Author : Yeonhwa
Cast : Min Yoongi
(Suga BTS), Jung Hana (OC)
Genre : Family,
Marriage life, Fluff (little)
Rated : G
Lenght : Ficlet
Disclaimare : Suga
and other BTS member belongs to God, but storyline and OC belongs to me.
Sorry for typo and I
hate plagiarism so don’t copy paste!
Happy reading ^^
Hana POV
“Hana-ya!” panggil suamiku dari
dalam kamar.
“Ya?” ucapku ketika memasuki
ruangan bernuansa coklat ini.
“Ini!” dia melemparkan handuk ke
arahku. Kebiasaan baginya, selalu meminta bantuanku untuk mengeringkan
rambutnya setiap habis mandi.
“Tak bisakah kau keringkan
sendiri? Aku masih harus mengurus anakmu.” Omelku.
“Anakku belum bangun, sudah
keringkan rambutku, aku bisa terlambat.”
“Dasar!” marahku, sambil
mengacak-acak rambutnya.
“YA! Sakit!” dia menarik tanganku, membuatku sedikit merunduk dan
menghadap wajahnya. “Morning Kiss please,”
“Cih!” aku menutup wajahnya
dengan handuk yang ku pegang.
“YA! Kau mau kemana?”
“Dapur!” ucapku ketus.
===ooo===
Beberapa potong sayur telah ku
masukkan ke dalam panci, dan dua butir telur ku kocok di dalam mangkuk,
memberinya beberapa bumbu, lalu ku dadar di atas wajan. Setelah itu ku siapkan
mangkuk-mangkuk di atas meja. Ku siapkan juga seangkir teh hangat untuk Yoongi
dan segelas susu untuk Hyunsik.
GREP!
Tangan putih suamiku melingkar
erat di pinggangku. Membuaku terpaksa menghentikan kegiatanku.
“Kau kenapa?”
“Biarlah seperti ini!” ucapnya
lalu menelusupkan kepalanya ke ceruk leherku.
“YA! Jangan macam-macam!” aku memukul kecil tangannya yang mulai
bertindak sembarangan.
“Nanti juga kau akan merindukkan
ini,” CUP, sebuah kecupan hangat dia berikan di pipiku. Membuatku berbalik arah
menatapnya.
“Kau akan pergi lama lagi?”
tanyaku, yang jujur saja sedikit sedih. Ha~, pekerjaannya memang benar-benar
membuatku harus mati-matian menahan rasa rindu.
“Hanya sebentar.” CUP, lagi, dia
mendaratkan bibirnya tepat di atas bibirku.
“Hentikan! Kau bisa terlambat
nanti.” Sergahku sebelum hal ini berlarut ke arah yang, tidak usah kujelaskan
pun kalian tentu mengerti sendiri.
“Diamlah!” perintahnya masih
sibuk dengan leher jenjangku.
“MIN YOONGI, AKU SEDANG MEMEGANG
PISAU, KAU MAU KUBUNUH SEKARANG?” ucapku penuh penekanan. Tapi sepertinya dia
tak menggubrisnya.
“Yoongiii-ah~” ucapku dengan
susah payah. “YA!” kali ini sekuat
tenaga ku dorong tubuhnya.
“Cepat sana bersiap, makanannya
sudah hampir matang!” perintahku.
“Ish, padahal tanggung.”
Gerutunya lirih namun masih bisa terdengar olehku. Ku lirik dia dan kuberikan deathglare bersamaan dengan tanganku
yang sedang memegang pisau dan hendak memotong mentimun.
===ooo===
“Hana-ya kemasi saja sarapanku,
aku harus berangkat sekarang.” Perintahnya dengan tergesa-gesa.
“Baiklah.” Aku menggambil kotak
bekal, dan menata beberapa lauk serta nasi. Ku beri porsi sedikit lebih banyak
agar dia bisa berbagi dengan yang lainnya.
“Ini bekalnya,” aku tertegun
melihat penampilan suamiku ini. Kaos di padu dengan kemeja kotak-kotak serta snapaback dan aksesoris lainnya.
Bolehkah kali ini aku memujinya? Dia benar-benar tampan.
“Hei!” dia membuayarkan
lamunanku.
“Eoh, ini.” Aku menyodorkan kotak bekal kepadanya. “Biar ku bantu,”
aku membantunya mengemas pakaian-pakaian serta benda-benda penting lainnya.
Menatanya kedalam kopor dan sesuai kebiasaanya, beberapa barang harus dipisah
sesuai dengan kegunaannya. Priaku ini benar-benar rapih dan tertata.
Selesai dengan packing, dia melihat kembali ke arah
cermin, melihat kembali penampilannya. “Aku tahu aku tampan.” Oh sial! dia
melihatku yang sedari tadi memperhatikannya.
“Tsk!” aku menoleh, menutup rasa
maluku karena tertangkap basah sedang memperhatikannya.
“Aku akan pergi cukup lama, tapi
aku pasti pulang kerumah,”
“Lalu kau akan pergi lagi? kau
puang sehari dua hari kemudian pergi lagi?”
“Kau marah?”
“Tidak.”
“Aku pergi untuk kalian, kau jaga
diri baik-baik,”
“Kau yang harusnya jaga diri,
jaga mata, dan jangan tebar pesona. Jangan buat gadis-gadis diluar sana
membuatku semakin membencimu.”
“Kau? Membenciku?” ucapnya sambil
menggendong tasnya.
Aku diam, memilih menjauh
darinya. Ha~, jujur saja, melihatnya yang sering pergi dan meninggalkan kami,
itu cukup membuatku sedih, tapi kembali lagi, itu semua dia lakukan demi kami
dan demi cita-citanya. Bukankah aku akan egois jika aku menginginkannya tetap
di sini? Aku harus berbesar hati menghadapi semua ini.
Ku antar kepergian suamiku sampai
ke depan pintu. Menatapnya yang mulai melangkah pergi. “Hati-hati, jaga pola
makanmu, tidur yang cukup, aku tak ingin mendengar kalau kurang tidur atau kau
sampai jatuh sakit.”
“Nde Eomma,” ucapnya menirukan gaya Hyunsik.
“Ish.”
“Hana-ya?”
“Hmm,” aku mendongak.
CUP, kecupan singkat dibibirku
ini membuatku membeku seketika. “Jaga diri kalian, aku akan merindukan kalian.”
Ucapnya kemudian berlalu dariku.
Ya Tuhan, baru beberapa langkah
dia meninggalkan rumah ini, hatiku sudah merindukannya. Jaga dia untukku Tuhan.
END

Tidak ada komentar:
Posting Komentar