Author : Yeonhwa
Cast : Min Yoongi
(Suga BTS), Jung Hana (OC)
Genre : Marriage
life, Fluff (little)
Rated : G
Lenght : Ficlet
Disclaimare : Suga
and other BTS member belongs to God, but storyline and OC belongs to me.
I hate plagiarism so
don’t copy paste!
Happy reading ^^
Hana POV
“Ayo Eomma, cepat, cepat!” Hyunsik menarik tanganku, dia tak sabar ingin
segera bertemu dengan nenek dan kakeknya.
Hari ini dan selama tiga hari ke
depan kami berlibur di rumah orangtua Yoongi. Lumayan untuk Hyunsik sambil
belajar berkebun di rumah nenek dan kakeknya ini. Sebelumnya dia mendapatkan
pelajaran berkebun di sekolahnya, mengenal bermacam-macam tanaman, dan berlajar
bertanggung jawab dengan merawat tanaman yang dia tanam.
“Halmeoni!” teriak Hyunsik girang ketika melihat sosok neneknya yang
sedang merajut sebuah syal di teras rumah.
“Aigoo~, cucuku,” sambut Ibu mertuaku dengan tangan terbuka lebar,
menangkap tubuh kecil cucunya.
“Apa kabar
bu?” tanyaku setelah memberikan salam padanya.
“Baik, masuklah dulu,” ajak ibu
mertuaku.
“Di mana Appa?” tanya suamiku.
“Ada di belakang, sedang memetik
selada, Kau mau membantu Harabeoji?” tanya Ibu mertuaku pada Hyunsik.
“Ah, iya, sana bantu Harabeoji,” suruhku pada Hyunsik, dan
dia pun lantas mengiyakan lalu berlari menemui kakeknya.
“Kalian pasti lelah, istirahatlah
dulu.” Ucap wanita tua ini sambil mengusap lenganku.
“Nanti saja,” ucapku sambil
mengambil alih pekerjaannya, membuat minuman untuk kami.
“Yoongi-ya, kasurmu belum di
pasangi sprei, ambil spreinya di lemari.” Teriak ibunya dari dapur.
“Biar aku saja bu,” aku
meletakkan gelas-gelas yang berisi jus jeruk di atas meja depan TV lalu beranjak
ke kamar Yoongi, membantunya menata barang bawaan kami sekalian merapikan
kamarnya yang sudah lama tak dihuni ini.
===000===
Sore menjelang, acara
masak-mesakapun selesai. Kami duduk dengan rapi di halaman belakang. Menikmati
makan malam buatan Ibu. Yoongi yang sibuk memanggang daging, Hyunsik yang asik
di pangkuan Kakeknya, dan aku yang sibuk menyuapi Hyunsik dan diriku sendiri.
Malam yang indah.
“Hyunsik besok mau berkebun lagi Eomma, seru!” celotehnya dengan mulut
yang masih terisi makanan.
“Baiklah, besok pagi bantu Halmeoni memanen lobak ya,” Neneknya
mencubit pipinya gemas. Aku tersenyum bahagia melihat mereka tertawa.
“Dagingnya sudah matang.” Yoongi
membawa sepiring daging yang dia panggang.
“Woaahhh~, sepertinya enak,” aku
begitu antusias melihat daging panggang yang benar-benar menggiurkan ini.
“Buka mulutmu,” Yoongi menyuapkan
sepotong daging yang sudah diberi bumbu lengkap dengan selada.
“Aaaa~” aku membuka mulutku
lebar-lebar.
“Aigoo~, kalian ini, disini ada Hyunsik.” tegur Ayah mertuaku.
“Hyunsik juga mau Appa!” bocahku ikut-ikutan meminta
suapan dari Appa-nya, sepertinya dia
cemburu,hihihi.
“Nah, buka mulutmu, aaa~,” suapan
kecil medarat dengan mulus ke mulut jagoanku. Dia menguyahnya dengan cepat.
“Lagi Appa, lagi,” rengeknya, dengan telaten priaku menyuapi jagoan kami.
Gelak tawa dan canda terlontar
diantara kami. Benar-benar malam yang indah. Sungguh bersyukur, aku bisa menjadi
bagian dari keluarga ini.
===000===
Jarum jam menunjukkan pukul sembilan
malam, tapi jagoanku masih belum mau menutup matanya. Bahkan dua dongeng telah ku
ceritakan padanya. Matanya masih terbuka lebar, dan mulutnya belum mau berhenti
untuk berceloteh ria. Ku lirik suamiku, dia tengah memejamkan matanya, meski
aku tahu kalau dia pasti belum tertidur.
“Eomma, Eomma,”
panggilnya,
“Hm?”
“Kata Taya Nunna, berkebun itu mengasikknya, bahkan Junmi Imo juga menyukainya,” ucapnya.
“Nde?” aku terkaget mendengar
ucapannya barusan. Berkebun yang di
maksud Taya itu, aish, Junmi! Apa yang kau katakan pada anakmu itu Junmi! Aku
berteriak dalam hati. Definisi berkebun menurut Ibu dan Anak itu berbeda jauh,
sungguh jauh. Dan perkataan Hyunsik barusan membuatku teringat kembali cerita
Junmi yang sedang ‘berkebun’ itu. Kalian tahu dia, benar-benar ceroboh. Sampai-sampai
gadis mereka harus ternodai karenanya.
“Kenapa? Bukankah kau sendiri
yang ingin Hyunsik belajar berkebun di sini?” ucap Yoongi dengan mata yang
masih terpejam.
“Bukan itu, hanya saja berkebun
yang itu-“
“Besok Hyunsik ingin membantu Halmeoni, Eomma, pasti menyenangkan, berkebun seperti yang Taya Nunna katakan.” Celotehnya lagi.
Ku dekap tubuh kecil Hyunsil, ku
elus kepalanya. “Makanya Hyunsik sekarang tidur ya, besok pagi kan Hyunsik
harus membantu Halmeoni,”
“Nde~,” sedetik kemudian mulut mungilnya menguap.
“HYUNSIK-A, AYO TIDUR DENGAN
NENEK SAYANG!” Teriak ibu Yoongi dari luar sana. Akupun beranjak membukakan
pintu.
“Tidak apa-apa bu, biar Hyunsik
tidur denganku saja, takut menganggu ibu, lagian dia-“
“Halmeoni, Hyunsik mau tidur dengan Halmeoni saja,” bocah itu malah terbangun dan berjalan sambil
memeluk bantal leher milik ayahnya yang selalu dia bawa kemana-mana. Bantal
leher yang selalu menjadi teman tidur Hyunsik.
“Ayo,” Ajak Ibu mertuaku seraya menggendong
Hyunsik, “Kalian istirahatlah.” Ucapnya sebelum menutup pintu.
“Ah, nde, selamat malam bu, Hyunsik jangan rewel ya, kasihan Helmeoni, mengerti?” aku mengacak pucuk
kepalanya.
“Eum,” angguknya kemudian berlalu
dari pintu kamar Yoongi.
Aku berbalik arah, ku lihat
suamiku yang kini sudah terduduk, bersandar pada headboard ranjang.
“Lho, bukannya tadi kau sudah
tidur?” tanyaku seraya menarik selimut.
“Aku tadi hanya memejamkan mata,
agar Hyunsik tidak bertanya terus.”
“Dasar!”
“Ngomong-ngomong, berkebun yang
dimaksud Taya dan Junmi itu apa?” Skakmat. Aku mati langkah sekarang.
“Eum, itu,” aku bingung harus
mengatakan apa.
“Jangan katakan kalau itu adalah
istilah baru yang mereka gunakan untuk mengelabuhi Taya?”
“Nde?” mataku terbelalak ketika Yoongi sudah mendekatkan wajahnya
tepat di hadapanku.
END

Tidak ada komentar:
Posting Komentar