![]() |
| cr,pict to BTS-ARMY Indonesia Fanspage |
Author : Yeonhwa
Cast : Min Yoongi
(Suga BTS), Jung Hana (OC)
Genre : Marriage
life, Fluff (little)
Rated : G
Lenght : Ficlet
Disclaimare : Suga
and other BTS member belongs to God, but storyline and OC belongs to me.
I hate plagiarism so
don’t copy paste!
Happy reading ^^
Jarum jam sudah menunjukkan pukul
dua belas malam, dan aku masih belum menemukan priaku di sampingku. Penasaran,
aku memutuskan untuk menemuinya yang sudah bisa ku pastikan dia sedang
berkencan di studio kerjanya.
“Yoongi-ah?” aku berjalan
menghampirinya.
“Emm,” jawabnya singkat dan masih
dengan pandangannya yang lurus ke arah layar monitor.
“Kau sedang membuat lagu lagi?”
tanyaku sambil menempatkan diri di sampingnya.
“Bukan, aku sedang menyelesaikan
mixtapeku yang tertunda,” jelasnya, tangannya menekan-nekan tombol mouse dan
sesekali matanya beralih dari sudut ke sudut layar monitor.
“Bukankah kau sudah membuatnya
sebelum kau ulang tahun kemarin?”
“Itu dia, aku belum bisa
menyelesaikannya,” dia masih saja mengacuhkanku.
“Jangan terlalu memforsir dirimu
sendiri Yoongi-ah,” aku mengusap pundaknya, dia berbalik menatapku lalu tersenyum.
“Ini untuk mereka yang telah
bekerja keras mendukungku, aku tak ingin mengecewakan mereka.” tangannya
menggenggam tanganku.
“Aku tahu, tapi mereka akan lebih
kecewa lagi jika kau sampai sakit, terlebih aku dan anakmu,”
“Jangan khawatir aku tidak akan
jatuh sakit, hm~” dia mencium tanganku, akupun tersenyum. “Sudah sana tidur,
ini sudah larut,” lanjutnya, aku pun menuruti perintahnya.
Pagi menjelang, aku kembali sibuk
dengan rutinitasku sebagai seorang ibu rumah tangga. Menyiapkan sarapan dan
keperluan suamiku selanjutnya berkutat kembali dengan rumah yang sebentar lagi
akan berubah wujud karena ‘biang ribut’ kami sudah terbangun.
“Hana-ya, buatkan aku bekal
sarapan roti panggang dan jus, aku akan memakannya nanti di kantor.” Yoongi
berseru di depan pintu kamar mandi.
“KAU MAU BERANGKAT AWAL?”
teriakku.
“IYA! ADA INTERVIEW DI KANTOR!”
teriaknya dari balik pintu kamar mandi.
Aku bergegas menyiapkan apa yang
dia minta. Sekotak bekal roti panggang dan segelas jus jeruk untuk sarapannya
yang kumasukkan ke dalam tas yang akan dia kenakan.
“Appa berangkat dulu ya sayang,
jaga eomma baik-baik ya, dan jangan nakal, CUP”
sebuah kecupan mendarat di pucuk kepala
Hyunsik, dia masih sibuk dengan mainan karetnya sampai tidak menyadari kalau
appa-nya akan pergi bekerja.
Sore ini aku hanya menemani
Hyunsik bermain di halaman belakang rumah. tak ada kegiatan istimewa. Sambil
mengawasinya kumainkan ponselku. Membukan akun sns-ku yang penuh dengan
notifikasi. Iseng aku membuka sebuah artikel yang berisikan interview suamiku.
Q : Suga-ssi Tolong sampaikan sepatah dua patah kata untuk dirimu
sendiri di hari ulang tahunmu ini.
A: Tahun ini aku harapkamu tidak sakit, dan menjalankan semua
kegiatanmu dengan kondisi yang sehat. Dan akan lebih bagus jika kamu bisa
mengerjakan pekerjaan individual juga. Tolong tolong tolooooong jangan sakit
!!!
Ada rasa haru menyelimuti hatiku.
Betapa dia mencintai pekerjaannya, dan menyanyangi fansnya, para ARMY. Yoongi
yang aku kenal benar-benar seorang pria yang pekerja keras demi membahagiakan
orang yang dia sayang.
“Aku pulang,” ucapnya ketika
memasuki rumah. ini baru pukul delapan dan dia sudah pulang.
“Tumben pulang cepat?” ucapku
“Semua pekerjaan di kantor sudah
selesai tinggal pekerjaan rumahku yang belum selesai,” ujarnya sambil menyesap
teh yang kubuatkan untuknya.
Selesai mandi dan makan malam
Yoongiku kembali sibuk dengan pekerjaan rumahnya. Dia kembali mendekam di
studio mininya. Aku dan Hyunsik memilih mengalah. Meski Hyunsik protes lantaran
appa-nya seharian tak menemaninya bermain.
“Eomma~ appa mana?”
“Appa sedang bekerja sayang,
Hyunsik main sama eomma dulu ya,” ku berikan pengertian sehalus mungkin agar
anakku memahami kesibukkan appa-nya.
Hampir tiga jam aku menunggu
suamiku untuk terlelap bersama. Aku masih menyibukkan diriku dengan novel yang
dua hari ini belum selesai ku baca.
“Kau belum tidur?” sebuah suara
yang membuat mataku tertuju ke asalnya.
“Belum, aku menunggumu,” aku
menatap wajahnya, dia tampak pucat.
“Tidurlah dulu kau akan tidur
sebentar lagi,” ucapnya kemudian berlalu setelah mendapatkan kabel charger
ponselnya yang tertingal di kamar. Mataku terus menatapnya lekat-lekat, aku
merasa ada sesuatu yang tak beres darinya.
“YA!” aku segera bangkit dan
berlari menghampiri suamiku ketika melihatnya berjalan terhuyung. Aku
membantunya menegakkan kembali tubuhnya.
“Aku tak apa-apa,” elaknya. Aku
tak mempedulikan seribu alasan yang dia ucapkan, tanganku mencengram erat di
lengannya, memaksanya untuk naik ke ranjang, memaksanya untuk tertidur.
“Sudah ku bilang aku tidak
apa-apa,” dia berontak ketika aku menekan pundaknya agar tubuhnya kembali merebah.
“Aku tidak apa-apa, aku baik-baik
saja, aku harus menyelesaikan mixtapeku Hana-ya,” ucapnya lagi.
“...” aku masih terdiam. Marah,
takut, sedih, dan bangga semuanya bercampur aduk. Aku marah karena dia tak bisa
menyanyangi tubuhnya sendiri sedangkan dia terlalu sibuk menyayangi orang-orang
di sekitarnya. Aku takut, takut kalau-kalau dia sampai ambruk lagi seperti dulu
dan tentu saja itu membuaku sedih. Namun rasa bangga tetap ada walau sedikit,
bangga karena memiliki suami pekerja keras sepeti Min Yoongi.
“Hana-ya?” dia memanggilku.
“...” aku diam dan tertunduk.
Mataku memanas, mungkin sekarang rasa takut dan marah lebih mendominasiku
hingga cairan bening perlahan membasahi pipiku.
“Ya, sudah kubilang aku-“ BUK!
BUK! BUK! Aku memukul dadanya.
“Kau jahat!” ucapku
“Ya, kau kenapa?” dia bangkit
dari tidurnya dan duduk menghadapku.
“Kau menangis?” dan aku masih
tertunduk. Tangannya terulur meraih tubuhku. Merengkuhku dalam pelukannya. Bagaimanapun
juga aku ini terlalu lemah untuk mengimbangi kekuatanmu Yoongi-ah. Aku tahu kau
sering sekali begadang, bahkan tak jarang kau tak tidur semalaman. Aku tahu kau
mempunyai stamina yang kuat untuk itu, untuk membuat orang lain senang karena
karyamu, tapi tidak bisakah sedikit saja kau memberikan belas kasihanmu itu
untuk tubuhmu sendiri?
“Aku takut, hiks...” tangisku
dalam dekapannya.
“Apa yang aku takutkan hmm~”
tangannya mengelus surai coklatku.
“Kau! Kau yang ku takutkan.”
Lirihku masih dalam isakan tangis.
“Aku?” tanyanya heran.
Akupun mendongak, berusaha
menatap wajahnya meski samar karena airmataku masih terbendung. “Ya, kau! Aku
takut kau sperti dulu lagi, aku tak mau kau sakit lagi, aku mohon, jangan
teralu keras pada dirimu sendiri.”
“Hei, aku baik-baik saja, bisa
kau lihat hm~, aku masih bisa tersenyum,” dia berusaha menghiburku dengan
memberikan senyum manisnya. Iya manis baginya tapi bagiku tidak, gurat lelah
tak bisa di sembunyikan dari wajahnya. Aku bahkan masih bisa melihat dengan
jelas wajahnya yang memucat itu.
“Bohong!” aku kembali memukulnya,
“kalau kau merasa sehat kenapa tadi jalanmu bisa terhuyung seperti itu? Lalu
kenapa kau terus memakai kacamatamu, aku tahu matamu itu masih sehat, kau tidak
mempunyai riwayat miopi apalagi astigmatism, aku mohon, jangan telalu memforsir
tenagamu Yoongi-ah, aku tak ingin melihatmu sakit,” kembali aku menitikkan air
mata. Mungkin aku terlihat kekanak-kanakkan dan berlebihan, tapi sebagai
seorang istri, siapa sih yang tega melihat suaminya sakit hanya karena dia
bekerja keras untuk membahagiakan keluarganya?
Aku menatapnya, mata kami
bertemu, aku melihatnya, aku tahu dia sedang mencerna kata-kataku.
“Iya, iya, baiklah aku akan
istirahat,” tangannya menangkup wajahku, CUP dia mencium sekilas keningku,
“Jangan menangis lagi, aku minta maaf, aku akan menjaga tubuhku dan aku janji
aku tidak akan membuatmu khawatir lagi.” Ucapnya sambil menghapus sisa-sisa
tangisku.
“Terimakasih,” aku lantas
tersenyum lega, akhirnya dia mau mengalah juga dan mau menerima permintaanku.
“Tunggulah disini, aku mau
mematikan komputerku-“
“Awas kalau kau kembali
bermesraan dengan mixtape-mu,” sergahku.
“Iya, iya aku akan secepatnya
kembali, tunggu ya~” dia mengacak rambutku lalu pergi ke ruang kerjanya.
Tuhan, jaga suamiku, berikanlah
dia kesehatan, lindunginya setiap langkahnya, aku mohon buatlah dia menjadi
kuat agar dia bisa terus membuat orang-orang di sekitarnya bangga.
END

Tidak ada komentar:
Posting Komentar