Selasa, 08 Maret 2016

FF BTS ll BIRTHDAY PRESENT



Author : Yeonhwa
Cast : Min Yoongi (Suga BTS), Jung Hana (OC)
Genre : Marriage life, Fluff (little)
Rated : G (little NC)
Lenght : Ficlet
Disclaimare : Suga and other BTS member belongs to God, but storyline and OC belongs to me.
I hate plagiarism so don’t copy paste!
Happy reading ^^


WARNING!!! NC 17, LOT OF ABSURD THINK, ESPECIALY DIRTY THINK, SO IF YOU UNDER RATED OR DISLIKE NC PART, PLEASE SKIP OR DON’T READ IT.


Sore yang indah untuk bersantai ria. Badanku terasa pegal. Seharian aku menemani jagoanku berlari kesana kesini di taman bermain dekat rumah. Belum lagi pekerjaan rumah yang menumpuk, cucian kotor, perabot dapur yang harus ku bersihkan, memasak, memeriksa cafe, dan tentu saja mengurus dua lelakiku yang benar-benar membutuhkan tenaga ekstra.

“Eomma~” Hyunsik menarik bajuku.

“Ada apa hm?” aku meletakkan novelku lalu beralih menatapnya.

“Eomma~ hoaahmm~~~” dia menguap lebar. Ah, rupanya dia sudah mengantuk.

“Sebentar ya, eomma buatkan susu untukmu,” aku mengelus kepalanya, kemudian beranjak ke dapur. Syukur sekarang Hyunsik sudah bisa ku sapih, meski harus susah payah karena dia yang terus-terusan rewel terlebih jika dia mengantuk atau sedang bad mood.

Kaki mungilnya mengikutiku ke arah dapur, dengan setia dia berdiri di sampingku, sambil sesekali melompat-lompat ingin melihat aktivitasku di atas meja.

“Nah~ sudah jadi.” Aku memberikan botol susu yang sudah terisi penuh, susu coklat kesukaannya. Dia menyambutnya dengan antusias. Dengan cepat tangannya mengarahkan botol susunya ke mulut lalu meminumnya dengan lahap. “Pelan-pelang sayang!” aku berteriak melihatnya berlari kearah kamar.

“Kau mau cerita apa hm?” tanyaku. Sudah menjadi kebiasaannya mendengarkan sebuah dongeng sebelum matanya terpejam menuju alam mimpi. Dia tak menjawabnya, hanya menunjukkan buku cerita yang ingin dia dengar.

“Cha~ ayo kita tidur.” Aku menuntunnya ke kasur lalu menarik selimutnya. Matanya masih terbuka lebar, menatapku penuh harap agar aku lekas membacakannya cerita. “Pada suatu hari~.....” aku mulai menjadi pendongeng yang baik. Kalimat demi kalimat yang tertulis di buku ku bacakan dengan nada semenarik mungkin agar Hyunsik senang.

“Akhirnya Gajah dan Semut berbaikkan dan kembali menggambar bersama-sama tanpa saling menganggu.” Aku mengakhiri cerita itu, “Hyunsik mau kan seperti semut? Baik hati dan tidak pendendam?” tanyaku, dia mengangguk. Matanya sudah sayu, mungkin dia sudah kehilangan battery-nya.

Aku melirik jam dinding. Ternyata sudah pukul 10 malam dan suamiku belum pulang. Aku memutuskan untuk menyiapkan minuman hangat untuknya dan juga menyiapkan air hangat untuk mandinya, karena biasanya dia akan pulangsebentar lagi.

“Aku pulang!” ucapnya selang 10 menit setelah aku selesai menyiapkan air hangat untuknya.

“Tidak ada lembur?” tanyaku sambil menerima tas dan jaket yang dia pakai.

“Tidak,” ucapnya santai lalu berjalan ke dapur untuk mengambil jatah minuman hangatnya.

“Kalau kau mau mandi airnya sudah ku siapkan,” aku berjalan ke kamar meletakkan tasnya dan jaketnya. Tanganku kembali sibuk dengan pakaian gantinya. Ku letakan sebuah kaos putih dan celana pendek kesukaannya di nakas kamar mandi.

“Terimakasih.” Ucapnya lalu menutup pintu kamar mandi.

“Ada apa dengannya?” aku berbisik pada diriku sendiri lalu melanjutkan novelku sambil bersandar di headboard ranjangku.

Aku menoleh ke kanan ketika indera penciumanku menangkap aroma mint maskulin yang menguar dari tubuh pria yang ku cintai. Mataku kembali mengarah ke kalimat-kalimat dari buku yang ku pegang.

“Ck...” suara keluar dari mulutnya. Membuatku kembali menoleh ke arahnya.

“Kenapa?” tanyaku. Dia tetap diam memperhatikanku.

“Ada yang salah?” lagi aku bertanya heran. Memang sedari tadi Yoongi bersikap dingin, dia bahkan menjawab pertanyaanku singkat.

“Kau kenapa sih?” aku kesal.

“YA!  ada apa? Katakan!” aku mulai kesal, benar-benar kesal. Ku letakkan novelku ke atas nakas, lalu menarik selimutku dan memunggunginya.

“YA!” teriakku saat Yoongi menarik kembali selimutku. Aku berbalik dan DAMN! Kini dia menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan.

“A-a-ada apa?” aku mulai gugup. Dia mendekatkan kepalanya ke telingaku.

“Aku ingin hadiahku Hana-ya,” ucapnya setengah berbisik dan itu membuatku merinding.

“Hadiah apa?”

“Kau lupa?”

“Eung~” aku berpikir sejenak.

“Ish!” aku melihatnya frustasi, “akan aku ingatkan,” Yoongi mulai mendekatkan bibirnya ke arahku. Menggecup pelan bibirku. Sekilas aku merasakan hangat, dia menciumku penuh kehangatan. Refleks mataku terpejam, menikmati rasa manis dari bibirnya. Dia mulai meraup bibirku, perlahan kehangatan itu berubah menjadi panas.

“Eummhh~” aku sedikit berontak ketika tangan Yoongi semakin menekan leherku dan lidahnya mengetuk bibirku agar terbuka menyambut ciumannya. Dan seketika itu juga aku tersadar. Oh Tuhan, ini kan hari ulang tahunnya, aku bahkan tak ingat sama sekali.

Bosan dengan bibirku, dia melepas pagutan kami. Keningnya masih menempel di keningku. Mata kami saling beradu, nafas kami saling memburu. Benar-benar Min Yoongi ini.

“Maaf,” ucapku di sela-sela perlombaan menghirup oksigen.

“Untuk?” ucapnya masih dengan nafas yang terengah-engah.

“Untuk ulang tahunmu, aku hampir melupakannya.”

“Tsk, makanya berikan kadoku sekarang juga!” dia kembali meraih bibirku. Akupun pasrah dengan perlakuannya. Terbuai? Ya aku benar-benar terbuai olehnya. Setiap sentuhannya, setiap kecupannya, setiap deru nafasnya berhasil menggelitikku. Membuatku mabuk akan cintanya.

“Yoonhhh~” aku melenguh, geli dan bahagia bercampur aduk. Dia bermain dengan tubuhku.

“Ada apa? Cup~” sial! dia kembali menggodaku. Seluruh tubuhku di buatnya menjadi kanvas. Dengan teliti Yoongi melukiskan tanda cintanya, leher, dada perut, semuanya tak luput dari tanda cintanya.

“YA!” aku menepuk tangannya ketika dia berhasil melucuti ku.

“Kenapa?” tanyanya. Aku diam menatap matanya. Sungguh tatapan itu yang sangat kurindukan. “Aku tahu,” dia benar-benar pengertian. Dengan sukarela dia menyamakan posisi, kita imbang sekarang. Mata kami masih belum berpaling, masih tetap beradu. Aku mengamati setiap lekuk wajahnya, lantas dia tersenyum.

“Aku tahu aku tampan.” Ucapnya penuh percaya diri.

“Cih~” aku memutar bola mataku.

“Tak usah mengelak, toh kau juga jatuh cinta kan padaku?”

“Terserah kau- YAMPHH!” aku berteriak, namun dengan sigap mulutku kembali disumpal oleh bibirnya.

“Jangan keras-keras nanti Hyunsik bangun.” Bisiknya. Kembali dia menjamah tubuhku. Kembali membuatku mabuk. Dan entah sejak kapan dia berubah menjadi bayi besar.

“Yonghh~” aku benar-benar kehabisan kata-kata dan tenagaku benar-benar terkuras olehnya.

“Aku mencintaimu Hana-ya, Cup...” dia mencium keningku lalu mataku, hidungku hingga kembali dia melumat bibirku.

“Terimakasih,” ucapnya lagi. Aku tersenyum karenanya.

“Aww~” aku sedikit kaget. Entah sejak kapan dia telah menyatukan kami.

“Maaf,”

“Tak apa.” Aku berusaha menahan sedikit rasa sakit yang ku rasakan. Namun bagaimanapun aku menyembunyikannya Yoongi tetap saja melihatnya. Dengan sabar dia kembali menarik daguku. Menatap mataku intens, lalu sejurus kemudian aku kembali dibuatnya terbang.

“Eungh~” Yoongi melenguh panjang, kepalanya menengadah, matanya terpejam, dan seperti itu pula yang aku lakukan.

BRUK! Dia ambruk diatasku. Kepalanya menindih dadaku, hingga aku dapat mencium aroma sampo yang menguar dari rambutnya.

“Tak apa kan kalau aku keluarkan di dalam?” tanyanya. Dengan mata terpejam.

“Emm.” Jawabku singkat.

“YA! Bisakan kau menyingkir, kau berat!” aku berusaha menggulingkan tubuh suamiku.

“Ya!” dia memprotes tindakanku.

“Tsk,” aku berdecak kesal, lantas ku tarik selimutku dan berniat memunggunginya namun aku kalah cepat dengan tangannya yang dengan sigap kembali membuatku menghadapnya.

“Ada apa lagi?” kesalku lelah.

“Ronde ke dua?” ucapnya sambil memainkan alisnya.

“YA!” aku memukulnya dengan bantal.

GREP! Dia menahan tanganku lalu mengunciku dalam pandangannya.

“EOMMA~~~HUWAAA~~~EOMMA~~~!!!!” suara tangis Hyunsik.

“Ya! Cepat lihat Hyunsik!” aku menyuruh Yoongi untuk segera bangkit.

“Ck, menganggu saja.” Gerutunya sambil memakai kaos dan celananya.

CUP~ dia mencium pipiku, “Terimakasih atas kadonya,” dia mengerling ke arahku genit.

“Dasar GILA!” aku kembali melempar bantal ke arahnya. Aku menatap tubuhnya yang perlahan menghilang di balik pintu kamar Hyunsik yang terhubung ke kamar ku. Ku tarik lagi selimut tebal berwarna krem agar menutupi tubuhku dengan sempurna lalu memejamkan mataku bersiap ke alam mimpi karena tubuhku benar-benar terasa remuk karena hari ini.

END

Gustiiii~ ini aku ngetik apaan sih? Geli sendiri...maaf ya kalau feelnya gak ngena soalnya gak pinter buat bikin ff genre ‘begituan’. Sekali lagi maaf kalau ceritanya jelek dan membosankan, maaf...

Tolong bantu aku buat koreksi ceritanya ya, makasih ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar