Senin, 13 Juni 2016

FF BTS ll UNTOLD

 

WHO ARE YOU


-Yoonri POV-

“Ini bukti pembayarannya. Terimakasih Tuan, semoga lekas sembuh,” aku mendengar seorang petugas administrasi berucap pada pria yang ku tahu dia adalah kakak dari bocah aneh bernama Jeon Jungkook.

“YA! Diamlah sebentar!” aku memukul pelan kakinya agar dia bisa diam.

Ish, pelan-pelan, sakit!” dia membentakku. What the hell, dia merengek kesakitan, padahal aku baru saja membuka kasanya, belum membersihkan lukanya. 

“Cih,” aku mengumpat ke arahnya lalu melanjutkan pekerjaanku. Ku periksa kondisi lukanya lalu ku olesi povidone iodine dengan kapas dan pinset, dan sengaja aku berikan penekanan yang sedikit bertenaga suapaya dia bisa diam, karena aku geram padanya. 

YA! SAKIT! KAU MAU MELUKAIKU EOH?!” dia melotot ke arahku. Aku hanya meliriknya sekilas lalu kembali menekankan kapas itu ke lukanya.

GREB...

Dia menarik tanganku. “YA!” dia menggertakku dengan tatapan mautnya. Oke, jarakku dan dia hanya dekitar 10 cm, dan jantungku, oh Tuhan, kenapa aku terkena aritmia mendadak seperti ini.

YA!” aku melepaskan cengkraman tangannya dari pergelangan tanganku. Segera ku tutup bekas lukanya dengan kassa lalu segera menjauh darinya.

“Huh~” aku keluar dari ruangannya dengan kondisi yang sedikit panas. Ku gunakan tanganku untuk mengipasi wajahku yang memanas.

“Kau kenapa?” tanya seorang perawat yang berpapasan denganku.

“Ah, tidak apa-apa, hehehe...” bohong! Tidak apa-apa apanya, jelas-jelas aku merasa kepanasan. Tapi dia, perawat itu malah semakin mengintimidasiku dengan matanya.

“Benarkah?”

“Iya, eumm..masker ini membuatku sedikit panas, pengap rasanya.” Dustaku, sambil berusaha melepas masker yang sedari tadi terkalung di leherku.

Hari ini menjadi hari terakhir aku menjadi ‘pengasuh’ dari bocah aneh itu. Tapi entah kenapa justru ada suatu hal yang mengganjal di sini. Dari luar dia terlihat angkuh, sok kuat, egois, tapi ketika aku melihat matanya aku menangkap kesedihan dan kekesalan di sana. Dia sering tertawa ketika bersamaku tapi tetap saja tawanya itu terasa hampa, seperti sebuah topeng yang menutupi wajah aslinya.

===000===

“Hei!” seseorang berteriak ke arahku. Sontak seluruh penghuni ruangan ini mengarahkan perhatian mereka pada orang itu.

“Astaga bocah itu,” aku menepuk dahiku, merutuki kesialanku.

Dengan santainya bocah itu berjalan menghampiriku, meski aku tahu kalau kakinya belum sembuh seratus persen, bahkan dua buah plate masih tertanam di kakinya. Tapi aku rasa kesombongannya menjadi penguat tersendiri baginya untuk berjalan. “Apa kabar nona Min-Yoon-Ri?” dia berbasa-basi mengeja dengan mengeja namaku yang tertera di nametag yang ku pakai.

“Baik! apa maumu?” ketusku. Jujur saja aku kini tengah menikmati saat-saat istirahatku di kantin setelah tiga jam aku berkutat dengan Laparotomy bersama Jung ssaem. Tapi apa, sekarang dia datang mengacaukan mood-ku yang semakin turun.

“Kau ini, dokter macam apa? Bukankah kau menyuruhku untuk kembali lagi setelah satu minggu,” celotehnya seraya merebut minuman kaleng milikku.

YA!” aku mulai tersulut emosi. Dasar bocah aneh!

“Jungkook-ah, ayo kita-, ah nona dokter, kau ada disini rupanya,” ucap pria yang mengantar bocah ini ke ruang gawat darurat waktu itu.

“Ah, ye, annyeonghaseyo.” Aku memberikan salam sekedar menunjukkan rasa sopanku terhadap orang lain.

Hyung aku rasa kita tidak perlu mengantri di ruang tunggu, karena dokternya sudah ada disini. Dokter Min Yoonri, bisakah kau memeriksa kondisiku sekarang juga?” 

Ha? aku melongo tak percaya, dia benar-benar menuruti ucapku untuk kembali lagi ke sini, dan sekarang dia memintaku untuk memeriksa kembali kondisinya. Padahal menurut cerita Jung ssaem dia tipikal anak yang keras kepala dan susah diatur, bahkan ucapan Jung ssaem sering diabaikan olehnya.

YA! Tidak di sini juga bodoh!” Pria yang berdiri di belakang bocah itu menjitak kepalanya, “Maafkan dia nona, dia memang suka seenaknya sendiri,” ucapnya lalu membungkuk ke arahku. Aku hanya memberikan cengiranku sebagai balasan atas permintaan maafnya.

“Baiklah, ikut aku!” aku mengajaknya menuju ruang pemeriksaan.

Dengan telaten aku memeriksa kondisi luka yang terdapat di tubuhnya. Luka tusuk di perutnya dan luka tembak di kakinya, serta melatihnya untuk melemaskan otot-otot kakinya mengingat peluru yang menembus kakinya berhasil menciptakan fracture pada Tibia dan Fibula-nya.

“Ah-“ dia memekik tertahan ketika aku melepaskan benang jahitan dari bekas lukanya

DRRTTT...DDRRTTT...

Aku merasa ponselnya bergetar. Ya, karena memang ponselnya tergeletak di atas bed tempat di mana dia sedang berbaring sekarang.

“Taehyung Hyung tolong angkat teleponnya,” perintahnya pada pria yang dia panggil Hyung itu.

Nde, sebentar. Jungkook-ah ini,” pria itu memberikan ponsel itu kembali ke pemiliknya.

“Cih,” umpatnya. Ku lirik wajahnya sebentar. Raut serius tergambar jelas di sana. Matanya tersorot tajam ke arah depan, hingga alisnya saling bertaut menandakan bahwa dia sedang dalam konsentrasi penuh.

Hyung, ayo!” bocah itu langsung saja mengambil jaketnya dan hendak berlari kalau saja aku tidak berteriak.

YA! Jangan berlari lukamu belum sembuh!”

“Maaf tapi ini darurat,” ucapnya di ambang pintu. “Hyung, ayo cepat!”

“Ah ya, maaf kami harus segera pergi, terima kasih atas bantuannya nona Min Yoonri.” Pria yang bernama Taehyung itu membungkuk lalu bergegas pergi menyusul bocah aneh itu. Aku tak tinggal diam. 

“Tunggu dulu!” Ku ayunkan langkahku mengikuti mereka, tapi aku kalah cepat. Dari sini, dari atas sini, aku melihat mereka segera merapikan pakaian mereka. Jaket hitam, kaos hitam dan topi hitam. Mereka terlihat sangat mencurigakan dengan pakain mereka.

“Kau, siapa kau?” gumamku. Ku genggam erat kalung yang terjatuh dari jaket Jungkook. Dogtag, kalung yang terpahatkan identitas Jungkook itu jatuh saat dia tergesa-gesa mengambil jaketnya. Ku simpan kalung itu, berharap dia akan menemuiku lagi. Dan di saat itu juga aku ingin mengetahui lebih banyak tentangmu, Jeon Jungkook. 

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar