Author : Yeonhwa
Cast : Min Yoongi
(Suga BTS), Jung Hana (OC)
Genre : Family, Fluff
(little)
Rated : G
Lenght : Ficlet
Disclaimare : Suga
and othe member belongs to God, but stiryline and OC belongs to me.
Sorry for typo(s) and
I hate plagiarism so don’t copy paste!
Happy reading ^^
“Eomma tolong ambilkan itu!”
Hyunsik berteriak dari kamarnya.
“Ambilkan apa?” aku
menghampirinya.
“Itu, mobil-mobilan itu~” dia
meunjuk ke arah mobil-mobilan yang terletak di atas rak mainannya.
“Terimakasih,” ucapnya. Lalu
akupun kembali berkutat dengan dapur, berjuang melawan rasa mualku demi
menyiapkan makanan yang sehat untuk keluargaku.
“Eomma, kemari~” Hyunsik menarik
tanganku.
“Ada apa lagi?” akupun
mengekornya.
“Pasangkan ini~” dia menyodorkan
lego miliknya.
Selesai dengan Hyunsik yang
benar-benar rewel hari ini, aku kembali ke dapur, menyelesaikan aktivitasku
yang tertunda tadi.
Makan malam sudah tertata rapi di
meja, tinggal menunggu suamiku pulang lalu makan bersama. Hari ini dia berjanji
akan pulang lebih awal karena kondisiku yang benar-benar tidak baik.
“Appa pulang~” teriaknya dan
disambut dengan pelukan dari Hyunsik.
“Bau apa ini? Sepertinya enak,”
Yoongi menghampiriku di dapur. “Kau masak apa?” celotehnya, dan tangannya
berulah mencomot makanan yang ada di meja.
“Ish! Cuci tanganmu, jorok!”
cegahku.
“Oke oke nyonya Min, aku tahu. Ah
aku mau mandi dulu, kalian makan saja dulu kalau sudah lapar.” Ucapnya.
“Tidak, aku membutuhkan bantuanmu
untuk ini, jangan lama-lama ya mandinya!” ucapku dengan volume yang sedikit
lebih keras di bagian akhir kalimat.
“OKE!” tidak usah diterangkanpun
Yoongi tahu bantuan apa yang harus ku lakukan. Yap, menyuapi Hyunsik dan
mencicipi makanan yang kubuat. Mulutku terlalu buruk kali ini, bahkan mencium
aroma masakan saja sudah membuatku mual.
Selang sepuluh menit Yoongi
datang dengan kaos oblong serta celana pendek kesayangannya.
“Hyunsik-ah aaa~” Yoongi
memberikan aba-aba agar Hyunsik membuka mulutnya. Untuk beberapa suapan Hyunsik
menurut sampai saat sepotong brokoli terlihat oleh matanya dan itu membuatnya
bungkam. Benar-benar perjuangan tersendiri bagi Yoongi karena aku tidak bisa
mengatasinya. Aku menyerahkan Hyunsik pada Yoongi agar dia mau makan.
Jarum jam masih menunjukna pukul
delapan malam, kini aku dan Hyunsik sedang bersantai di depan televisi, aku
sibuk dengan acara televisi, sementara Hyunsik sibuk dengan mainannya, dan
Yoongi, suamiku sedang sibuk dengan acara beberes didapur.
“Eomma, robot-robatan Hyunsik di
mana?” tanyanya.
“Em~ robot-robotan yang mana?”
“Yang ini~” dia menunjukkan
gambar dari robot yang dia maksud.
“Ada di kamar sayang, ambil sen-“
“Ambilkan eomma~, Hyunsik mau
itu~” belum selesai aku berbicara bocah ini sudah memotongnya. Terpaksa dengan
sisa tenaga yang ada aku mengambikannya. Kuberikan mainan itu padanya, dia
kembali asik dengan mainan-mainan kesukaannya. Sesekali dia bolak balik ke
kamarnya mengambil beberapa mainannya.
“Kau pucat sekali,” ucap Yoongi
sambil memposisikan tubuhnya di sampingku.
“Lemas sekali rasanya, hanya ini
yang bisa masuk ke perutku,” Aku menunjukkan secangkir teh panas yang belum
habis ku minum.
“Eomma~ ini susah~” kembali
Hyunsik merengek. Benar-benar anak ini, membuatku harus menahan emosi dan
ekstra sabar.
“Sini biar appa saja,” Yoongi
mengalihkan perhatian Hyunsik, dia tahu kalau Hyunsik sedang mencari perhatian
dariku. Karena semenjak kehamilanku Hyunsik sedikit terabaikan olehku. Kulihat Hyunsik sedikit terhibur, dia menuruti
perkataan appa-nya. Kedua lelakiku ini asik bermain sendiri.
Aku berjalan ke kamar untuk
mengambil obat yang harus kuminum. Langkahku terhenti ketika melihat kamar
Hyunsik terbuka, ku intip sebentar dan “ASTAGA MIN HYUNSIK!” aku berteriak
tanpa sadar, kamarnya benar-benar kacau seperti kapal pecah. Segera aku
menghampiri anakku yang sedang asik dengan appa-nya.
“HYUNSIK-AH!” panggilku dan
perhatiannya tertuju padaku.
“Eomma~” lirihnya, rupanya dia
takut dengan ekspresiku saat ini.
“BERESKAN MAINANMU DI KAMAR!”
titahku.
“Appa~,” bukannya menurut, dia
malah bersembunyi dibalik tubuh appa-nya.
“BERESKAN DULU!” kali ini aku
benar-benar kalap.
“YA!” Yoongi memberikan death
glare ke arahku. Akupun terdiam, duduk, mengatur emosiku.
“Kita bereskan sama-sama ya,
ayo!” Yoongi menggandeng Hyunsik menuju kamarnya.
.
.
.
.
Kejadian malam itu benar-benar
membuatku dan Hyunsik menjadi sedikit canggung. Padahal dia anakku sendiri.
Hingga sampai siang ini Hyunsik masih merasa enggan dekat-dekat denganku.
Bahkan makanpun dia memilih untuk makan sendiri. Meski dia terlihat lebih
mandiri tapi tetap saja aku merasa sedih. Kehamilanku kali ini benar-benar
membuatku kuwalahan, emosi yang tidak stabil dan juga rasa mual yang tidak
terkontrol.
“Eomma~ Hyunsik...” suaranya
melirih begitu aku menatapnya.
“Hyunsik mau main sama eomma~”
lirihnya lagi. Aku mendekatinya hatiku tak tega melihatnya sedih seperti itu,
Yoongi benar, Hyunsik memang sedang mencari perhatian dariku.
“Sayang, Hyunsik main sendiri
dulu ya, eomma masih belum sehat, adik bayi di perut eomma masih rewel,” ku
berikan penjelasan sehalus mungkin tapi yang namanya bocah tetaplah bocah, dia
tetap cemberut meski dia mengangguk menanggapi perkataanku.
“Appa pulang!” teriak suamiku.
Aku hanya melihatnya sebentar tanpa menyambutnya seperti biasa.
“Hei, jagoan appa kenapa? Kenapa
muka Hyunsik di tekuk seperti itu? apa eomma nakal lagi?” hibur Yoongi.
Hyunsik masih terdiam, dia masih
berkutat dengan mainannya dan mengacuhkan appa-nya. Aku memilih menjauh, ku
ambil tas dan jaket milik Yoongi untuk ku letakkan di kamar, setelah itu aku
menuju dapur untuk mengambilkan jus jeruk untuk Yoongi. Dari dapur aku melihat
dengan jelas usaha Yoongi membujuk anaknya, benar-benar lucu. Mulai dari
beraegyo hingga menunjukkan mimik wajah konyolnya. Hyunsik memang tertawa tapi
itu hanya sebentar sampai aku kembali ke ruang keluarga.
DUK! Aku merasa menendang
sesuatu. Ah, bola basket milik Hyunsik rupanya. bola yang belum sempat dia masukan
ke kotak mainannya karena dia menunggu appanya pulang untuk diajak bermain
basket.
“Oh iya, appa punya sesuatu.”
Yoongi memberikan bungkusan berwarna biru pada Hyunsik. Bocah itu dengan
antusisas membuka bungkusan yang diberikan appa-nya.
“Ini apa appa?” tanyanya heran sambil membolak balik benda
yang tadi terbungkus rapi.
“Cha~ ini namanya eum~ apa ya?
Eum~ bola basket mini,” hah! nama yang konyol, tapi memang benar sih bentuknya
sangat mini.
“Kalau Hyunsik main ini, Hyunsik
bisa main dengan eomma dan adik bayi, mainnya cukup di rumah saja, tidak perlu
ke halaman, jadi Hyunsik tidak capek, kasihan kan eomma kalau harus
lari-larian, adik bayinya juga capek sayang~” jelasnya.
“Ooh~, aku mau, aku mau, ajarkan
cara mainnya appa!” Hyunsik mulai antusias, aku yang semula hanya melihat
mereka sekarang mulai tertarik. Akupun mendekat dan memperhatikan Yoongi yang
sedang mengajarkan mainan baru pada Hyunsik.
Dengan sabar Yoongi mengajarkan
Hyunsik. sesekali Hyunsik tertawa ketika bola basket mini itu melompat.
“Hahahahaha...!”
“Satu poin lagi, HAP!” celoteh
Yoongi dengan suara seperti seorang reporter bola basket. Akupun turut
tersenyum melihat mereka tertawa bahagia.
“Adik bayi mau main?” tanya
Yoongi berusaha untuk kembali mendekatkanku dan Hyunsik.
“Memangnya adik bayi bisa?” sahut
Hyunsik.
“Kan ada Eomma~” timpalku.
“Oh iya~” Hyunsik menepuk
jidatnya, “Eomma ayo main. Adik bayi diam saja ya, lihat eomma dan hyung
bermain,oke?” celotehnya lucu. Dia selalu memanggil dirinya dengan sebutan
Hyung,padahal belum tentu adiknya itu laki-laki atau perempuan.
Suasana kembali menghangat,
bersukur ada Yoongi yang selalu bisa ku andalkan. Dan hei, calon baby, eomma
mohon jangan rewel ya, jangan membuat kakakmu bersedih lagi ya. Tanganku
mengelus perutku yang sudah sedikit lebih buncit, berharap kehamilanku yang
baru berusia tujuh minggu ini berjalan lancar.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar