Author : Yeonhwa
Cast : Min Yoongi
(Suga BTS), Jung Hana (OC)
Genre : Family, Fluff
(little)
Rated : G
Lenght : Ficlet
Disclaimare : Suga
and othe member belongs to God, but storyline and OC belongs to me.
I hate plagiarism so
don’t copy paste!
Happy reading ^^
Matahari masih belum menampakkan
sinarnya, tetapi pria yang bernama Min Yoongi itu sudah sibuk. Ya, sibuk di
dapur mencari sesuatu untuk dimakan. Aku yang merasa terusik dengan suara
berisik darinya akhirnya terbangun.
“Kau sedang apa?” tanyaku.
Dia menoleh ke arahku lalu
memberikan cengirannya. “Hehehe...aku lapar~”
Ya ampuuuunnn! Kenapa nafsu
makannya bertambah besar sih! Merasa kasihan akupun membuka lemari dapur dan
tak menemukan apapun. Lalu aku membuka kulkas dan menemukan beberapa sayuran
serta telur ayam, aku mengecek nasi yang berada di penghangat nasi, ah masih
ada.
“Mau ku buatkan sesuatu?”
tawarku, diapun mengangguk lalu duduk manis di meja makan sambil sambil
menatapku penuh harap.
Aku membuat menu sederhana dari
bahan-bahan yang ku temukan di kulkas. Bibimbap ala kadarnya. Selesai mencampur
semua bahan aku menyerahkannya pada Yoongi.
“Ini, makanlah.”
“Apa ini? Terlihat errr, aneh.”
Dia melihat mangkuk yang ku berikan dengan tatapan aneh.
“Ya! Kalau tak mau makan ya sudah
untukku saja!” aku sedikit sewot. Kurebut mangkuk yang ku berikan padanya tadi,
ck! orang ini banyak protes.
“Ya! Baiklah aku makan dari pada
tak ada yang bisa di makan.” Mangkuk berisi bibimbap itu kembali berada di
tangan Yoongi. Dia menyendokkan nasi itu dengan penuh keraguan.
“Cepat makan!” suruhku. Dia
memasukan makanan yang dia sebut buruk itu. lalu sedetik kemudian matanya
berbinar.
“Bagaimana? Enak kan?”
“Eum...ini enak!” ucapnya dengan
mulut penuh makanan. Selanjutnya semangkuk bibimbap habis di lahapnya, akupun
hanya bisa melihatnya. Melihatnya makan saja sudah membuatku kenyang.
.
.
.
.
“Appa pulang!” suara lantang dari
seorang Min Yoongi menggema di seluruh penjuru rumah membuat Hyunsik yang
sedang asik menikmati kartun pororo kesukaannya terpaksa beralih ke asal suara
itu.
“Appa bawa makanan!” ucap Yoongi
girang sambil menunjukkan dua kantung plastik yang ku tau itu kantung plastik
dari kedai ayam goreng langganan kami.
“Kau membelinya? Lagi?” tanyaku.
“Eum!” angguknya mantap. Ini
sudah hari ke empat di mana Yoongi selalu pulang dengan makanan di tangannya.
Ya Tuhan, aku yang hamil kenapa
dia yang doyan makan? bahkan bisa ku katakan dia yang mengalami ngidam. Ingin
makan ini itu, dan permintaan aneh lainnya.
“Cha~ ayo makan!” ajak Yoongi.
“Ya! Tungu dulu!” PLAK! Aku
memukul tangannya, “Kebiasaan! Cuci tangan dulu sana!” cegahku sebelum tangan
kotor dua lelakiku menyentuh makanan.
“Cha~ ayo makan!” serunya lagi
selesai mencuci tangannya.
“Ayo!” Hyunsik tak kalah
bersemangat.
“Pelan-pelan makannya.” Ucapku
memperingati Hyunsik dan Yoongi yang tengah makan seperti orang kelaparan. Satu
gelas cola dan dua gelas jus jeruk ku letakkan di atas meja. Aku yang semula
hanya melihat mereka makan akhirnya ikut tergoda untuk mencicipinya. Hanya dua
potong saja, tidak lebih, karena mulutku masih terasa kurang enak untuk diajak
makan.
“Ha~ kenyangnya~” ucap Hyunsik
sambil sandaran dipangkuan appa-nya.
“Appa juga kenyang sayang,” ucap
Yoongi sambil mengusap perutnya.
“Perut appa seperti eomma,
hahaha!” celetuk Hyunsik ketika melihat perut appan-nya yang eum, berukuran
lebih besar dari biasanya.
“Ah benarkah?” tanya Yoongi
sambil memegangi perutnya. Dia berdiri dan mengukur perutnya dengan tangannya
sendiri.
“Ck, lihatlah, perutmu, aigoo~
yang hamil sebenarnya siapa sih?” ledekku.
“Apakah sebesar itu?”
“Lihat saja sendiri,” jawabku.
Dia pun berjalan menuju kamar, mungkin ingin melihat ukuran perutnya dari
pantulan cermin.
“ASTAGA!” teriaknya dari dalam
kamar.
“Kenapa?” aku menoleh ketika
mendengar teriakannya.
“Kenapa perutku menjadi sebelas
dua belas denganmu?”
“Appa, apa di sini ada adik bayi
juga?” tanya Hyunsik polos telunjuknya terus mencolek-colek perut buncit Yoongi.
“Bukan adik bayi, tapi kandang
babi. Wleee.” Aku memeletkan lidahku, semakin meledek suamiku.
“Ya! Kurang ajar, kau bilang
kandang babi, Tsk! Awas kau ya!”
“Bukan kandang babi sayang,
tapi-“
“Tapi kandang sapi, appamu susah
selalu saja mengunyah seperti sapi yang selalu saja mengunyah rumput. Dasar
pemamah biak.”
“YA! JUNG HANA! AWAS KAU YA!”
Sebelum sebuah bantal mendarat ke
wajahku buru-buru aku melarikan diri ke dapur, sekalian membuang sampah sisa
makan ayam goreng tadi.
Harus ku akui sekarang ini
perutku dan suamiku saling bersaing dalam hal ukuran karena dia lebih
bersemangat untuk memakan apapun yang bisa dia makan, sedangkan aku? Aku masih
saja merasakan mual. Mungkin nafsu makanku berpindah ke suamiku.
END

Tidak ada komentar:
Posting Komentar