Rabu, 27 Juli 2016

FF BTS ll HELLO PRINCESS (Last story)



Hasil gambar untuk korean baby newborn


Author : Yeonhwa
Cast : Min Yoongi (Suga BTS), Jung Hana (OC)
Genre : Marriage life, Fluff (little)
Rated : G
Lenght : Ficlet
Disclaimare : Suga and other BTS member belongs to God, but storyline and OC belongs to me.
Sorry for typo and I hate plagiarism so don’t copy paste!
Happy reading ^^


Yoongi POV

“Aku pergi dulu.” Ku kecup kening istriku sebelum kakiku melangkah pergi meninggalkannya untuk mencari lembaran won demi menopang hidup kami.

“Hati-hati, jangan pulang larut, jangan lupa makan!” ucapnya dari depan pintu. Aku mengacungkan ibu jari tangan kiriku sebagai jawaban atas perintah-perintahnya itu. Ku injak pedal gas, kemudian melesat menuju tempat kerjaku.

===000===

Hana POV

Kini hanya aku di rumah, sendirian. Kehamilanku yang sudah memasuki usia empat puluh minggu membuatku terpaksa harus berdiam diri di rumah. Selalu siaga kalau-kalau putriku ini ingin segera keluar melihat dunia.

“Aw,” ku elus perutku yang kini terasa begitu kencang. Memang sejak semalam perutku terasa begitu kencang, bahkan diselingi dengan rasa mulas. Dan ini, sudah kesekian kalinya aku bolak-balik ke kamar mandi untuk sekedar buang air kecil dan buang air besar. 

“Sepertinya sudah semakit dekat,” aku memutuskan untuk menyiapkan beberapa pakaian bayi dan juga pakaianku sendiri, ku masukkan ke dalam tas pakaian, dan juga keperluan-keperluan lainnya seperti maternity pads, popok, botol susu, dan keperluan mandi kami, ku siapkan dan ku tata rapi di dalam tas.

“Kau sudah tak sabar ingin bertemu dengan Eomma ya?” aku berbicara dengan makhluk yang sekarang sedang menekan-nekan bagian bawah perutku. Nyeri memang, tapi itulah nikmat tersendiri bagi seorang wanita. Merasakan sakit yang luar biasa demi kehadiran buah cintanya.

===000===

Jarum jam terus berputar. Aku hanya bisa terdiam, duduk diatas sofa sambil menikmati drama yang terputar di layar kaca. Tugasku hari ini benar-benar ringan, aku tidak perlu memasak, tidak perlu menjemput Hyunsik, cukup membereskan rumah dan masalah cucian? Aku meminta tolong pada jasa laundry yang letaknya tak jauh dari rumah. Hari ini aku benar-benar fokus pada putriku.

TING TONG...!

Suara bel pintu membuatku terpaksa bergerak untuk mengetahui siapa yang menekannya.

“Hana-ya!” seseorang dengan riangnya menyapaku.

“Oh, Junmi-ya!” aku menghambur memeluk sahabatku yang satu ini. Dia memang berjanji untuk mengunjungiku hari ini. Aku sendiri yang meminta tolong padanya jauh-jauh hari untuk datang ke rumah. Aku ingin meringankan kekhawatiranku sebelum menghadapi persalinan. Karena itulah aku memilih Junmi, mengingat dia sudah memiliki dua anak, aku rasa dia bisa menjadi tempatku berbagi.
Obrolan kami terus berlanjut, sambil sesekali kami saling melempar canda dan berbagi tawa. Bercerita tentang kehidupan masing-masing, berkisah tentang hal konyol yang benar-benar membuat kami bisa tertawa lepas.

“Aw! Junmi-ya, aku ke toliet dulu ya,” ucapku sambil melangkah pergi memenuhi hajatku. 

“Lagi? Kau mulas lagi?” tanyanya setelah aku selesai dengan hajatku.

“Eum,” aku mengangguk.

“Dengarkan aku.” Dia menggeser tubuhnya menjadi menghadapku, raut mukanya berubah menjadi serius, “Usia kehamilanmu sudah memasukki usia yang pas untuk melahirkan, dan aku rasa mulas-mulas yang kau rasakan itu adalah tanda bahwa kau akan melahirkan. Kau harus ingat, kalau kau sudah mengeluarkan bercak berwarna merah dan disertai lendir kau harus siaga, benar-benar siaga, apa lagi kalau rasa mulasmu sudah terasa sering, selama sepuluh menit kau merasa mulasmu semakin menjadi dan pinggulmu juga terasa begitu sakit, kau harus segera ke Rumah Sakit, mengerti?”

“Eum,” aku mengangguk mantap. Penjalasan Junmi benar-benar membantu. Kehamilanku yang kedua ini berbeda dengan yang pertama. Dulu sewaktu aku melahirkan Hyunsik, tidak ada tanda apapun, tahu-tahu ketubanku sudah pecah dan aku segera dilarikan ke Rumah Sakit oleh Yoonri.

===000===

Yoongi POV

Beruntung, hari ini aku bisa pulang lebih awal. Bisa menikmati makan malam dengan istri dan anakku serta menemani jagoanku bermain, adalah hal begitu berharga bagiku, mengingat kesibukanku yang luar biasa, ditambah dengan beberapa lagu yang harus ku garap.

Appa, yang ini bagaimana?” Hyunsik memberiku beberapa potongan lego. Dia sangat senang bermain lego, sama sepertiku waktu kecil, dan aku rasa permainan ini benar-benar mendidik, mengasah kemampuan motoriknya yang sedang berkembang pesat.

Ku lihat istriku yang masih berkutat di dapur, menyelesaikan pekerjaannya, membersihkan perkakas yang kami gunakan untuk makan malam tadi. Sesekali kulihat dia menghentikan aktivitasnya seraya memejamkan mata dan mengela nafas panjang.

Ku ayunkan kakiku menghampirinya setelah rangkaian lego yang Hyunsik berikan tersusun sempurna.

“Kau kenapa?” 

“Tidak apa-apa,” jawabnya lalu tersenyum, berusaha menutupi rasa sakitnya.

“Hei, putri Appa jangan nakal sama Eomma ya, kasihan Eomma kesakitan,” ku kecup perut buncitnya itu. Dia lantas kembali tersenyum.

APPA!” jagoanku kembali memanggilku. Beginilah aku jika sudah di rumah, harus ekstra sabar dan harus bisa membagi waktuku, agar aku bisa menemani dua orang kesayanganku.

“Ada apa sayang?” tanyaku. Tapi yang kutanyai malah sibuk dengan aktivitas mewarnainya.

Appa ini buah apa?” dia menunjuk pada salah satu gambar dari buku mewarnainya.

“Ini buah apel, kalau yang ini jeruk.” Jelasku, “Buah Apel warnanya merah sayang, kalau Jeruk waranya orange,” aku mengambilkan crayon sesuai dengan warna yang ku sebutkan tadi, lantas memberikan contoh pada Hyunsik.

“Yoongi-ya, aku ke kamar dulu,” Hana pamit seusai meletakkan secangkir teh hangat dan susu untukku dan Hyunsik.

“Eum, kau istirahat saja,” aku merasa kali ini Hana-ku benar-benar merasa kesakitan, wajahnya sedikit pucat dan keringatnya bercucuran.

Cukup lama aku bermain dengan Hyunsik, hingga aku hampir saja melupakan istriku yang sedang istirahat di kamar. “Sayang, Appa mau melihat Eomma sebentar ya, Hyunsik main sendiri dulu hm,” aku mengusap pucuk kepala anakku.

Ku lihat Hana sedang terduduk sambil menahan sakit di tepi ranjang. Beberapa tas besar yang berisi pakaian juga tergeletak di sampingnya.

“Kau kenapa? Apa sekarang sudah saatnya?” tanyaku sambil mengusap peluh yang menetes di dahinya.

“Aku rasa sekarang, aku, huuh~, bawa aku ke Rumah Sakit Yoonhh, Huuhh~,” ucapnya terputus-putus dengan nafas yang tersengal-sengal.

“AKU PULANG!” aku mendengar suara Yoonri.

“Yoonri-ya, tolong jaga Hyunsik ya, oh ya bantu aku membawakan tas-tas itu,” segera aku memberikan komando pada adikku yang sementara ini menginap di rumahku karena kondisi istriku.

“Oh, i-iya,” dia terdiam sesaat melihat kondisiku yang begitu panik dan juga Hana yang sudah memucat.

“Yoonri-ya!” teriakku dari luar.

“Ini!” Yoonri menyodorkan tas-tas yang tadi tergeletak di kamar.

“Aku pergi dulu, tolong jaga-“

APPA~, hiks,”  oh tidak! Sepertinya Hyunsik tidak bisa ku tinggal sendirian. Ku lihat dia yang sedang berdiri di teras sambil menyeka air matanya.

