Author : Yeonhwa
Cast : Min Yoongi
(Suga BTS), Jung Hana (OC), Min Hyunsik (OC), Min Hyunmi (OC)
Genre :
Family,Marriage life, Fluff (little)
Rated : G
Lenght : Ficlet
Disclaimare : Suga
and other BTS member belongs to God, but storyline and OC belongs to me.
Sorry for typo and I
hate plagiarism so don’t copy paste!
Happy reading ^^
===000===
Hana POV
“Hati-hati ya!” aku melambaikan tanganku ketika kedua priaku pergi untuk
bersenang-senang bersama.
Hari ini Yoongi berjanji untuk mengajari Hyunsik bersepeda. Kemarin dia
membelikan sepeda kecil untuk jagoan kami. Dia ingin Hyunsik bisa berangkat
kesekolah bersepeda bersama teman-temanya. Mengingat sebentar lagi dia akan
memasuki sekolah dasar dan itu berarti jarak yang harus dia tempuh untuk menuntut
ilmu bertambah jauh.
“Tidur yang nyenyak ya sayang,” aku mengecup pipi putriku yang barus saja
tertidur. Ku lepaskan kaitan kami, maksudku mulutnya yang masih menempel di
dadaku karena dia sedang menyusuku. “BiarkaN Eomma menyelesaikan pekerjaan Eomma
hari ini eoh,” aku bermonolog sambil
merapikan bajuku dan menata kembali posisi tidur Hyunmi.
Ku masukkan semua pakaian kotor yang sudah menumpuk di keranjang ke dalam
mesin cuci. Setelahnya aku segera membereskan ruang keluarga yang sudah seperti
kapal pecah. Mainan Hyunmi dan juga Hyunsik yang berserakan di mana-mana. Oh ya Tuhan!
===000===
“EOMAAAA!!!” teriak Hyunsik tepat
ketika aku meletakkan sepanci sup di atas meja makan.
“ASTAGA!” aku langsung berlari menghampiri putraku yang kini sedang
menangis di gendongan ayahnya.
“EOMMA...HIKS,” aku mengusap air
mata yang membasahi pipinya.
“Kalian kenapa?”
“Ada kecelakaan kecil, Hyunsik hampir saja tertabrak pengendara sepeda yang
sedang melintas.” Jelas Yoongi sambil melepas pakaiannya karena kotor dengan tanah.
“Oh ya ampun, kalian,” aku menuntun Hyunsik untuk duduk di sofa. Ku buka
bajunya dan segera ku ambilkan handuk serta air untuk membersihkan lukanya.
“Ini,” Yoongi menyodorkan kotak obat dan juga kaos ganti Hyunsik.
“Aw! Sakit Eomma!” protes Hyunsik
ketika aku membersihkan lukanya.
“Ish! Anak laki-laki tidak boleh cengeng!” Yoongi memperingatkan Hyunsik.
Tangan suamiku memeluk tubuh Hyunsik, dan membiarkan tubuhnya sebagai
pelampiasan rasa sakit yang Hyunsik rasakan karena anteseptik yang ku tempelkan
ke lukanya.
“Appa!” ringis Hyunsik.
“Sebentar lagi sayang.” Yoongi mengelus punggung Hyunsik. sementara aku
hanya diam dan fokus untuk mengobati luka Hyunsik.
“Selesai!” ucapku ketika semua luka yang ada sudah ku beri salep
antibiotik. Tak kusangka ilmuku selama kuliah di jurusan kesehatan masih bisa
ku pakai untuk merawat keulargaku sendiri, meski akhirnya aku tak bisa menjadi
seorang perawat, hihihihi.
“Eomma, obati Appa juga. Appa teliganya juga berdarah.” Jelas Hyunsik.
“Ya?” aku mentap Yoongi penuh selidik.
“Hanya luka kecil kok.” Elaknya.
“Kemari!” aku sedikit menarik tangan Yoongi agar duduk di dekatku. Aku
memeriksa dengan seksama, tangannya, kakinya, wajahnya, kepalanya, dan “Luka
kecil katamu!” aku menemukan luka yang cukup besar di telinganya.
Segera ku bersihkan lukanya, dan oh astaga! Bagaimana bisa dia menahan
sakit dengan luka seperti ini? Telinganya membiru, dan lukanya cukup lebar.
“Kita harus ke dokter!” kesalku.
“Tidak usah, obati saja lukaku dengan salep itu dan tutup lukanya, pasti
akan sembuh sendiri.”
Tak ingin ribut, aku langsung saja menuruti permintaan suamiku ini. Tidak
mungkin kan aku merengek lalu ribut sementara di depan kami ada Hyunsik.
“Taruh ini di belakang dan cuci tanganmu,” ku ulurkan baskom berisi air dan
handuk pada Hyunsik.
“Kalau sampai nanti malam masih nyeri kita harus ke dokter! Aku tidak mau
tau! Tidak ada alasan!” ucapku sambil membereskan kembali kotak obat.
===000===
Yoongi POV
“Hana-ya, bisa kau naikkan lagi suhu pemanas ruangan?” ucapku seraya
merapatkan selimut ke tubuhku.
“Masih kurang hangat?”
Ku lirik istriku yang baru saja membenarkan selimut Hyunmi di baby coth-nya.
“Iya,” lirihku dengan mata terpejam.
Perlahan aku menangkap derap langkah yang semakin mendekat. Ya, aku tahu,
pasti sekarang Hana sedang menghampiriku tanpa memenuhi permintaanku.
“Kau demam.” Ku rasakan tangan lembut wanitaku ini menyentuh dahiku. “Sudah
diminum obatnya?” lagi pertanyaan terlontar dari mulut manisnya itu. Dia memang
menyuruhku untuk meminum obat penghilang nyeri, karena dia tahu kalau lukaku
pasti sakit sekali. Aku hanya mengangguk, enggan untuk membuka mulutku sekedar
menjawab pertanyaannya. Mataku pun masih terpejam, berusaha menkmati kehangatan
yang Hana berikan melalui tangannya yang kini menempel di pipiku.
“Lebih baik kita ke dokter,” ku buka mataku begitu mendengar kalimat itu.
Ku lihat gurat khawatir terukir jelas di wajahnya. “Anak-anak, siapa yang
menjaga mereka?”
“Kan ada Yoonri, dan besok juga libur, stok ASIP sudah ada di frezzer,” Jelas istriku.
“Besok pagi saja ya, kasihan anak-anak, kasihan Yoonri juga.” Bujukku. Dia
pun lantas menganggu, dan aku kembali memejamkan mataku. Yah, hanya memejamkan
mataku. Tentu saja aku tidak bisa tidur nyenyak karena daun telingaku terasa
begitu nyeri. Bahkan aku tak berani menggerakkan kepalaku, jika tersentuh
bantal saja rasanya semakin nyeri. Tapi, mau tidak mau, aku harus menahannya,
aku tidak ingin membuat Hana khwatir, dia sudah terlalu lelah mengurus rumah
dan anak-anak.
Aku meringis tertahan ketika Hana memeriksa kembali luka di telingaku.
“Lukanya saja seperti ini, keras kepala sekali.” Ku dengar Hana menggerutu.
“Tidurlah, ini sudah malam.” Aku menarik tubuh Hana.
“Tidak Yoon. Aku rasa kita harus ke dokter sekarang!” Hana menarik tubuhku
dan membuatku terbangun.
Aku duduk di tepi ranjang, sementara Hana berkemas, memasukan dompet dan
beberapa barang yang di perlukan ke dalam tas.
“Aku tidak akan menginap di rumah sakit.”
“Heol, kau pikir aku bodoh?
Kalaupun dokter tidak menyuruhmu menginap, aku sendiri akan memintanya agar kau
menginap di rumah sakit. Kau butuh istirahat!” omel Hana.
Selesai dengan semua persiapan, Hana langsung menyambar kunci mobil yang
sudah ku pegang. “Biar aku saja yang menyetir.”
===000===
“Lukanya mengalami infeksi, unutngnya tidak parah, tapi sepertinya tulang
daun telinganya bermasalah, saya harap bukan masalah besar. Besok akan saya
konsultasikan ke dokter bedah, dan untuk malam ini Tuan Min harus beristirahat
di sini, sampai ada keputusan dari dokter bedah,” jelas seorang dokter jaga di
Ruang Emergency.
Aku hanya bisa mendsah pasrah. Hanaku benar, dia sudah memprediksikan
semuanya dengan tepat.
“Kau dengar? HARUS ISTIRAHAT DI SINI.” Ucap Hana penuh
penekanan.
“Ya~,” heol, istriku kalau sudah
seperti ini sangat menyebalkan.
Kini aku berbaring di bed pasien
di ruang rawat inap. Dan seperti biasa Hana terus mengoceh ini dan itu lantaran
aku yang –menurutnya- bandel dan keras kepala.
“Ne Eomma~,” ucapku menirukan
gaya Hyunsik ketika Hana selese dengan ceramahnya.
“Ish!” kesalnya.
Dia berjalan ke arahku yang sedang menatapnya dari atas kasur. “Tidurlah,
biar cepat sembuh. Aku tak tahan kalau harus menemanimu di sini terlalu lama.
Itu menyakitkan tahu!” pukulan kecil dia daratkan ke dadaku.
“Hei!” aku melihat bulir bening jatuh membasahi pipinya. “Aku ini hanya
kena infeksi kecil, bukan sakit parah. Jangan menangis seperti itu,” ku usap
pipinya yang basah.
“Tapi tetap saja, melihatmu terbaring seperti ini, membuatku sakit
Yoongi-ya,”
Ku peluk erat istriku. Ya Tuhan, maafkan aku. Maafkan aku Hana-ya, aku
ceroboh dan tidak menuruti perkataanmu untuk segera ke dokter. Maafkan aku.
END

Tidak ada komentar:
Posting Komentar