Senin, 21 Maret 2016

FF BTS ll HAPPY TUMMY


Author : Yeonhwa
Cast : Min Yoongi (Suga BTS), Jung Hana (OC)
Genre : Family, Fluff (little)
Rated : G
Lenght : Ficlet
Disclaimare : Suga and othe member belongs to God, but storyline and OC belongs to me.
I hate plagiarism so don’t copy paste!
Happy reading ^^



Matahari masih belum menampakkan sinarnya, tetapi pria yang bernama Min Yoongi itu sudah sibuk. Ya, sibuk di dapur mencari sesuatu untuk dimakan. Aku yang merasa terusik dengan suara berisik darinya akhirnya terbangun.

“Kau sedang apa?” tanyaku.

Dia menoleh ke arahku lalu memberikan cengirannya. “Hehehe...aku lapar~”

Ya ampuuuunnn! Kenapa nafsu makannya bertambah besar sih! Merasa kasihan akupun membuka lemari dapur dan tak menemukan apapun. Lalu aku membuka kulkas dan menemukan beberapa sayuran serta telur ayam, aku mengecek nasi yang berada di penghangat nasi, ah masih ada.

“Mau ku buatkan sesuatu?” tawarku, diapun mengangguk lalu duduk manis di meja makan sambil sambil menatapku penuh harap.

Aku membuat menu sederhana dari bahan-bahan yang ku temukan di kulkas. Bibimbap ala kadarnya. Selesai mencampur semua bahan aku menyerahkannya pada Yoongi.

“Ini, makanlah.”

“Apa ini? Terlihat errr, aneh.” Dia melihat mangkuk yang ku berikan dengan tatapan aneh.

“Ya! Kalau tak mau makan ya sudah untukku saja!” aku sedikit sewot. Kurebut mangkuk yang ku berikan padanya tadi, ck! orang ini banyak protes.

“Ya! Baiklah aku makan dari pada tak ada yang bisa di makan.” Mangkuk berisi bibimbap itu kembali berada di tangan Yoongi. Dia menyendokkan nasi itu dengan penuh keraguan.

“Cepat makan!” suruhku. Dia memasukan makanan yang dia sebut buruk itu. lalu sedetik kemudian matanya berbinar.

“Bagaimana? Enak kan?”

“Eum...ini enak!” ucapnya dengan mulut penuh makanan. Selanjutnya semangkuk bibimbap habis di lahapnya, akupun hanya bisa melihatnya. Melihatnya makan saja sudah membuatku kenyang.
.

.

.

.

“Appa pulang!” suara lantang dari seorang Min Yoongi menggema di seluruh penjuru rumah membuat Hyunsik yang sedang asik menikmati kartun pororo kesukaannya terpaksa beralih ke asal suara itu.

“Appa bawa makanan!” ucap Yoongi girang sambil menunjukkan dua kantung plastik yang ku tau itu kantung plastik dari kedai ayam goreng langganan kami.

“Kau membelinya? Lagi?” tanyaku.

“Eum!” angguknya mantap. Ini sudah hari ke empat di mana Yoongi selalu pulang dengan makanan di tangannya.

Ya Tuhan, aku yang hamil kenapa dia yang doyan makan? bahkan bisa ku katakan dia yang mengalami ngidam. Ingin makan ini itu, dan permintaan aneh lainnya.

“Cha~ ayo makan!” ajak Yoongi.

“Ya! Tungu dulu!” PLAK! Aku memukul tangannya, “Kebiasaan! Cuci tangan dulu sana!” cegahku sebelum tangan kotor dua lelakiku menyentuh makanan.

“Cha~ ayo makan!” serunya lagi selesai mencuci tangannya.

“Ayo!” Hyunsik tak kalah bersemangat.

“Pelan-pelan makannya.” Ucapku memperingati Hyunsik dan Yoongi yang tengah makan seperti orang kelaparan. Satu gelas cola dan dua gelas jus jeruk ku letakkan di atas meja. Aku yang semula hanya melihat mereka makan akhirnya ikut tergoda untuk mencicipinya. Hanya dua potong saja, tidak lebih, karena mulutku masih terasa kurang enak untuk diajak makan.

“Ha~ kenyangnya~” ucap Hyunsik sambil sandaran dipangkuan appa-nya.

“Appa juga kenyang sayang,” ucap Yoongi sambil mengusap perutnya.

“Perut appa seperti eomma, hahaha!” celetuk Hyunsik ketika melihat perut appan-nya yang eum, berukuran lebih besar dari biasanya.

“Ah benarkah?” tanya Yoongi sambil memegangi perutnya. Dia berdiri dan mengukur perutnya dengan tangannya sendiri.

“Ck, lihatlah, perutmu, aigoo~ yang hamil sebenarnya siapa sih?” ledekku.

“Apakah sebesar itu?”

“Lihat saja sendiri,” jawabku. Dia pun berjalan menuju kamar, mungkin ingin melihat ukuran perutnya dari pantulan cermin.

“ASTAGA!” teriaknya dari dalam kamar.

“Kenapa?” aku menoleh ketika mendengar teriakannya.

“Kenapa perutku menjadi sebelas dua belas denganmu?”

“Appa, apa di sini ada adik bayi juga?” tanya Hyunsik polos telunjuknya terus mencolek-colek perut buncit Yoongi.

“Bukan adik bayi, tapi kandang babi. Wleee.” Aku memeletkan lidahku, semakin meledek suamiku.

“Ya! Kurang ajar, kau bilang kandang babi, Tsk! Awas kau ya!”

“Bukan kandang babi sayang, tapi-“

“Tapi kandang sapi, appamu susah selalu saja mengunyah seperti sapi yang selalu saja mengunyah rumput. Dasar pemamah biak.”

“YA! JUNG HANA! AWAS KAU YA!”

Sebelum sebuah bantal mendarat ke wajahku buru-buru aku melarikan diri ke dapur, sekalian membuang sampah sisa makan ayam goreng tadi.

Harus ku akui sekarang ini perutku dan suamiku saling bersaing dalam hal ukuran karena dia lebih bersemangat untuk memakan apapun yang bisa dia makan, sedangkan aku? Aku masih saja merasakan mual. Mungkin nafsu makanku berpindah ke suamiku.

END



Tidak ada komentar:

Posting Komentar