“Kau ikut saja denganku, bawa Hyunsik kemari!” lagi, aku menyuruh Yoonri. Setelah semuanya masuk ke mobil dan kondisi rumah sudah aman, segera ku injak pedal gas dalam-dalam, membawa istriku yang sedang berusaha menahan sakit ini ke Rumah Sakit terdekat.

===000===

Aku duduk di ruang tunggu dengan perasaan yang campur aduk. Tetapi rasa cemas dan takut lebih mendominasiku saat ini. Bahkan Hyunsik ku abaikan untuk saat ini. Perhatianku benar-benar terfokus pada istriku yang sedang berjuang di dalam sana.

“Tuan Min Yoongi?” seorang perawat keluar dari kamar observasi.

“Ya saya sendiri, ada apa?”

“Tuan silahkan masuk ke dalam, istri anda butuh perhatian dan dukungan dari anda saat ini,” perawat itu mempersilahkanku untuk menemani Hana.

Oh Tuhan, rasanya aku ingin menangis. Dia begitu pucat. Peluhnya terus mengalir membuat bajunya basah seketika.

“Kau mau ganti baju?” tawarku melihat bajunya yang sudah basah kuyup karena keringat.

“Eum, tolong ambilkan dan bantu aku.” Dia berusaha untuk duduk, dan aku pun membantunya.

“Apa masih lama?” aku menyisir anak rambutnya yang menghalangi wajah cantiknya. 

“Kata perawat tadi, masih pembukaan lima, dan itu artinya tidak lama lagi. Eum, Yoon, bisakah kau ikatkan rambutku,” 

Aku yang masih terperangah melihat betapa kuatnya dirinya itu, kemudian tersadar, “Nde,” dengan telaten ku ikat surai coklat istriku agar tidak membuatnya gerah.

“Yoonhh!” seketika dia menggenggam tangnaku kuat sekali, refleks, akupun menggenggam tanganku tak kalah kuat.

“Sakitkah?”

“Yoonh!” dia hanya bisa memanggil namaku. Sadar akan rasa sakitnya itu, ku tekan tombol emergency yang terpasang di dinding belakang Bed pasien yang sedang digunakan oleh istriku. Ku ciumi punggung tangannya, ku usap-usap, bahkan keningnya tak luput dari kecupanku. Aku hanya bisa melakukan hal ini, aku tak bisa menghilangkan rasa sakit yang sedang kau rasakan Hana-ya.

“Bersabarlah sebentar sayang,” ku kecup keningnya, dan tak beberapa lama perawat datang, dia segera memeriksa kondisi jalan lahir yang akan dilalui putri kami.

“Tuan bisa menunggunya di luar,” perawat itu menyuruhku pergi lalu memanggil dokter serta bebrapa orang perawat lainnya.

“Tolong istri saya,” aku memohon pada perawat itu, “Aku menunggumu di luar, kau harus kuat, kau pasti bisa, aku menyayangimu.” Ku cium kening, pipi, dan berakhir di bibirnya yang memucat itu. sekedar memberinya kekuatan sebelum aku harus meninggalkannya untuk berjuang sendirian.

“Oh, Yoongi-ya, bagaimana keadaan Hana?” tanya Junmi yang entah sejak kapan sudah berada di Rumah Sakit.

“Dia sedang berjuang di dalam sana,” aku terduduk lemas. Ku lihat Hyunsik yang sedang sibuk bermain dengan Taya, anak pertama Junmi.

Hyung!” Namjoon datang diikuti dengan Seokjin Hyung di belakangnya.

“Semuanya akan baik-baik saja, minumlah,” Seokjin Hyung menyodorkan sekaleng kopi untukku.
“Terimakasih,” ucapku lantas meneguknya.

“Oh Namjoon Oppa, Seokjin Oppa, kapan kalian datang?” Yoonri datang menghampiri kami dengan beberapa susu kotak serta camilan untuk jagoanku dan juga Taya.

“Tadi, baru saja. Yoongi yang mengirimiku pesan.” Jawab Seokjin Oppa.

“Oooh. Oh ya Eonni, terimakasih kau sudah datang. Aku tak tahu harus bagaimana. Untung saja Eonni tadi menelepon.” Aku melirik  sekilas ke arah Yoonri, dan yah, sekarang aku tahu kenapa mereka semua berkumpul di sini.

Waktu berjalan sangat lambat, aku berkali-kali mengubah posisiku. Duduk-berdiri-berjalan, begitu seterusnya.

“Ha~” aku mengusap kasar wajahku, berusaha menghalau rasa khawatir yang merasukiku.

“YOONGIIIII...!” aku mendengar teriakan Hana dari sini, dan sedetik kemudian suara tangisan bayi terdengar.

“Ha~” kali ini helaan nafas lega yang aku hembuskan.

“Selamat Hyung,” Namjoon menepuk pundakku, dan Seokjin Hyung yang kemudian tersenyum padaku.

Oppa?” Yoonri terbangun dari duduknya dan menatapku. Aku mengangguk.

“Sayang! Kau sekarang menjadi seorang kakak,” aku mencium Hyunsik yang tertidur digendongan Yoonri.

“Yoongi-ya, selamat!” Junmi menyalamiku, sambil memangku Taya yang juga sudah terlelap.

“Terimakasih,” aku tersenyum.

“Tuan Min Yoongi masuklah,” seorang perawat membukakan pintu kamar untukku.

Ku ayunkan kakiku, dadaku bergemuruh, detak jantungku benar-benar kehilangan ritme normalnya. Ku buka korden yang membatasi ruangan ini.

“Hana-ya, sayang,” ku usap pucuk kepalanya, ku cium keningnya.

“Yoongi, anak kita sudah lahir,” dia tersenyum ke arah ku.

“Terimakasih,” CUP ku cium punggung tangannya. “Terimakasih karena kau telah berjuang demi putri kita.” CUP, kembali aku menciumnya. Dia tersenyum bahagia. Tuhan, terimakasih Kau telah menguatkan istriku ini.

Oppa!” Yoonri memasukki kamar dengan menggendong putri kecilku. 

Hyung, anakmu cantik seperti ibunya,” ucap Namjoon yang sedang menggendong Hyunsik.

“Kemarikan!” aku berusaha untuk menggendong putriku yang mungil ini. “Cantik, seperti Eomma,” gumamku.

“Aku ingin melihatnya Yoon,” pinta Hana. 

Ku dekatkan putriku ini pada Ibunya, dan sejenak ku amati wajahnya. Pipinya gembul seperti Hana, dagunya mirip dengan Hana, matanya dan bibirnya mirip denganku. 

“Hai cantik, selamat datang Min Hyunmi,” 

“Eh?” Hana menatapku ketika aku mengucapkan sebuah nama.

“Iya, aku akan menamainya Hyunmi, kelak dia akan tumbuh menjadi gadis yang cantik dan bijak.” Ucapku.

“Hai, Hyunmi-ya!” Hana memanggil putri kecil kami yang masih terpejam, lalu dia menciumnya. 

CUP

Ku cium putriku dan Hana bergantian. Terima kasih Tuhan, Kau telah menyempurnakan keluarga kecilku.

END

Akhirnya FF ini benar-benar end. Berakhir sudah FF Min’s Famiily Srories untuk kali ini.
Author ingin meminta maaf karena belum bisa kasih cerita yang benar-benar baik dan menghibur bagi kalian. Author masih belum bisa menulis dengan baik dan benar sehingga masih banyak typo yang menganggu kalian saat membaca.
Author harap ke depan kalian bisa lebih aktif lagi dengan memberikan komentar-komentar yang membangun serta vote dan juga please, jangan cuman komen “next thor” atau “next min”. Author ini bukan super hero yang demen bawa palu apa lagi mimin yang tugasnya jaga lapak. Tolong kasih saran dan kritik, supaya bisa menjadi lebih baik lagi.
See you di MFS seasson 2 ya, :*


5 komentar:

  1. Semangat kak nulisnya. Aku selalu ngikutin blog ini. Maaf kalau jarang komen, tolong tetep lanjut ff yoongi hana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Chalista!
      maaf baru semper bales komen kamu, makasih bgt ya, uda baca cerita-cerita ficti abal-abal di blog ini.
      Tenang aja, insya Alloh bakalan aku lanjutin kok...tunggu ya,

      Hapus
  2. Aku selalu ngikutin MFS aku suka ff nya.Feel nya jugak dapet.Semangat buat nulisnya author.Aku tunggu MFS season 2 ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Fadia!
      Maaf baru balas komenmu,
      makasih bgt uda baca, ditunggu seasson 2-nya ya.

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus