Author : Yeonhwa
Cast : Min Yoongi
(Suga BTS), Jung Hana (OC)
Genre : Marriage
life, Fluff (little)
Rated : G (little NC)
Lenght : Ficlet
Disclaimare : Suga
and other BTS member belongs to God, but storyline and OC belongs to me.
I hate plagiarism so
don’t copy paste!
Happy reading ^^
WARNING!!! NC 17, LOT OF ABSURD THINK, ESPECIALY DIRTY THINK, SO IF YOU
UNDER RATED OR DISLIKE NC PART, PLEASE SKIP OR DON’T READ IT.
Sore yang indah untuk bersantai
ria. Badanku terasa pegal. Seharian aku menemani jagoanku berlari kesana kesini
di taman bermain dekat rumah. Belum lagi pekerjaan rumah yang menumpuk, cucian
kotor, perabot dapur yang harus ku bersihkan, memasak, memeriksa cafe, dan
tentu saja mengurus dua lelakiku yang benar-benar membutuhkan tenaga ekstra.
“Eomma~” Hyunsik menarik bajuku.
“Ada apa hm?” aku meletakkan
novelku lalu beralih menatapnya.
“Eomma~ hoaahmm~~~” dia menguap
lebar. Ah, rupanya dia sudah mengantuk.
“Sebentar ya, eomma buatkan susu
untukmu,” aku mengelus kepalanya, kemudian beranjak ke dapur. Syukur sekarang
Hyunsik sudah bisa ku sapih, meski harus susah payah karena dia yang
terus-terusan rewel terlebih jika dia mengantuk atau sedang bad mood.
Kaki mungilnya mengikutiku ke
arah dapur, dengan setia dia berdiri di sampingku, sambil sesekali
melompat-lompat ingin melihat aktivitasku di atas meja.
“Nah~ sudah jadi.” Aku memberikan
botol susu yang sudah terisi penuh, susu coklat kesukaannya. Dia menyambutnya
dengan antusias. Dengan cepat tangannya mengarahkan botol susunya ke mulut lalu
meminumnya dengan lahap. “Pelan-pelang sayang!” aku berteriak melihatnya
berlari kearah kamar.
“Kau mau cerita apa hm?” tanyaku.
Sudah menjadi kebiasaannya mendengarkan sebuah dongeng sebelum matanya terpejam
menuju alam mimpi. Dia tak menjawabnya, hanya menunjukkan buku cerita yang
ingin dia dengar.
“Cha~ ayo kita tidur.” Aku
menuntunnya ke kasur lalu menarik selimutnya. Matanya masih terbuka lebar,
menatapku penuh harap agar aku lekas membacakannya cerita. “Pada suatu
hari~.....” aku mulai menjadi pendongeng yang baik. Kalimat demi kalimat yang
tertulis di buku ku bacakan dengan nada semenarik mungkin agar Hyunsik senang.
“Akhirnya Gajah dan Semut
berbaikkan dan kembali menggambar bersama-sama tanpa saling menganggu.” Aku
mengakhiri cerita itu, “Hyunsik mau kan seperti semut? Baik hati dan tidak
pendendam?” tanyaku, dia mengangguk. Matanya sudah sayu, mungkin dia sudah
kehilangan battery-nya.
Aku melirik jam dinding. Ternyata
sudah pukul 10 malam dan suamiku belum pulang. Aku memutuskan untuk menyiapkan
minuman hangat untuknya dan juga menyiapkan air hangat untuk mandinya, karena
biasanya dia akan pulangsebentar lagi.
“Aku pulang!” ucapnya selang 10
menit setelah aku selesai menyiapkan air hangat untuknya.
“Tidak ada lembur?” tanyaku
sambil menerima tas dan jaket yang dia pakai.
“Tidak,” ucapnya santai lalu
berjalan ke dapur untuk mengambil jatah minuman hangatnya.
“Kalau kau mau mandi airnya sudah
ku siapkan,” aku berjalan ke kamar meletakkan tasnya dan jaketnya. Tanganku
kembali sibuk dengan pakaian gantinya. Ku letakan sebuah kaos putih dan celana
pendek kesukaannya di nakas kamar mandi.
“Terimakasih.” Ucapnya lalu
menutup pintu kamar mandi.
“Ada apa dengannya?” aku berbisik
pada diriku sendiri lalu melanjutkan novelku sambil bersandar di headboard
ranjangku.
Aku menoleh ke kanan ketika
indera penciumanku menangkap aroma mint maskulin yang menguar dari tubuh pria
yang ku cintai. Mataku kembali mengarah ke kalimat-kalimat dari buku yang ku
pegang.
“Ck...” suara keluar dari
mulutnya. Membuatku kembali menoleh ke arahnya.
“Kenapa?” tanyaku. Dia tetap diam
memperhatikanku.
“Ada yang salah?” lagi aku
bertanya heran. Memang sedari tadi Yoongi bersikap dingin, dia bahkan menjawab
pertanyaanku singkat.
“Kau kenapa sih?” aku kesal.
“YA! ada apa? Katakan!” aku mulai kesal,
benar-benar kesal. Ku letakkan novelku ke atas nakas, lalu menarik selimutku
dan memunggunginya.
“YA!” teriakku saat Yoongi
menarik kembali selimutku. Aku berbalik dan DAMN! Kini dia menatapku dengan
tatapan yang sulit diartikan.
“A-a-ada apa?” aku mulai gugup.
Dia mendekatkan kepalanya ke telingaku.
“Aku ingin hadiahku Hana-ya,”
ucapnya setengah berbisik dan itu membuatku merinding.
“Hadiah apa?”
“Kau lupa?”
“Eung~” aku berpikir sejenak.
“Ish!” aku melihatnya frustasi,
“akan aku ingatkan,” Yoongi mulai mendekatkan bibirnya ke arahku. Menggecup
pelan bibirku. Sekilas aku merasakan hangat, dia menciumku penuh kehangatan.
Refleks mataku terpejam, menikmati rasa manis dari bibirnya. Dia mulai meraup
bibirku, perlahan kehangatan itu berubah menjadi panas.
“Eummhh~” aku sedikit berontak
ketika tangan Yoongi semakin menekan leherku dan lidahnya mengetuk bibirku agar
terbuka menyambut ciumannya. Dan seketika itu juga aku tersadar. Oh Tuhan, ini
kan hari ulang tahunnya, aku bahkan tak ingat sama sekali.
Bosan dengan bibirku, dia melepas
pagutan kami. Keningnya masih menempel di keningku. Mata kami saling beradu,
nafas kami saling memburu. Benar-benar Min Yoongi ini.
“Maaf,” ucapku di sela-sela
perlombaan menghirup oksigen.
“Untuk?” ucapnya masih dengan
nafas yang terengah-engah.
“Untuk ulang tahunmu, aku hampir
melupakannya.”
“Tsk, makanya berikan kadoku
sekarang juga!” dia kembali meraih bibirku. Akupun pasrah dengan perlakuannya.
Terbuai? Ya aku benar-benar terbuai olehnya. Setiap sentuhannya, setiap
kecupannya, setiap deru nafasnya berhasil menggelitikku. Membuatku mabuk akan
cintanya.
“Yoonhhh~” aku melenguh, geli dan
bahagia bercampur aduk. Dia bermain dengan tubuhku.
“Ada apa? Cup~” sial! dia kembali
menggodaku. Seluruh tubuhku di buatnya menjadi kanvas. Dengan teliti Yoongi
melukiskan tanda cintanya, leher, dada perut, semuanya tak luput dari tanda
cintanya.
“YA!” aku menepuk tangannya
ketika dia berhasil melucuti ku.
“Kenapa?” tanyanya. Aku diam
menatap matanya. Sungguh tatapan itu yang sangat kurindukan. “Aku tahu,” dia
benar-benar pengertian. Dengan sukarela dia menyamakan posisi, kita imbang
sekarang. Mata kami masih belum berpaling, masih tetap beradu. Aku mengamati
setiap lekuk wajahnya, lantas dia tersenyum.
“Aku tahu aku tampan.” Ucapnya
penuh percaya diri.
“Cih~” aku memutar bola mataku.
“Tak usah mengelak, toh kau juga
jatuh cinta kan padaku?”
“Terserah kau- YAMPHH!” aku
berteriak, namun dengan sigap mulutku kembali disumpal oleh bibirnya.
“Jangan keras-keras nanti Hyunsik
bangun.” Bisiknya. Kembali dia menjamah tubuhku. Kembali membuatku mabuk. Dan
entah sejak kapan dia berubah menjadi bayi besar.
“Yonghh~” aku benar-benar kehabisan
kata-kata dan tenagaku benar-benar terkuras olehnya.
“Aku mencintaimu Hana-ya, Cup...”
dia mencium keningku lalu mataku, hidungku hingga kembali dia melumat bibirku.
“Terimakasih,” ucapnya lagi. Aku
tersenyum karenanya.
“Aww~” aku sedikit kaget. Entah
sejak kapan dia telah menyatukan kami.
“Maaf,”
“Tak apa.” Aku berusaha menahan
sedikit rasa sakit yang ku rasakan. Namun bagaimanapun aku menyembunyikannya
Yoongi tetap saja melihatnya. Dengan sabar dia kembali menarik daguku. Menatap
mataku intens, lalu sejurus kemudian aku kembali dibuatnya terbang.
“Eungh~” Yoongi melenguh panjang,
kepalanya menengadah, matanya terpejam, dan seperti itu pula yang aku lakukan.
BRUK! Dia ambruk diatasku.
Kepalanya menindih dadaku, hingga aku dapat mencium aroma sampo yang menguar
dari rambutnya.
“Tak apa kan kalau aku keluarkan
di dalam?” tanyanya. Dengan mata terpejam.
“Emm.” Jawabku singkat.
“YA! Bisakan kau menyingkir, kau
berat!” aku berusaha menggulingkan tubuh suamiku.
“Ya!” dia memprotes tindakanku.
“Tsk,” aku berdecak kesal, lantas
ku tarik selimutku dan berniat memunggunginya namun aku kalah cepat dengan
tangannya yang dengan sigap kembali membuatku menghadapnya.
“Ada apa lagi?” kesalku lelah.
“Ronde ke dua?” ucapnya sambil
memainkan alisnya.
“YA!” aku memukulnya dengan
bantal.
GREP! Dia menahan tanganku lalu
mengunciku dalam pandangannya.
“EOMMA~~~HUWAAA~~~EOMMA~~~!!!!”
suara tangis Hyunsik.
“Ya! Cepat lihat Hyunsik!” aku
menyuruh Yoongi untuk segera bangkit.
“Ck, menganggu saja.” Gerutunya
sambil memakai kaos dan celananya.
CUP~ dia mencium pipiku,
“Terimakasih atas kadonya,” dia mengerling ke arahku genit.
“Dasar GILA!” aku kembali
melempar bantal ke arahnya. Aku menatap tubuhnya yang perlahan menghilang di
balik pintu kamar Hyunsik yang terhubung ke kamar ku. Ku tarik lagi selimut
tebal berwarna krem agar menutupi tubuhku dengan sempurna lalu memejamkan
mataku bersiap ke alam mimpi karena tubuhku benar-benar terasa remuk karena
hari ini.
END
Gustiiii~ ini aku ngetik apaan sih? Geli sendiri...maaf ya kalau
feelnya gak ngena soalnya gak pinter buat bikin ff genre ‘begituan’. Sekali
lagi maaf kalau ceritanya jelek dan membosankan, maaf...
Tolong bantu aku buat koreksi ceritanya ya, makasih ^^

Tidak ada komentar:
Posting Komentar