Author : Yeonhwa
Genre : Action gagal, romance gaje
Rate : RBO (Rate apaan tuh?)
Main Cast : Kim Joon Myeon, Xi Luhan, Oh Sehun, Kim Aiko (OC/ as You)
Annyeong readers, author datang lagi dengan kelanjutan dari ff
abal-abal yang sebelumnya udah pernah dipost. Maaf kalau author telat ngasih
sequelnya, soalnya kerjaan lagi menumpuk. Sekali lagi FF Ini murni dari hasil
pemikiran author sendiri yang lagi iseng gara-gara ketagihan nonton film
action.
Hati-hati ada typo yang bergentayangan dan ada beberapa kata-kata kasar
serta adegan-adegan yang sebaiknya jangan ditiru ya....
Happy reading dan jangan lupa RCL... ^^
***
Sehun POV
“Argghhh....” aku berteriak terbangun dari mimpi burukku,
mimpi yang selalu menghantuiku selama ini.
“Kau kenapa?” ucap seorang wanita
paruh baya sambil memelukku erat.
“Mimpi itu datang lagi bu” ucapku
sambil membalas pelukannya.
“Tenanglah ada ibu disini” dengan
penuh kasih sayang, wanita itu membelai rambutku, sentuhan hangatnya mampu
membuatku tenang kembali.
“Tidurlah, masih terlalu malam
untuk kau bangun” ucapnya sambil membetulkan selimutku.
Aku terdiam. Aku masih belum tahu
apa sebenarnya maksud dari mimpi itu,
mimpi yang setiap hari menemani malam-malamku. Mimpi yang begitu menakutkan
bagiku. Aku kehilangan orang yang aku sayang, tapi aku sendiri tak tahu siapa
orang itu, aku tak bisa melihatnya dengan jelas, aku hanya bisa mendengarkan
suara tembakan.
Mataku tak bisa terpejam hingga
jarum jam menunjukkan pukul empat pagi. Langit masih terlihat gelap, terlebih
ini adalah musim dingin, tapi aku tak bisa terlelap kembali. Aku takut jika
mimpi itu datang lagi, aku terlalu takut untuk menghadapinya. Kuputuskan untuk
keluar dari kamar, langkah kakiku membawaku ke halaman belakang. Aku mengambil
shinai yang biasa kuguanakan untuk berlatih.
Hap...Tak...Tak...Bugh...Bugh...Brak...!!!
Suara berisik ini mungkin akan
membangunkan ayah dan ibuku, tapi aku tak mempedulikannya. Aku ingin semua
kesalku pergi menjauh, dan mimpi itu tak lagi mengahantuiku.
“Ini masih terlalu pagi untuk
berlatih” ayahku datang dengan shinai dan bergabung denganku untuk berlatih.
“HYAAAA.....!!!!!” aku menyerang
ayahku dengan shinai, dan kami berlatih seperti orang yang sedang berkelahi
sungguhan.
Cukup lama kami berlatih hingga
mentari sedikit memancarkan sinarnya. Dan ayah akhirnya kalah, seperti biasa
dia selalu mengatakan
“Kau semakin habat saja, tapi
usiaku kini tak lagi muda jadi kau bisa dengan mudah mengalahkanku, coba saja
kalau tahu kemampuanku ketika aku masih muda, kau pasti akan kalah”
“Memang diusiamu sekarang ini
ayah sudah harus banyak beristirahat” aku terkekeh dengan tingkah ayahku ini.
“Sudahlah suamiku, anak kita
benar, sudah saatnya kau beristirahat,” ibuku datang dengan membawakan teh
hangat dan beberapa kue.
“hmmm,,,sepertinya enak” melihat
apa yang dibawa oleh ibuku, aku melepaskan tanganku saat aku membantu ayah
berdiri dan alhasil ayah terjatuh.
“YAKK..BOCAH KURANG AJAR KEMARI
KAU!!!” Ayah mengejarku.
Inilah kehidupanku, tinggal di
desa kecil di kawasan pesisir dengan kedua orang tuaku. Sepintas memang seperti
keluarga yang bahagia, namun aku sendiri tak pernah merasa bahwa aku pernah
dilahirkan ditempat ini, seperti ada yang kurang dalam kehidupanku di sini.
“Tuan ada telepon untuk anda”
ucap seorang pria yang kuketahui dia adalah sekretaris ayahku.
“Dari siapa?” ucap ayah datar.
“Rumah sakit” mendengar kata
Rumah sakit aku bertanya dalam hati, bukankah ayahku sudah pensiun menjadi
dokter? Tapi ah sudahlah apa peduliku. Aku melanjutkan acara tembak-menembakku.
Rumahku memang sederhana, tapi dalamnya sangat luas bahkan ayahku mempunyai
halaman yang cukup luas yang bisa digunakan untuk berlatih kendo, memanah
bahkan menembak.
“Hoon-ah cepat bersiap kau ikut
ayah ke kantor sekarang” perintah ayah
“Ne...” aku segera mengikuti
perintah ayahku, atau kalau tidak maka murka ayah akan menghampiriku. Ku
kenakan kemeja biru muda, dan tuxedo hitam, rambut kusisir rapi, layaknya
seorang Presdir.
“Oppa tunggu” teriak seorang
gadis. Dia adalah Hana, adikku.
“Apa?” jawabku ketus.
“Ish, kau ini, kemari!” aku
menuruti perintahnya dengan malas. “Ada apa?”
Tangannya mengisyaratkan agar aku
sedikit merendah, memposisiskan tubuhku agar bisa sejajar dengannya.
“Kau ini sudah tahu akan pergi
dengan ayah, mengapa kau tak berdandan layaknya CEO eoh?” dia mengalungkan
sebuah dasi dengan warna yang sangat pas dengan kemeja yang kukenakan. Dengan
telaten dia merapikan dasi yang dia pakaikan.
“Nah beginikan lebih baik”
pujinya.
“Sudahlah aku terlambat, ayah
sudah menunggu” aku mempercepat langkahku.
Seorang staff ayah telah
membukakan pintu mobil untukku. Ayah mengajakku untuk menemui kliennya. Ayahku
adalah seorang CEO perusahaan farmasi yang cukup terkemuka di negeri ini. Tak
butuh waktu lama untuk sampai di tempat yang ayah maksud.
“Selamat datang tuan Lee” ucap
seorang karyawan.
Hanya staf ayah yang membalas
membungkuk pada karyawan itu. Aku melangkahkan kaki di kantor yang luas ini.
Sepintas gedung ini mirip dengan perkantoran biasa, namun ketika aku masuk
lebih dalam lagi, gedung ini mirip seperti markas mafia atau yakuza.
“Lee Hoon,?” tanya Seorang pria
dengan penampilannya yang tenang namun wajahnya penuh dengan kelicikkan.
“Ne, Lee Hoon imnida” aku mebalas
jabatan tangannya. Setelah itu dia menatapku dari atas sampai bawah, entah apa
yang dia cari dari diriku.
“Kau menjaganya dengan baik
Hyung” ucapnya lagi.
“Hoon-ah bisakah kau keluar
sebentar?” perintah ayah.
Aku membungkuk lalu meninggalkan
kedua pria itu. Entahlah apa yang akan mereka bicarakan. Aku memutuskan untuk
keluar menghirup udara segar. Aku memutuskan untuk singgah di sebuah coffe shop
di seberang gedung ini.
KLININGGG...!!!
suara lonceng di atas pintu masuk
yang menandakan ada pelanggan yang datang. Aku memesan mocca latte sebagai
teman duduk kali ini. Memilih tempat duduk di dekat jendela adalah pilihan yang
kurasa tepat, mengingat aku pergi tanpa pamit. Dengan begini aku lebih mudah
mengamati gedung di seberang kalau-kalau ayah mencariku maka aku dengan mudah
mengetahuinya.
Tepat di seberang bangku yang ku
tempati seorang wanita dengan gayanya yang tomboy namun tetap memberikan kesan
sexy tengah asik menyesap minuman yang dia pesan. Ku amati parasnya, memang
cantik. Biar ku tebak, dia memiliki darah Jepang, hal itu tergambar dari
wajahnya yang terdapat aksen wajah wanita jepang. Sambil menyesap secangkir
mocca latte mataku terus mengawasi gerak-geriknya, wanita yang berhasil mencuri
perhatianku itu. Ku lihat lagi matanya mengarah pada gedung seberang, mulutnya
terus bergerak, seperti sedang berbicara, lalu kualihkan pandanganku ke
telinganya. Ah...pantas saja,dia mengggunakan bluetooth headset rupanya.
Dia mengangguk-anggukkan
kepalanya, aku rasa seseorang sedang memerintahkan sesuatu padanya. Aku terus
mengamati wanita itu, hingga akhirnya dia sadar kalau dirinya tengah ku
perhatikan.
Dengan sigap ku sesap kembali
mocca latte-ku demi menutupi rasa kagetku. Sementara dia tersenyum, sebagai
kata Hai padaku. Aku membalasnya dengan senyuman. Dan dia tertawa, sungguh
manis. Dia berjalan mendekatiku. Menundukkan kepalanya mendekat padaku.
“Bibirmu Tuan” bisiknya lembut
tepat di telingaku. Seberti terkena sengatan listrik, aku hanya terdiam dengan
tampangku yang dingin. Setelah beberapa langkah wanita itu berlalu dariku,
barulah aku sadar, hahaha...ternyata aku berkumis. Sisa mocca latte yang dia
maksud rupanya.
“Tuan muda segeralah kembali,
Tuan Lee mencari Anda” suara seorang staff ayah di seberang sana.
“Baiklah” aku melenggang menuju
gedung yang belum lama aku tinggalkan. Ada apa lagi ini?. Setelah sampai di
depan ruangan tempat ayahku menunggu, aku melihat sekilas dari celah pintu,
wanita itu, rupanya dia kemari.
“Permisi” ucapku sopan.
“Masuklah Hoon” perintah ayah.
“Perkenalkan ini dia Lee Dong
Hae, dan ini putranya Lee Hoon” ucap ahjussi, teman ayah. Aku menjulurkan
tangan.
“Yeon Hwa,” Dia tersenyum sambil
memperkenalkan dirinya.
“Ah Hoon-ah, aku rasa kita belum
berkenalan. Namaku Kris” Aku membalas perkenalan dari ahjussi itu. Ada yang
aneh ketika aku menjabat tangannya, hati berkata seolah dia bukanlah orang
baik.
Ada banyak hal yang kami
bicarakan. Mulai dari a sampai z dan itu benar-benar rmembuatku malas. Tetapi
kehadiran Yeon Hwa sedikit memberiku udara segar. Cukup lama kami berbincang
dan pada intinya aku akan bekerjasama dengan ahjussi yang bernama Kris ini.
Obrolan resmi kali ini diakhiri dengan jabat tangan antara kami. Entahlah aku
merasa ada getaran aneh ketika Ayano membalas uluran tanganku.
Pintu lift terbuka, layar monitor
menunjukkan angka 1 yang berarti kini
aku berada di lantai 1. Kami berpisah, sedikit merasa kecewa karena aku harus
berpisah. Entahlah perasaan kecewa itu muncul begitu saja.
“Ayah tunggu sebentar, aku rasa
aku meninggalkan sesuatu di dalam” ucapku, aku berlari mengejar wanita yang
bernama Yeon Hwa itu.
“Nona tunggu sebentar” aku
berteriak memanggil namanya.
“Eoh, tuan, ada perlu apa?”
tanyanya dengan suara yang terdengar begitu manis.
“Eum,...” aku begitu gugup
“Anda kenapa tuan?” tanyanya
seduktif.
“Aku ingin berkenalan secara
pribadi denganmu” ucapku lantang.
“bukankah kita sudah berkenalan
tadi?”
“tapi aku belum merasa berkenalan
denganmu tadi, itu terlalu formal, aku ingin kita bisa berkenalan layaknya
seorang teman”
“baiklah, perkenalkan aku Yeon
Hwa, Kim Yeon Hwa” ucapnya sambil mengulurkan tangannya,
Dengan senang hati ku sambut
uluran tangannya, tapi
“Tuan muda, tuan Lee sudah
menunggu nda, kita harus bergegas,” ucap staff ayahku. Sial mengapa orang-orang
ayahku selalu datang disaat tak tepat.
“AKU LEE HOON,” aku melemparkan
kartu namaku yang ku remas ke arahnya, berharap dia bisa mengetahui identitasku
dan nomor ponselku.
Ku lihat dia tersenyum, sementara
aku, ah sudahlah, aku seperti tahanan yang digiring ke penjara oleh sipir.
Terkadang sikap ayahku ini berlebihan.
Aiko POV
“Lee Hoon, kaukah itu?” aku
bergumam dalam hati, aku sungguh merindukan sosok pria itu, pria yang mencuri
hatiku empat tahun yang lalu dan hingga saat ini aku masih merindukannya.
Dering ponsel menyadarkanku akan
lamunanku yang terlalu jauh melangkah mundur. Ku hembuskan nafasku dengan
kasar, ku keluarkan rasa sesak yang benar-benar memenuhi dadaku ini.
“Ne oppa, ada apa?” tanyaku.
“Bagaimana apakah semuanya
berjalan sesuai rencana?” ucap seseorang di sana.
“Ya, semuanya bejalan lancar, dan
aku rasa aku bisa masuk dengan mudah. Dan satu lagi oppa, aku mohon bantuan
seorang untuk menjadi sekretarisku.”
“baiklah, akan ku kirim Kyung So
untuk menemanimu”
“terimakasih, eumm oppa, Luhan
oppa, apakah adikmu Sehun, benar-benar sudah meninggal? Apakah kau sudah
memastikan mayatnya?” tanyaku sendu.
“Aiko, kau kenapa? Kau baik-baik saja? Saat ini kau
sedang dalam masa tugas, fokuskan pikranmu ke tugasmu” ucap pria itu
“tapi oppa...”
“sudahlah, aku akan segera
memberi tahu Kyung So kau tunggu saja arra?!”
“ne...”
Aku menutup sambungan teleponku
dengan pria itu, pria yang telah berbaik hati menolongku setelah kejadian
menyedihkan itu, dan dia pula yang menjadikanku sebagai bagian dari mereka, dia
juga yang menjadikanku agen intelejen seperti mereka. Dia juga yang membantuku
untuk bangkit. Meski aku tahu bahwa dia sangat membenci ayahku.
“oh sehun aku merindukanmu...”
TBC.....

Tidak ada komentar:
Posting Komentar