Minggu, 07 Agustus 2016

FF BTS ll UNTOLD




Is It You?

.
.
.

===000===

Yoonri POV

“Ah!” aku merentangkan tanganku, meregangkan otot-otoku yang terasa sangat kaku. Ku hirup udara malam ini dengan rakus, berusaha memenuhi paru-paruku dengan udara segar dari luar Rumah Sakit. Setidaknya paru-paruku sedikit terbebas dari cemaran aroma desinfektan dan obat-obatan.

“Segarnya~,” aku berucap senang.

Ku ayunkan tungkaiku menyusuri jalanan malam ini. Berjalan kaki dari Rumah Sakit menuju apartemen bukanlah hal yang buruk. Terlebih lagi setelah empat hari aku tak bisa merasakan nikmatnya udara malam beserta kesibukannya. Para pedestrian, lalu-lalang kendaraan, para ahjumma penjajan makanan, suasana itu sungguh ku rindukan.

“Hmmm...sepertinya ini nikmat!” aku membaui aroma setusuk Oden yang ku beli dari warung tenda di pinggir jalan. Melahapnya dengan nikmat, mencoba ini dan itu, memenuhi perutku yang memang belum ku isi sejak sore. Ah, operasi masectomy itu benar-benar membuatku kelaparan sekarang.
Selesai makan ku lanjutkan kembali langkah kakiku. Menikmati kesibukkan yang ada. sambil melepas penat.

Ku ambil ponselku, ku ambil sebuah selca dariku dengan latar lalu-lalang jalanan yang berada tepat di belakangku. Ku tuliskan sebuah caption. “Malam yang indah”, lalu ku arahnya ibu jariku ke tombol send dan BRUK!

“AW!” sesorang menubruku.

YA!” aku meneriakinya. Pria kurang ajar tiba-tiba saja menubrukku lalu pergi begitu saja.

“MAAF!” teriaknya sambil berlari.

YA! TUNGGU! YA KAU!” aku merasa kesal sendiri. Segera ku ambil ponselku yang terjatuh karena insiden tadi. Ku periksa kembali selca yang akan ku kirimkan ke akun sns-ku. dan “YA! PRIA SIALAN! ISH!” aku berlari mengejar pria sialan tadi. Ponselku tertukar dengannya.

===000===

Sepertinya aku harus mengganti captionku menjadi, “Malam yang sial!”. Aku terus berlari mengejar pria sialan tadi.

“YA JEON-AH!” aku melihat seorang pria lagi yang berbaju sama persis dengannya.

Langkahku terhenti seketika. Melihat pemandangan menegangkan di depanku, membuat jantungku berpacu lebih cepat dalam melaksanakan tugasnya. Tiga orang pria tengan mengarahkan senapan mereka ke arah pria yang di panggil dengan nama Jeon. Aku bersembunyi di balik pohon. Situasi benar-benar tidak baik untuk saat ini. Begitu tegang, panas, dan mengerikan.

“Tidak, tidak, tidak!” berkali-kali aku menggelengkan kepalaku. Bayangan bocah aneh yang menjadi pasienku tiba-tiba terlintas di benakku. Entah angin apa yang membuat wajahnya hadir dalam pikiranku saat ini.

“Cih, beraninya keroyokan HAH!” kalimat provokasi terlontar dari mulut pria kini tengah berada dalam pengawasan tiga orang bersenjata.

“OMO!” aku membungkam mulutku melihat wajah yang ini terlihat jelas setelah dia meleparkan topinya. Benar!, ternyata dia, Jeon Jungkook, bocah aneh yang selalu mengusik pekerjaanku.

BUGH!

PRAK!

DZIGH!

DOORRR!

Suara senapan mengagetkanku. Refleks, aku ingin berlari ke arahnya.  Dadanya terluka. Ini gila! Baru saja luka di kakinya selesai diobati kini dia kembali bertarung dan membuat dadanya menjadi korban.

“Sssttt...jangan!” seseorang menarik lenganku ketika aku baru melangkahkan kakiku.

“Kau?” aku menoleh dan ku dapati Taehyung lengkap dengan senapan laras panjang di tangannya.

“Tapi Jungkook,”

“Tidak usah khawatir.” Dia menunjuk ke arah semak-semak di seberang sana. Sekelompok pasukan back-up sudah standby.

“Tidak bisa, dia masih sakit!” aku melepaskan cengkraman tangan Taehyung. Aku berlari mendekati pria yang kini sedang tersungkung di tanah.

“Kau, kenapa kau ke sini bodoh!”

“Kau yang bodoh!” Aku meraba luka bekas tembakan peluru di dadanya.

“Rupanya ada pahlawan kesiangan!” ucap seorang pria yang bisa ku tebak dia adalah musuh Jungkook.

“Pergilah, ini berbahaya!” Jungkook menasehatiku.

“Tidak, kau sedang terluka bodoh!” aku bersih keras untuk tetap berada disampingnya. Tapi JLEB! Aku merasa sebuah benda tajam membuat luka perih dan nyeri di punggungku.

“Arrghh!” aku tersungkur di pangkuan Jungkook.

“YA! BRENGSEK!” terakhir aku mendengar teriakan Jungkook dan setelahnya DOORRR! Suara senapan terngiang di telingaku, setelah itu semuanya terasa gelap.

Jungkook-ah, siapa kau sebenarnya. Kau masih sekolah, tapi kenapa kau bisa berurusan dengan pria-pria menyeramkan itu? apa orang tuamu tak khawatir denganmu? Apa kau tak mempedulikan keselamatanmu?

Ada ratusan pertanyaan yang terus menggerus pikiranku, bahkan dengan mata yang masih terpejam seperti sekarang ini, dia dan segudang pertanyaan mengenainya terus memenuhi otakku.


TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar