera
dilarikan ke Rumah Sakit oleh Yoonri.
===000===
Yoongi POV
Beruntung, hari ini
aku bisa pulang lebih awal. Bisa menikmati makan malam dengan istri dan anakku
serta menemani jagoanku bermain, adalah hal begitu berharga bagiku, mengingat
kesibukanku yang luar biasa, ditambah dengan beberapa lagu yang harus ku garap.
“Appa, yang ini bagaimana?” Hyunsik
memberiku beberapa potongan lego. Dia sangat senang bermain lego, sama
sepertiku waktu kecil, dan aku rasa permainan ini benar-benar mendidik,
mengasah kemampuan motoriknya yang sedang berkembang pesat.
Ku lihat istriku
yang masih berkutat di dapur, menyelesaikan pekerjaannya, membersihkan perkakas
yang kami gunakan untuk makan malam tadi. Sesekali kulihat dia menghentikan
aktivitasnya seraya memejamkan mata dan mengela nafas panjang.
Ku ayunkan kakiku
menghampirinya setelah rangkaian lego yang Hyunsik berikan tersusun sempurna.
“Kau kenapa?”
“Tidak apa-apa,”
jawabnya lalu tersenyum, berusaha menutupi rasa sakitnya.
“Hei, putri Appa jangan nakal sama Eomma ya, kasihan Eomma kesakitan,” ku kecup perut buncitnya itu. Dia lantas kembali
tersenyum.
“APPA!” jagoanku kembali memanggilku.
Beginilah aku jika sudah di rumah, harus ekstra sabar dan harus bisa membagi
waktuku, agar aku bisa menemani dua orang kesayanganku.
“Ada apa sayang?”
tanyaku. Tapi yang kutanyai malah sibuk dengan aktivitas mewarnainya.
“Appa ini buah apa?” dia menunjuk pada
salah satu gambar dari buku mewarnainya.
“Ini buah apel,
kalau yang ini jeruk.” Jelasku, “Buah Apel warnanya merah sayang, kalau Jeruk
waranya orange,” aku mengambilkan crayon sesuai dengan warna yang ku sebutkan
tadi, lantas memberikan contoh pada Hyunsik.
“Yoongi-ya, aku ke
kamar dulu,” Hana pamit seusai meletakkan secangkir teh hangat dan susu untukku
dan Hyunsik.
“Eum, kau istirahat
saja,” aku merasa kali ini Hana-ku benar-benar merasa kesakitan, wajahnya
sedikit pucat dan keringatnya bercucuran.
Cukup lama aku
bermain dengan Hyunsik, hingga aku hampir saja melupakan istriku yang sedang
istirahat di kamar. “Sayang, Appa mau
melihat Eomma sebentar ya, Hyunsik
main sendiri dulu hm,” aku mengusap pucuk kepala anakku.
Ku lihat Hana
sedang terduduk sambil menahan sakit di tepi ranjang. Beberapa tas besar yang
berisi pakaian juga tergeletak di sampingnya.
“Kau kenapa? Apa
sekarang sudah saatnya?” tanyaku sambil mengusap peluh yang menetes di dahinya.
“Aku rasa sekarang,
aku, huuh~, bawa aku ke Rumah Sakit Yoonhh, Huuhh~,” ucapnya terputus-putus
dengan nafas yang tersengal-sengal.
“AKU PULANG!” aku
mendengar suara Yoonri.
“Yoonri-ya, tolong
jaga Hyunsik ya, oh ya bantu aku membawakan tas-tas itu,” segera aku memberikan
komando pada adikku yang sementara ini menginap di rumahku karena kondisi
istriku.
“Oh, i-iya,” dia
terdiam sesaat melihat kondisiku yang begitu panik dan juga Hana yang sudah
memucat.
“Yoonri-ya!”
teriakku dari luar.
“Ini!” Yoonri
menyodorkan tas-tas yang tadi tergeletak di kamar.
“Aku pergi dulu,
tolong jaga-“
“APPA~, hiks,” oh tidak! Sepertinya
Hyunsik tidak bisa ku tinggal sendirian. Ku lihat dia yang sedang berdiri di
teras sambil menyeka air matanya.
“Kau ikut saja
denganku, bawa Hyunsik kemari!” lagi, aku menyuruh Yoonri. Setelah semuanya
masuk ke mobil dan kondisi rumah sudah aman, segera ku injak pedal gas
dalam-dalam, membawa istriku yang sedang berusaha menahan sakit ini ke Rumah
Sakit terdekat.
===000===
Aku duduk di ruang
tunggu dengan perasaan yang campur aduk. Tetapi rasa cemas dan takut lebih
mendominasiku saat ini. Bahkan Hyunsik ku abaikan untuk saat ini. Perhatianku
benar-benar terfokus pada istriku yang sedang berjuang di dalam sana.
“Tuan Min Yoongi?”
seorang perawat keluar dari kamar observasi.
“Ya saya sendiri,
ada apa?”
“Tuan silahkan
masuk ke dalam, istri anda butuh perhatian dan dukungan dari anda saat ini,” perawat
itu mempersilahkanku untuk menemani Hana.
Oh Tuhan, rasanya
aku ingin menangis. Dia begitu pucat. Peluhnya terus mengalir membuat bajunya
basah seketika.
“Kau mau ganti
baju?” tawarku melihat bajunya yang sudah basah kuyup karena keringat.
“Eum, tolong
ambilkan dan bantu aku.” Dia berusaha untuk duduk, dan aku pun membantunya.
“Apa masih lama?”
aku menyisir anak rambutnya yang menghalangi wajah cantiknya.
“Kata perawat tadi,
masih pembukaan lima, dan itu artinya tidak lama lagi. Eum, Yoon, bisakah kau
ikatkan rambutku,”
Aku yang masih
terperangah melihat betapa kuatnya dirinya itu, kemudian tersadar, “Nde,” dengan telaten ku ikat surai
coklat istriku agar tidak membuatnya gerah.
“Yoonhh!” seketika
dia menggenggam tangnaku kuat sekali, refleks, akupun menggenggam tanganku tak
kalah kuat.
“Sakitkah?”
“Yoonh!” dia hanya
bisa memanggil namaku. Sadar akan rasa sakitnya itu, ku tekan tombol emergency yang terpasang di dinding
belakang Bed pasien yang sedang
digunakan oleh istriku. Ku ciumi punggung tangannya, ku usap-usap, bahkan
keningnya tak luput dari kecupanku. Aku hanya bisa melakukan hal ini, aku tak
bisa menghilangkan rasa sakit yang sedang kau rasakan Hana-ya.
“Bersabarlah
sebentar sayang,” ku kecup keningnya, dan tak beberapa lama perawat datang, dia
segera memeriksa kondisi jalan lahir yang akan dilalui putri kami.
“Tuan bisa menunggunya
di luar,” perawat itu menyuruhku pergi lalu memanggil dokter serta bebrapa
orang perawat lainnya.
“Tolong istri
saya,” aku memohon pada perawat itu, “Aku menunggumu di luar, kau harus kuat,
kau pasti bisa, aku menyayangimu.” Ku cium kening, pipi, dan berakhir di
bibirnya yang memucat itu. sekedar memberinya kekuatan sebelum aku harus
meninggalkannya untuk berjuang sendirian.
“Oh, Yoongi-ya,
bagaimana keadaan Hana?” tanya Junmi yang entah sejak kapan sudah berada di
Rumah Sakit.
“Dia sedang
berjuang di dalam sana,” aku terduduk lemas. Ku lihat Hyunsik yang sedang sibuk
bermain dengan Taya, anak pertama Junmi.
“Hyung!” Namjoon datang diikuti dengan
Seokjin Hyung di belakangnya.
“Semuanya akan
baik-baik saja, minumlah,” Seokjin Hyung
menyodorkan sekaleng kopi untukku.
“Terimakasih,”
ucapku lantas meneguknya.
“Oh Namjoon Oppa, Seokjin Oppa, kapan kalian datang?” Yoonri datang menghampiri kami dengan
beberapa susu kotak serta camilan untuk jagoanku dan juga Taya.
“Tadi, baru saja.
Yoongi yang mengirimiku pesan.” Jawab Seokjin Oppa.
“Oooh. Oh ya Eonni, terimakasih kau sudah datang. Aku
tak tahu harus bagaimana. Untung saja Eonni
tadi menelepon.” Aku melirik sekilas ke
arah Yoonri, dan yah, sekarang aku tahu kenapa mereka semua berkumpul di sini.
Waktu berjalan
sangat lambat, aku berkali-kali mengubah posisiku. Duduk-berdiri-berjalan,
begitu seterusnya.
“Ha~” aku mengusap
kasar wajahku, berusaha menghalau rasa khawatir yang merasukiku.
“YOONGIIIII...!”
aku mendengar teriakan Hana dari sini, dan sedetik kemudian suara tangisan bayi
terdengar.
“Ha~” kali ini
helaan nafas lega yang aku hembuskan.
“Selamat Hyung,” Namjoon menepuk pundakku, dan
Seokjin Hyung yang kemudian tersenyum
padaku.
“Oppa?” Yoonri terbangun dari duduknya
dan menatapku. Aku mengangguk.
“Sayang! Kau
sekarang menjadi seorang kakak,” aku mencium Hyunsik yang tertidur digendongan
Yoonri.
“Yoongi-ya,
selamat!” Junmi menyalamiku, sambil memangku Taya yang juga sudah terlelap.
“Terimakasih,” aku
tersenyum.
“Tuan Min Yoongi
masuklah,” seorang perawat membukakan pintu kamar untukku.
Ku ayunkan kakiku,
dadaku bergemuruh, detak jantungku benar-benar kehilangan ritme normalnya. Ku
buka korden yang membatasi ruangan ini.
“Hana-ya, sayang,”
ku usap pucuk kepalanya, ku cium keningnya.
“Yoongi, anak kita
sudah lahir,” dia tersenyum ke arah ku.
“Terimakasih,” CUP
ku cium punggung tangannya. “Terimakasih karena kau telah berjuang demi putri
kita.” CUP, kembali aku menciumnya. Dia tersenyum bahagia. Tuhan, terimakasih
Kau telah menguatkan istriku ini.
“Oppa!” Yoonri memasukki kamar dengan
menggendong putri kecilku.
“Hyung, anakmu cantik seperti ibunya,”
ucap Namjoon yang sedang menggendong Hyunsik.
“Kemarikan!” aku
berusaha untuk menggendong putriku yang mungil ini. “Cantik, seperti Eomma,” gumamku.
“Aku ingin
melihatnya Yoon,” pinta Hana.
Ku dekatkan putriku
ini pada Ibunya, dan sejenak ku amati wajahnya. Pipinya gembul seperti Hana,
dagunya mirip dengan Hana, matanya dan bibirnya mirip denganku.
“Hai cantik, selamat
datang Min Hyunmi,”
“Eh?” Hana
menatapku ketika aku mengucapkan sebuah nama.
“Iya, aku akan
menamainya Hyunmi, kelak dia akan tumbuh menjadi gadis yang cantik dan bijak.”
Ucapku.
“Hai, Hyunmi-ya!”
Hana memanggil putri kecil kami yang masih terpejam, lalu dia menciumnya.
CUP
Ku cium putriku dan
Hana bergantian. Terima kasih Tuhan, Kau telah menyempurnakan keluarga kecilku.
END
Akhirnya FF ini benar-benar end. Berakhir sudah FF Min’s
Famiily Srories untuk kali ini.
Author ingin meminta maaf karena belum bisa kasih cerita
yang benar-benar baik dan menghibur bagi kalian. Author masih belum bisa
menulis dengan baik dan benar sehingga masih banyak typo yang menganggu kalian
saat membaca.
Author harap ke depan kalian bisa lebih aktif lagi dengan
memberikan komentar-komentar yang membangun serta vote dan juga please, jangan
cuman komen “next thor” atau “next min”. Author ini bukan super hero yang demen
bawa palu apa lagi mimin yang tugasnya jaga lapak. Tolong kasih saran dan
kritik, supaya bisa menjadi lebih baik lagi.
See you di MFS seasson 2 ya, :*
Semangat kak nulisnya. Aku selalu ngikutin blog ini. Maaf kalau jarang komen, tolong tetep lanjut ff yoongi hana
BalasHapusHai Chalista!
Hapusmaaf baru semper bales komen kamu, makasih bgt ya, uda baca cerita-cerita ficti abal-abal di blog ini.
Tenang aja, insya Alloh bakalan aku lanjutin kok...tunggu ya,
Aku selalu ngikutin MFS aku suka ff nya.Feel nya jugak dapet.Semangat buat nulisnya author.Aku tunggu MFS season 2 ya
BalasHapusHai Fadia!
HapusMaaf baru balas komenmu,
makasih bgt uda baca, ditunggu seasson 2-nya ya.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus