Minggu, 20 Maret 2016

FF BTS ll TROUBLESOME





Author : Yeonhwa
Cast : Min Yoongi (Suga BTS), Jung Hana (OC)
Genre : Family, Fluff (little)
Rated : G
Lenght : Ficlet
Disclaimare : Suga and othe member belongs to God, but stiryline and OC belongs to me.
Sorry for typo(s) and I hate plagiarism so don’t copy paste!
Happy reading ^^



“Eomma tolong ambilkan itu!” Hyunsik berteriak dari kamarnya.

“Ambilkan apa?” aku menghampirinya.

“Itu, mobil-mobilan itu~” dia meunjuk ke arah mobil-mobilan yang terletak di atas rak mainannya.

“Terimakasih,” ucapnya. Lalu akupun kembali berkutat dengan dapur, berjuang melawan rasa mualku demi menyiapkan makanan yang sehat untuk keluargaku.

“Eomma, kemari~” Hyunsik menarik tanganku.

“Ada apa lagi?” akupun mengekornya.

“Pasangkan ini~” dia menyodorkan lego miliknya.

Selesai dengan Hyunsik yang benar-benar rewel hari ini, aku kembali ke dapur, menyelesaikan aktivitasku yang tertunda tadi.

Makan malam sudah tertata rapi di meja, tinggal menunggu suamiku pulang lalu makan bersama. Hari ini dia berjanji akan pulang lebih awal karena kondisiku yang benar-benar tidak baik.

“Appa pulang~” teriaknya dan disambut dengan pelukan dari Hyunsik.

“Bau apa ini? Sepertinya enak,” Yoongi menghampiriku di dapur. “Kau masak apa?” celotehnya, dan tangannya berulah mencomot makanan yang ada di meja.

“Ish! Cuci tanganmu, jorok!” cegahku.

“Oke oke nyonya Min, aku tahu. Ah aku mau mandi dulu, kalian makan saja dulu kalau sudah lapar.” Ucapnya.

“Tidak, aku membutuhkan bantuanmu untuk ini, jangan lama-lama ya mandinya!” ucapku dengan volume yang sedikit lebih keras di bagian akhir kalimat.

“OKE!” tidak usah diterangkanpun Yoongi tahu bantuan apa yang harus ku lakukan. Yap, menyuapi Hyunsik dan mencicipi makanan yang kubuat. Mulutku terlalu buruk kali ini, bahkan mencium aroma masakan saja sudah membuatku mual.

Selang sepuluh menit Yoongi datang dengan kaos oblong serta celana pendek kesayangannya.

“Hyunsik-ah aaa~” Yoongi memberikan aba-aba agar Hyunsik membuka mulutnya. Untuk beberapa suapan Hyunsik menurut sampai saat sepotong brokoli terlihat oleh matanya dan itu membuatnya bungkam. Benar-benar perjuangan tersendiri bagi Yoongi karena aku tidak bisa mengatasinya. Aku menyerahkan Hyunsik pada Yoongi agar dia mau makan.

Jarum jam masih menunjukna pukul delapan malam, kini aku dan Hyunsik sedang bersantai di depan televisi, aku sibuk dengan acara televisi, sementara Hyunsik sibuk dengan mainannya, dan Yoongi, suamiku sedang sibuk dengan acara beberes didapur.

“Eomma, robot-robatan Hyunsik di mana?” tanyanya.

“Em~ robot-robotan yang mana?”

“Yang ini~” dia menunjukkan gambar dari robot yang dia maksud.

“Ada di kamar sayang, ambil sen-“

“Ambilkan eomma~, Hyunsik mau itu~” belum selesai aku berbicara bocah ini sudah memotongnya. Terpaksa dengan sisa tenaga yang ada aku mengambikannya. Kuberikan mainan itu padanya, dia kembali asik dengan mainan-mainan kesukaannya. Sesekali dia bolak balik ke kamarnya mengambil beberapa mainannya.

“Kau pucat sekali,” ucap Yoongi sambil memposisikan tubuhnya di sampingku.

“Lemas sekali rasanya, hanya ini yang bisa masuk ke perutku,” Aku menunjukkan secangkir teh panas yang belum habis ku minum.

“Eomma~ ini susah~” kembali Hyunsik merengek. Benar-benar anak ini, membuatku harus menahan emosi dan ekstra sabar.

“Sini biar appa saja,” Yoongi mengalihkan perhatian Hyunsik, dia tahu kalau Hyunsik sedang mencari perhatian dariku. Karena semenjak kehamilanku Hyunsik sedikit terabaikan olehku.  Kulihat Hyunsik sedikit terhibur, dia menuruti perkataan appa-nya. Kedua lelakiku ini asik bermain sendiri.

Aku berjalan ke kamar untuk mengambil obat yang harus kuminum. Langkahku terhenti ketika melihat kamar Hyunsik terbuka, ku intip sebentar dan “ASTAGA MIN HYUNSIK!” aku berteriak tanpa sadar, kamarnya benar-benar kacau seperti kapal pecah. Segera aku menghampiri anakku yang sedang asik dengan appa-nya.

“HYUNSIK-AH!” panggilku dan perhatiannya tertuju padaku.

“Eomma~” lirihnya, rupanya dia takut dengan ekspresiku saat ini.

“BERESKAN MAINANMU DI KAMAR!” titahku.

“Appa~,” bukannya menurut, dia malah bersembunyi dibalik tubuh appa-nya.

“BERESKAN DULU!” kali ini aku benar-benar kalap.

“YA!” Yoongi memberikan death glare ke arahku. Akupun terdiam, duduk, mengatur emosiku.

“Kita bereskan sama-sama ya, ayo!” Yoongi menggandeng Hyunsik menuju kamarnya.
.
.
.
.

Kejadian malam itu benar-benar membuatku dan Hyunsik menjadi sedikit canggung. Padahal dia anakku sendiri. Hingga sampai siang ini Hyunsik masih merasa enggan dekat-dekat denganku. Bahkan makanpun dia memilih untuk makan sendiri. Meski dia terlihat lebih mandiri tapi tetap saja aku merasa sedih. Kehamilanku kali ini benar-benar membuatku kuwalahan, emosi yang tidak stabil dan juga rasa mual yang tidak terkontrol.

“Eomma~ Hyunsik...” suaranya melirih begitu aku menatapnya.

“Hyunsik mau main sama eomma~” lirihnya lagi. Aku mendekatinya hatiku tak tega melihatnya sedih seperti itu, Yoongi benar, Hyunsik memang sedang mencari perhatian dariku.

“Sayang, Hyunsik main sendiri dulu ya, eomma masih belum sehat, adik bayi di perut eomma masih rewel,” ku berikan penjelasan sehalus mungkin tapi yang namanya bocah tetaplah bocah, dia tetap cemberut meski dia mengangguk menanggapi perkataanku.

“Appa pulang!” teriak suamiku. Aku hanya melihatnya sebentar tanpa menyambutnya seperti biasa.

“Hei, jagoan appa kenapa? Kenapa muka Hyunsik di tekuk seperti itu? apa eomma nakal lagi?” hibur Yoongi.

Hyunsik masih terdiam, dia masih berkutat dengan mainannya dan mengacuhkan appa-nya. Aku memilih menjauh, ku ambil tas dan jaket milik Yoongi untuk ku letakkan di kamar, setelah itu aku menuju dapur untuk mengambilkan jus jeruk untuk Yoongi. Dari dapur aku melihat dengan jelas usaha Yoongi membujuk anaknya, benar-benar lucu. Mulai dari beraegyo hingga menunjukkan mimik wajah konyolnya. Hyunsik memang tertawa tapi itu hanya sebentar sampai aku kembali ke ruang keluarga.

DUK! Aku merasa menendang sesuatu. Ah, bola basket milik Hyunsik rupanya. bola yang belum sempat dia masukan ke kotak mainannya karena dia menunggu appanya pulang untuk diajak bermain basket.

“Oh iya, appa punya sesuatu.” Yoongi memberikan bungkusan berwarna biru pada Hyunsik. Bocah itu dengan antusisas membuka bungkusan yang diberikan appa-nya.

“Ini apa appa?”  tanyanya heran sambil membolak balik benda yang tadi terbungkus rapi.

“Cha~ ini namanya eum~ apa ya? Eum~ bola basket mini,” hah! nama yang konyol, tapi memang benar sih bentuknya sangat mini.

“Kalau Hyunsik main ini, Hyunsik bisa main dengan eomma dan adik bayi, mainnya cukup di rumah saja, tidak perlu ke halaman, jadi Hyunsik tidak capek, kasihan kan eomma kalau harus lari-larian, adik bayinya juga capek sayang~” jelasnya.

“Ooh~, aku mau, aku mau, ajarkan cara mainnya appa!” Hyunsik mulai antusias, aku yang semula hanya melihat mereka sekarang mulai tertarik. Akupun mendekat dan memperhatikan Yoongi yang sedang mengajarkan mainan baru pada Hyunsik.

Dengan sabar Yoongi mengajarkan Hyunsik. sesekali Hyunsik tertawa ketika bola basket mini itu melompat.

“Hahahahaha...!”

“Satu poin lagi, HAP!” celoteh Yoongi dengan suara seperti seorang reporter bola basket. Akupun turut tersenyum melihat mereka tertawa bahagia.

“Adik bayi mau main?” tanya Yoongi berusaha untuk kembali mendekatkanku dan Hyunsik.

“Memangnya adik bayi bisa?” sahut Hyunsik.

“Kan ada Eomma~” timpalku.

“Oh iya~” Hyunsik menepuk jidatnya, “Eomma ayo main. Adik bayi diam saja ya, lihat eomma dan hyung bermain,oke?” celotehnya lucu. Dia selalu memanggil dirinya dengan sebutan Hyung,padahal belum tentu adiknya itu laki-laki atau perempuan.

Suasana kembali menghangat, bersukur ada Yoongi yang selalu bisa ku andalkan. Dan hei, calon baby, eomma mohon jangan rewel ya, jangan membuat kakakmu bersedih lagi ya. Tanganku mengelus perutku yang sudah sedikit lebih buncit, berharap kehamilanku yang baru berusia tujuh minggu ini berjalan lancar.


END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar