Minggu, 20 Maret 2016

UNDER THE MOONLIGHT (Part 8)



Author : Yeonhwa
Genre : Action gagal, romance gaje
Rate : RBO (Rate apaan tuh?)
Main Cast : Kim Joon Myeon, Xi Luhan, Oh Sehun, Kim Aiko (OC/ as You)
Annyeong readers, author datang lagi dengan kelanjutan dari ff abal-abal yang sebelumnya udah pernah dipost. Maaf kalau author telat ngasih sequelnya, soalnya kerjaan lagi menumpuk. Sekali lagi FF Ini murni dari hasil pemikiran author sendiri yang lagi iseng gara-gara ketagihan nonton film action.
Hati-hati ada typo yang bergentayangan dan ada beberapa kata-kata kasar serta adegan-adegan yang sebaiknya jangan ditiru ya....
Happy reading dan jangan lupa RCL... ^^
***


Sehun POV
“Argghhh....”  aku berteriak terbangun dari mimpi burukku, mimpi yang selalu menghantuiku selama ini.
“Kau kenapa?” ucap seorang wanita paruh baya sambil memelukku erat.
“Mimpi itu datang lagi bu” ucapku sambil membalas pelukannya.
“Tenanglah ada ibu disini” dengan penuh kasih sayang, wanita itu membelai rambutku, sentuhan hangatnya mampu membuatku tenang kembali.
“Tidurlah, masih terlalu malam untuk kau bangun” ucapnya sambil membetulkan selimutku.
Aku terdiam. Aku masih belum tahu apa sebenarnya maksud dari  mimpi itu, mimpi yang setiap hari menemani malam-malamku. Mimpi yang begitu menakutkan bagiku. Aku kehilangan orang yang aku sayang, tapi aku sendiri tak tahu siapa orang itu, aku tak bisa melihatnya dengan jelas, aku hanya bisa mendengarkan suara tembakan.
Mataku tak bisa terpejam hingga jarum jam menunjukkan pukul empat pagi. Langit masih terlihat gelap, terlebih ini adalah musim dingin, tapi aku tak bisa terlelap kembali. Aku takut jika mimpi itu datang lagi, aku terlalu takut untuk menghadapinya. Kuputuskan untuk keluar dari kamar, langkah kakiku membawaku ke halaman belakang. Aku mengambil shinai yang biasa kuguanakan untuk berlatih.
Hap...Tak...Tak...Bugh...Bugh...Brak...!!!
Suara berisik ini mungkin akan membangunkan ayah dan ibuku, tapi aku tak mempedulikannya. Aku ingin semua kesalku pergi menjauh, dan mimpi itu tak lagi mengahantuiku.
“Ini masih terlalu pagi untuk berlatih” ayahku datang dengan shinai dan bergabung denganku untuk berlatih.
“HYAAAA.....!!!!!” aku menyerang ayahku dengan shinai, dan kami berlatih seperti orang yang sedang berkelahi sungguhan.
Cukup lama kami berlatih hingga mentari sedikit memancarkan sinarnya. Dan ayah akhirnya kalah, seperti biasa dia selalu mengatakan
“Kau semakin habat saja, tapi usiaku kini tak lagi muda jadi kau bisa dengan mudah mengalahkanku, coba saja kalau tahu kemampuanku ketika aku masih muda, kau pasti akan kalah”
“Memang diusiamu sekarang ini ayah sudah harus banyak beristirahat” aku terkekeh dengan tingkah ayahku ini.
“Sudahlah suamiku, anak kita benar, sudah saatnya kau beristirahat,” ibuku datang dengan membawakan teh hangat dan beberapa kue.
“hmmm,,,sepertinya enak” melihat apa yang dibawa oleh ibuku, aku melepaskan tanganku saat aku membantu ayah berdiri dan alhasil ayah terjatuh.
“YAKK..BOCAH KURANG AJAR KEMARI KAU!!!” Ayah mengejarku.
Inilah kehidupanku, tinggal di desa kecil di kawasan pesisir dengan kedua orang tuaku. Sepintas memang seperti keluarga yang bahagia, namun aku sendiri tak pernah merasa bahwa aku pernah dilahirkan ditempat ini, seperti ada yang kurang dalam kehidupanku di sini.
“Tuan ada telepon untuk anda” ucap seorang pria yang kuketahui dia adalah sekretaris ayahku.
“Dari siapa?” ucap ayah datar.
“Rumah sakit” mendengar kata Rumah sakit aku bertanya dalam hati, bukankah ayahku sudah pensiun menjadi dokter? Tapi ah sudahlah apa peduliku. Aku melanjutkan acara tembak-menembakku. Rumahku memang sederhana, tapi dalamnya sangat luas bahkan ayahku mempunyai halaman yang cukup luas yang bisa digunakan untuk berlatih kendo, memanah bahkan menembak.
“Hoon-ah cepat bersiap kau ikut ayah ke kantor sekarang” perintah ayah
“Ne...” aku segera mengikuti perintah ayahku, atau kalau tidak maka murka ayah akan menghampiriku. Ku kenakan kemeja biru muda, dan tuxedo hitam, rambut kusisir rapi, layaknya seorang Presdir.
“Oppa tunggu” teriak seorang gadis. Dia adalah Hana, adikku.
“Apa?” jawabku ketus.
“Ish, kau ini, kemari!” aku menuruti perintahnya dengan malas. “Ada apa?”
Tangannya mengisyaratkan agar aku sedikit merendah, memposisiskan tubuhku agar bisa sejajar dengannya.
“Kau ini sudah tahu akan pergi dengan ayah, mengapa kau tak berdandan layaknya CEO eoh?” dia mengalungkan sebuah dasi dengan warna yang sangat pas dengan kemeja yang kukenakan. Dengan telaten dia merapikan dasi yang dia pakaikan.
“Nah beginikan lebih baik” pujinya.
“Sudahlah aku terlambat, ayah sudah menunggu” aku mempercepat langkahku.
Seorang staff ayah telah membukakan pintu mobil untukku. Ayah mengajakku untuk menemui kliennya. Ayahku adalah seorang CEO perusahaan farmasi yang cukup terkemuka di negeri ini. Tak butuh waktu lama untuk sampai di tempat yang ayah maksud.
“Selamat datang tuan Lee” ucap seorang karyawan.
Hanya staf ayah yang membalas membungkuk pada karyawan itu. Aku melangkahkan kaki di kantor yang luas ini. Sepintas gedung ini mirip dengan perkantoran biasa, namun ketika aku masuk lebih dalam lagi, gedung ini mirip seperti markas mafia atau yakuza.
“Lee Hoon,?” tanya Seorang pria dengan penampilannya yang tenang namun wajahnya penuh dengan kelicikkan.
“Ne, Lee Hoon imnida” aku mebalas jabatan tangannya. Setelah itu dia menatapku dari atas sampai bawah, entah apa yang dia cari dari diriku.
“Kau menjaganya dengan baik Hyung” ucapnya lagi.
“Hoon-ah bisakah kau keluar sebentar?” perintah ayah.
Aku membungkuk lalu meninggalkan kedua pria itu. Entahlah apa yang akan mereka bicarakan. Aku memutuskan untuk keluar menghirup udara segar. Aku memutuskan untuk singgah di sebuah coffe shop di seberang gedung ini.
KLININGGG...!!!
suara lonceng di atas pintu masuk yang menandakan ada pelanggan yang datang. Aku memesan mocca latte sebagai teman duduk kali ini. Memilih tempat duduk di dekat jendela adalah pilihan yang kurasa tepat, mengingat aku pergi tanpa pamit. Dengan begini aku lebih mudah mengamati gedung di seberang kalau-kalau ayah mencariku maka aku dengan mudah mengetahuinya.
Tepat di seberang bangku yang ku tempati seorang wanita dengan gayanya yang tomboy namun tetap memberikan kesan sexy tengah asik menyesap minuman yang dia pesan. Ku amati parasnya, memang cantik. Biar ku tebak, dia memiliki darah Jepang, hal itu tergambar dari wajahnya yang terdapat aksen wajah wanita jepang. Sambil menyesap secangkir mocca latte mataku terus mengawasi gerak-geriknya, wanita yang berhasil mencuri perhatianku itu. Ku lihat lagi matanya mengarah pada gedung seberang, mulutnya terus bergerak, seperti sedang berbicara, lalu kualihkan pandanganku ke telinganya. Ah...pantas saja,dia mengggunakan bluetooth headset rupanya.
Dia mengangguk-anggukkan kepalanya, aku rasa seseorang sedang memerintahkan sesuatu padanya. Aku terus mengamati wanita itu, hingga akhirnya dia sadar kalau dirinya tengah ku perhatikan.
Dengan sigap ku sesap kembali mocca latte-ku demi menutupi rasa kagetku. Sementara dia tersenyum, sebagai kata Hai padaku. Aku membalasnya dengan senyuman. Dan dia tertawa, sungguh manis. Dia berjalan mendekatiku. Menundukkan kepalanya mendekat padaku.
“Bibirmu Tuan” bisiknya lembut tepat di telingaku. Seberti terkena sengatan listrik, aku hanya terdiam dengan tampangku yang dingin. Setelah beberapa langkah wanita itu berlalu dariku, barulah aku sadar, hahaha...ternyata aku berkumis. Sisa mocca latte yang dia maksud rupanya.
“Tuan muda segeralah kembali, Tuan Lee mencari Anda” suara seorang staff ayah di seberang sana.
