I'M NOT ODD
-Jungkook POV-
“Eung~” aku membuka
mataku membiasakan cahaya lampu memasuki pupil mataku.
“Oh, kau sudah
sadar?”
“Hyung,” aku menoleh ke sebelah kanan dan
ku dapati Hyung-ku. “Hyung aku mau pulang,” aku berusaha
bangkit dan ku raih selang infus yang terhubung di lenganku, aku muak dengan
ini. Rumah sakit, dokter, obat, dan istirahat.
“YA!” marahnya, “Tidak bisakah kau
menurut padaku eoh? Kau ini hampir
saja mati untuk yang kesekian kalinya, dan sekarang kau masih berlagak sok
kuat.”
“Hyung~”
“TIDAK! Kau! Tunggu
di sini aku akan memanggil dokter untuk memeriksamu.”
“TAE HYUNG-“
“Sstt...” dia hanya
menyahut dengan sebuah isyarat untuk tetap diam.
Sia-sia, melawannya
sama saja aku melawan kerasnya batu. Dia selalu bisa mengalahkanku, tapi dia
juga mampu menuruti semua keinginanku, disaat orang yang paling ku hormati
hanya bisa menuntut dan menuntut dariku.
“Oh kau sudah sadar
rupanya?” seorang dokter yang ku kenal datang menghampiriku.
“Oh, hai Dokter
Jung, apa kabar?” ucapku sok akrab.
PLETAK! “YA! Sopanlah sedikit!” pukulan sayang
mendarat di pelipisku.
“Ish,”
“Cha, mari kita lihat seberapa hebatnya
dirimu tuan Jeon.” dengan teliti dokter Jung memeriksa kondisiku.
Ku amati setiap
gerakannya, karena bagiku tubuhku ini begitu berharga meski terdapat bekas luka
yang lumayan banyak, tapi justru itulah yang membuatku tubuhku ini begitu
berharga.
“Ganti kassanya
setiap hari dan pastikan dia tidak melakukan hal bodoh atau dia akan kehilangan
kakinya, MENGERTI!” dokter jung memberikan arahan pada seorang dokter yang aku
rasa dia adalah dokter muda.
“Nde Ssaem.”
“MENGERTI?” dokter
Jung melotot ke arahku,
“Ck,” aku
mengalihkan wajahku darinya. Bagiku menjadi ‘pelanggan’ dokter Jung merupakan
suatu kenyamanan tersendiri. Dia sudah ku anggap seperti ayahku sendiri. Dia
juga mengatahui segalanya tentangku, termasuk tentang ke hidupanku yang kelam.
===000===
Aku duduk di atas
kursi roda seperti seorang pesakitan. Ku tatap layar kaca di depanku. Layar
yang menampilkan gumpalan awan putih dan langit biru serta sedikit bagian atas
gedung pencakar langit. Ku lirik bagian bawahnya, ku dapai kesibukan yang luar
biasa di sana.
“Ha~, membosankan.”
Aku mengeluh dalam sepi. Bagaimana tidak, sudah empat hari aku terdampar
disini, dan hanya makan-tidur-menonton televisi, tiga aktivitas mononton itulah
yang bisa ku lakukan, tidak ada yang lain.
TOK...TOK...TOK...
“Permisi Tuan Jeon,
saatnya pemeriksaan rutin.”
Aku menoleh ke asal
suara itu. Eiii~, rupanya seorang
dokter cantik yang sudah empat hari ini menjadi ‘pengasuh’ ku.
“Eoh,” aku berbalik arah. Ku dorong kursi
rodaku ke arahnya.
“Berbaringlah.”
Perintahnya sambil menepuk-nepuk kasur.
Dan entah kenapa
aku selalu saja menurut padanya, padahal perintah dokter Jung tak sekalipun
kuturuti.
“Apa kau sudah berlatih
menggerakan kakimu?” tanyanya. Aku menggeleng.
“Kalau kau tak
melatih kakimu, otot-otot kakimu-“
“Otot-otot kakiku
bisa kaku. Cih, tenanglah aku tak selemah itu.”
“Ck, dasar! Sudah
hampir mati masih saja sombong.” Umpatnya sambil mengganti kassa yang menutupi
luka di kakiku.
“SShh,” ku
condongkan tubuhku ke arahnya. “Hei, kau belum pernah tau betapa kuatnya aku
hm, apa kau mau membuktikannya?” ledekku.
Ku tatap matanya.
Lucu sekali, ekspresinya sangat aneh. Matanya membulat mendengar ucapanku.
“YA!” dia mendorong kepalaku agar
menjauh. “Jangan bertingkah aneh!” dia mengakhiri aktivitasnya terhadap kakiku.
“Apanya yang aneh?”
sekarang justru aku yang merasa kalau dialah yang aneh.
“YA! Cepatlah sembuh, aku sudah bosan
berhadapan denganmu.” Gerutunya sambil membereskan peralatan yang dia gunakan.
“Tenang saja aku pasti
akan cepat sembuh, karena aku juga bosan berada disini, tidak ada yang menarik.”
“Dasar bocah aneh,”
kembali dia mengumpat sebelum berlalu dari hadapanku.
“YA!”
aku sedikit kesal karena setiap kali dia bertemu denganku, panggilan
bocah aneh selalu keluar dari mulutnya.
Ku ulas senyum.
Sedikit mengingat betapa manisnya dia ketika memarahiku, mengumpat tentangku
dan mungkin aku akan merindukannya setelah ini.
TBC

Tidak ada komentar:
Posting Komentar