Selasa, 10 Oktober 2017

MFS SEASON 2 ll CHOICE



Hana POV


Jarum jam terus berputar. Detik demi detik terus berlalu, seiring keheningan malam yang semakin memekat. Tanganku terulur ke samping, berniat untuk memeluk lelakiku yang telah menjadi teman hidupku selama hampir delapan tahun.
“Yoon-ah,” mulutku memanggil nama itu dengan suara serak.
Ku buka mataku perlahan, dan ku dapati ruangan kosong di sampingku. Kemana priaku?
Kakiku turun menapaki lantai yang cukup dingin. Ku ayunkan tungkaiku menuju keluar dari ruangan pribadiku dan suamiku ini.
“Yoongi-ah?” panggilku sekali lagi.
Nihil. 
Tak ada sahutan atau jawaban dari pria yang ku cari.
“Dia kemana sih?” aku mulai menggerutu.
Entah kenapa malam ini, aku ingin sekali berada di pelukannya. Setelah akhir-akhir ini aku selalu menjumpai parasnya yang seolah penuh rasa bimbang.
Seluruh ruangan di rumah ini aku datangi. Berharap dia yang kucari ada di sana. Tapi mataku belum menemukan sosok itu.
“Yoon-ah,” aku menghentikan langkah kakiku ketika netraku menangkap kepulan asap di teras belakang rumah.
“CK, DASAR!” aku langsung menggeram, merebut paksa gulungan tembakau yang sedang disesap nikmat oleh suamiku.
“OH!” Yoongiku menoleh kaget.
===000===
Yoongi POV
Kehembuskan napasku kasar. Kesal karena rokokku direbut paksa oleh wanita yang kini sedang memasang wajah marahnya padaku. 
“Kenapa?” tanyanya angkuh.
Aku hanya bisa menghela napas panjang.
“Mau mulai lagi?” dia memainkan rokokku.
“YA!” buru-buru ku tampik dengan kasar ketika Hana mengarahkan benda bewarna putih itu ke mulutnya.
“Kenapa? Kan sama saja, kamu yang merokok dan aku yang menghisap asapnya?”
Huh, wanita ini.
Ku rebut kembali rokokku dan ku buang jauh-jauh. Ku genggam tengan wanitaku, mengajaknya ntuk duduk disampingku.
“Maaf,” satu kata itu meluncur begitu saja.
“Ada apa sebenarnya?” pada akhirnya, dia akan membuka pembicaraan.
“Kau tidak terlihat baik-baik saja, katakan ada apa?” desaknya.
Aku masih terdiam, bergelut dengan pikiranku, apakah aku harus mengatakannya atau tidak.
“Katakan, apapun itu, hm?” kedua tangannya menangkup kedua tanganku erat.
“Aku ingin berhenti.” Ucapku.
“Maksudmu?”
“Iya, aku ingin berhenti menjadi seorang penyanyi.” Ucapku mantap.
“Tapi, bukankah itu keinginanmu?” Hana memandangku penuh tanya.
“Aku ingin fokus dibalik layar dan bisa meluangkan waktu leih banyak bersama kalian.”
Aku tertunduk, ada sedikit rasa takut menyelinap di lubuk hatiku. Ya, takut jika Hanaku kecewa akan keputusanku.
“Sayang,” tangan lembutnya mengusap pipiku hangat. “Aku tahu ini berat unutkmu, aku tidak akan menyesalinya. Sama sekali. Justru aku akan menyesal jika kau mengambil keputusan ini dengan gegabah. Tapi jika itu memangkeputusanmu dan kau sudah mantap, aku akan mendukungmu, apapun yang terjadi aku selalu berada dipihakmu.”
Sejenak kupandangi wajahnya yang meneduhkan jiwaku ini. Senyum tulusnya mengembang, membuatku merasa nyaman setiap kali aku berada disampingnya.
“Terimakasih,” ku kecup singkat pucuk kepalanya.
“Eum,” gumamnya. Kurasakan tangannya semakin melingkar erat di lenganku.
“Kau masuklah, disini telralu dingin,” aku merapatkan sleeping robe yang membalut tubuh wanitaku “Kau bahkan tidak berpakaian lengkap.” Aku sedikit menyesal karena meninggalkannya begitu saja seusai kegiatan intim kami.
“Aku tidak butuh pakaian untuk menghangatku, tapi kamu.” Dia semakin bergelayut manja di sampingku.
“Ck!” aku berdecak kesal. Sial! kenapa dia kembali menggodaku. Ku aih kembali sisa rokokku yang masih utuh di bungkusnya.
“Ish!” tangan mulus wanitaku kembali merebut paksa rokok yang bahkan aku belum sempat mengambilnya unutk ku hisap.
“Buang saja! Benda sialan!” kesalnya sambil melempar asal satu bungkus rokokku. “Awas kalau kau coba-coba memulai kebiasaan burukmu itu lagi!” ancamnya sembari meninggalkanku dengan langkah penuh emosi.
GREP!
“Hemh,” aku memeluk erat tubuhnya, menyembunyikan wajahku di ceruk lehernya.
“Minggir!” protesnya, “Kau bau rokok!”
“Maaf, jangan marah lagi, eoh”
“MINGGIR, Yoonh,” 
Bagus, satu kecupanku sukses membuatnya luluh.
“Masih berani marah?” tanyaku dengan posisi siap menerkamnya hidup-hidup.
END



Tidak ada komentar:

Posting Komentar