“Baiklah” aku melenggang menuju gedung yang belum lama aku tinggalkan. Ada apa lagi ini?. Setelah sampai di depan ruangan tempat ayahku menunggu, aku melihat sekilas dari celah pintu, wanita itu, rupanya dia kemari.
“Permisi” ucapku sopan.
“Masuklah Hoon” perintah ayah.
“Perkenalkan ini dia Lee Dong Hae, dan ini putranya Lee Hoon” ucap ahjussi, teman ayah. Aku menjulurkan tangan.
“Yeon Hwa,” Dia tersenyum sambil memperkenalkan dirinya.
“Ah Hoon-ah, aku rasa kita belum berkenalan. Namaku Kris” Aku membalas perkenalan dari ahjussi itu. Ada yang aneh ketika aku menjabat tangannya, hati berkata seolah dia bukanlah orang baik.
Ada banyak hal yang kami bicarakan. Mulai dari a sampai z dan itu benar-benar rmembuatku malas. Tetapi kehadiran Yeon Hwa sedikit memberiku udara segar. Cukup lama kami berbincang dan pada intinya aku akan bekerjasama dengan ahjussi yang bernama Kris ini. Obrolan resmi kali ini diakhiri dengan jabat tangan antara kami. Entahlah aku merasa ada getaran aneh ketika Ayano membalas uluran tanganku.
Pintu lift terbuka, layar monitor menunjukkan angka 1  yang berarti kini aku berada di lantai 1. Kami berpisah, sedikit merasa kecewa karena aku harus berpisah. Entahlah perasaan kecewa itu muncul begitu saja.
“Ayah tunggu sebentar, aku rasa aku meninggalkan sesuatu di dalam” ucapku, aku berlari mengejar wanita yang bernama Yeon Hwa itu.
“Nona tunggu sebentar” aku berteriak memanggil namanya.
“Eoh, tuan, ada perlu apa?” tanyanya dengan suara yang terdengar begitu manis.
“Eum,...” aku begitu gugup
“Anda kenapa tuan?” tanyanya seduktif.
“Aku ingin berkenalan secara pribadi denganmu” ucapku lantang.
“bukankah kita sudah berkenalan tadi?”
“tapi aku belum merasa berkenalan denganmu tadi, itu terlalu formal, aku ingin kita bisa berkenalan layaknya seorang teman”
“baiklah, perkenalkan aku Yeon Hwa, Kim Yeon Hwa” ucapnya sambil mengulurkan tangannya,
Dengan senang hati ku sambut uluran tangannya, tapi
“Tuan muda, tuan Lee sudah menunggu nda, kita harus bergegas,” ucap staff ayahku. Sial mengapa orang-orang ayahku selalu datang disaat tak tepat.
“AKU LEE HOON,” aku melemparkan kartu namaku yang ku remas ke arahnya, berharap dia bisa mengetahui identitasku dan nomor ponselku.
Ku lihat dia tersenyum, sementara aku, ah sudahlah, aku seperti tahanan yang digiring ke penjara oleh sipir. Terkadang sikap ayahku ini berlebihan.
Aiko POV
“Lee Hoon, kaukah itu?” aku bergumam dalam hati, aku sungguh merindukan sosok pria itu, pria yang mencuri hatiku empat tahun yang lalu dan hingga saat ini aku masih merindukannya.
Dering ponsel menyadarkanku akan lamunanku yang terlalu jauh melangkah mundur. Ku hembuskan nafasku dengan kasar, ku keluarkan rasa sesak yang benar-benar memenuhi dadaku ini.
“Ne oppa, ada apa?” tanyaku.
“Bagaimana apakah semuanya berjalan sesuai rencana?” ucap seseorang di sana.
“Ya, semuanya bejalan lancar, dan aku rasa aku bisa masuk dengan mudah. Dan satu lagi oppa, aku mohon bantuan seorang untuk menjadi sekretarisku.”
“baiklah, akan ku kirim Kyung So untuk menemanimu”
“terimakasih, eumm oppa, Luhan oppa, apakah adikmu Sehun, benar-benar sudah meninggal? Apakah kau sudah memastikan mayatnya?” tanyaku sendu.
“Aiko,  kau kenapa? Kau baik-baik saja? Saat ini kau sedang dalam masa tugas, fokuskan pikranmu ke tugasmu” ucap pria itu
“tapi oppa...”
“sudahlah, aku akan segera memberi tahu Kyung So kau tunggu saja arra?!”
“ne...”
Aku menutup sambungan teleponku dengan pria itu, pria yang telah berbaik hati menolongku setelah kejadian menyedihkan itu, dan dia pula yang menjadikanku sebagai bagian dari mereka, dia juga yang menjadikanku agen intelejen seperti mereka. Dia juga yang membantuku untuk bangkit. Meski aku tahu bahwa dia sangat membenci ayahku.
“oh sehun aku merindukanmu...”

TBC.....




Tidak ada komentar:

Posting Komentar