Senin, 19 September 2016

FF BTS ll PIANIKA MAN ^^



Author : Yeonhwa
Cast : Min Yoongi (Suga BTS), Jung Hana (OC), Min Hyunsik (OC), Min Hyunmi (OC)
Genre : Marriage life, Fluff (little)
Rated : G
Lenght : Ficlet
Disclaimare : Suga and other BTS member belongs to God, but storyline and OC belongs to me.
Sorry for typo and I hate plagiarism so don’t copy paste!
Happy reading ^^

===000===

Hana POV

Eomma, lihat ini!” jagoanku memasuki rumah.

“Apa itu?” aku melihat dengan seksama paper bag yang dipegang oleh Hyunsik.

“Aku membelikannya pianika,” celetuk suamiku sambil melepaskan jaketnya.

“Kau membelikannya pianika?” tanyaku balik.

“Iya. Tadi sepulang sekolah, dia bercerita kalau gurunya memberinya tugas untuk membawa alat musik besok, dan aku tidak mungkin membawakannya gitar ataupun piano itu,” tunjuknya pada piano tua yang terletak disalah satu sudut ruang keluarga.

“Oh,” aku hanya ber-oh ria, karena kegiatanku yang sedang kerepotan membantu Hyunsik mengganti bajunya.

“WOAAHH~, APPA! TERIMAKASIH~,” Cup, jagoaku mencium ayahnya setelah melihat takjub pianika barunya.

“Sama-sama sayang,” Yoongi mengacak pucuk kepala bocah itu.

“Sekarang cuci tanganmu dan segera ke meja makan, Eomma sudah menyiapkan makan siang untuk kalian.” Perintahku pada jagoanku. 

===000===

Hari ini bisa dibilang hari yang langka bagi keluargaku. Yoongi yang mendadak bisa menjemput Hyunsik yang ku tahu hari ini adalah jadwalnya untuk pulang lebih awal, mengingat hari ini adalah hari sabtu, dan biasanya sekolah memulangkan siswanya lebih awal di hari sabtu.

“Minggir! Hyunmi main ini saja!” Terak Hyunsik dari arah ruang keluarga. Ku biarkan bocahku bermain bersama. Sementara aku harus membereskan bebrapa perabot kotor di dapur.

“Hyunsik ingat, adik Hyunmi masih kecil, jangan nakal ya sayang,” ucapku dari arah dapur. Sesekali aku memberi Hyunsik peringatan jika aku sudah mulai mendengar teriakan-teriakan kesal darinya. Bukannya aku bersikap galak atau pilih kasih, aku hanya ingin Hyunsik-ku belajar bertanggung jawab dengan menjaga adiknya.

Ne Eomma~,” jawabnya begitu mendengar peringatan dariku.

“Papapapapa~,” aku mendengar celoteh Hyunmi dan kulirik dia, dan ku dapati dia sedang tertawa dengan kakaknya.

TEEETT...TTEETTT...TEEETTT

Suara pianika yang kacau memenuhi ruangan ini, ku lihat Hyunsik yang sesekali harus menarik napas dalam-dalam kemudian menahannya lalu menghembuskannya hingga wajahnya memerah demi tuts-tuts pianikanya.

“PAPAPAPAPA~, HAHAHAHAHA~” Hyunmi tertawa lepas melihat kakakknya. Entah karena ekspresi Hyunsik atau karena bunyi pianikanya, yang jelas Hyunmi tertawa dan Hyunsik kesal karena dia tidak bisa memainkan pianika barunya.

“AH, INI SUSAH!” Hyunsik menyerah, dan aku hanya tersenyum melihatnya, aku yakin tidak lama pasti dia akan mengadu pada ayahnya.

Appa~,” tebakanku benar, ketika Yoongi lewat, dia langsung memasang wajah memelasnya.

“Jagoan tidak boleh menyerah. Kemari! Appa ajari,” Yoongi memposisiskan dirinya diatas kursi, dan Hyunsik mengulurkan pianikanya.

Aku, Hyunmi, dan Hyunsik, kami bertiga berkonsentrasi penuh pada Yoongi yang sedang bersiap-siap untuk memainkan pianikanya.

TEETT...TETTT...TETTT...!

Oke, untuk tahap percobaan sepertiya sukses.

“Hah~,” Yoongi menghela nafas panjang, kemudian,

“HAHAHAHHAHAHAAAA~,” serempak, kami semua tertawa. Bukan karena nadanya yang meleset, tapi ekspresi suamiku saat memainkan pianikanya.

Appa, hahahaha, wajah Appa lucu, hahahhaa~,” lihatlah, bahkan Hyunsik sampai tertawa terpingkal-pingkal.

YA! Wajah macam apa itu,” aku mencubit pipinya gemas.

“Papapapapa~,” Hyunmi turut berceloteh dengan bahasanya sendiri.

“Loh, ini cara memainkan pianika yang benar, kenapa kalian tertawa?”

“Iya benar, kau memainkan nadanya dengan tepat, tapi tidak dengan ekspresi wajahmu Yoongi,” jelasku.

Dia tidak membalas, hanya mengedikkan bahunya.

“Nah, sekarang Hyunsik coba,” Yooongi dengan telaten mengajari Hyunsik.

===000===

“Anak-anak sudah tidur?” tanyanya ketika aku keluar dari kamar.

Eum,” ku posisikan diriku disampingnya. Tangannya terulur menggapai bahuku, lalu menarik tubuhku agar merapat padanya.

“Apa tadi aku selucu itu? sampai-sampai kalian menertawakanku,” ucapnya.

Aku tersenyum geli. Ya, bagaimana tidak geli, aku masih ingat betul ekspresi wajahnya yang menggemaskan itu. “Kau tadi sangat lucu dan menggemaskan Min Yoongi~,” aku mencubit pipinya gemas.

YA! Sakit,” rengeknya. 

“Ck,” 

“Mau ku tunjukkan sesuatu?” tanyanya. Aku pun mengangguk.

Dia lantas melangkahkan kainya menuju piano tua itu, jari jemarinya menyusuri setiap tuts yang terpasang di sana. Memeriksa nada-nadanya apakah masih pas atau tidak. Ku fokuskan pandanganku pada priaku itu.

Heol~, demi Tuhan, Min Yoongiku berubah sekarang, dari bocah imut yang menggemaskan menjadi pria tampan yang romantis. Entahlah, seketika auranya berubah menjadi lebih romantis ketika dia memainkan piano itu.

“Jadi, apakah ini masih lucu?” tanyanya.

“Eh?” aku terkaget, “Eum, bagaimana ya? Dilihat dari sisi manapun kau terlihat mengemaskan,”
YA! Awas kau ya!” Yoongi melangkahkan kakinya menghampiriku, dan sebelum dia menangkapku, aku segera berlari menuju dapur untuk meletakkan cangkir teh yang dia gunakan tadi.

END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar