Author : Yeonhwa
Cast : Min Yoongi
(Suga BTS), Jung Hana (OC)
Genre : Marriage
life, Fluff (little)
Rated : G
Lenght : Ficlet
Disclaimare : Suga
and other BTS member belongs to God, but storyline and OC belongs to me.
Sorry for typo(s) and
I hate plagiarism so don’t copy paste!
Happy reading ^^
Hujan masih mengguyur. Hawa
dingin mulai menusuk ke tubuhku. Ku ambil selimut dan ku bungkus tubuhku dengan
selimut berwarna coklat itu. Tanganku mengelus perutku yang sudah membuncit.
“Apa kau tak merindukan appa hm~?” aku bermonolog dengan calon
bayiku.
“Ha~” helaan nafas panjang
mengakhiri perbincangan kami, aku dan calon bayiku. Mataku beralih melirik
jarum jam yang masih berputar. Pukul sembilan malam. Segera kuhabiskan susu
hangat yang sedari tdi tergeletak di atas meja, lalu berpindah tempat ke kamar
tidurku.
“Tidur yang nyenyak ya sayang~”
CUP~ aku mencium kening jagoanku yang sudah lebih dulu terlelap. Kusandarkan
punggungku ke headboard ranjang.
Tanganku terulur mengambil sebuah novel yang selalu menjadi pengantar tidurku.
Mataku memang menghadap ke rententan huruf yang terketik rapi di buku yang
kupegang, namun tak sedikitpun kalimat yang bisa ku cerna. Pikiranku
benar-benar terfokus pada seseorang yang sangat kurindukan. Min Yoongi,
suamiku, ayah dari anak-anakku, aku sangat merindukannya saat ini.
Aku memperhatikan sejenak ponsel
yang tak jauh dariku. Ku ambil benda berbentuk persegi empat itu, ku usap
layarnya, berharap ada sebuah pesan atau panggilan masuk. Namun nihil. Hanya
ada fotoku dan kedua jagoanku, tak ada notifikasi apapun di sana.
“Aku merindukanmu Yoongi-ah~”
lirihku. Tak seperti biasanya, kali ini aku benar-benar merindukannya. Padahal
di awal kehamilanku aku justru merasa enggan untuk berdekatan dengannya. Lima
hari sudah dia pergi, demi pekerjaannya, demi para fansnya, demi menghibur
orang-orang yang telah menunggunya. Aku maklumi itu. Ku pendam rasa rinduku
ini, mataku mencoba untuk terpejam, dan berusaha untuk memasuki alam mimpi.
Berharap ayah dari anak-anakku bisa hadir di sini.
.
.
.
.
Angka lima dan dua angko nol,
itulah yang ku tangkap dari mataku. Pukul lima pagi, aku terbangun sepagi ini.
Ku langkahkan kakiku menuju dapur, segelas air membasahi kerongkonganku yang
kering. Ku buka kulkas, ah~ masih ada beberapa sayuran dan juga bahan-bahan
lain yang masih bisa ku masak. Ku putuskan untuk berjalan-jalan sebentar di
lingkungan sekitar, mumpung Hyunsik belum bangun.
“Udara pagi memang menyegarkan!
Ha~” aku menghirup udara segar pagi sebanyak yang ku mau, lalu menghembuskannya
kuat-kuat, rasanya segar sekali.
Cukup tiga puluh menit aku
menghabiskan pagiku dengan berolah raga, dan cukup membuat tubuhku berkeringat.
“Ah, segarnya!” ucapku selesai
meneguk segelas air.
“Kau sudah pulang?”
“Eum~” aku mengangguk. Tunggu
dulu, suara itu, suara orang yang sangat ku rindukan.
“Kau!” aku memekik kaget,
sementara orang yang kurindukan itu justru sedang asik sendiri di sofa dengan
laptop serta headphone-nya.
“Kau habis dari mana saja?”
tanyanya.
“Sejak kapan kau ada di sini?”
tanyaku balik.
“Sejak kau keluar tadi.” Jawabnya
enteng.
Hatiku yang terlalu merindukannya
menuntun kakiku untuk mendekatinya. Ku peluk erat tubuhnya, ku tenggelamkan
kepalaku di lehernya. Menghirup aroma yang ku rindukan.
“Ya! Apa yang kau lakukan?”
protesnya.
CUP~ Aku mengecup leher putihnya.
“Aku sungguh merindukanmu.” Ucapku lalu kembali menenggelamkan wajahku.
“Tsk! Ini masih pagi Hana-ya,” ku
dengar dia tertawa. Aku meloanggarkan pelukanku, ku jauhkan wajahku darinya.
Dia pun berbalik menaghadapku lantas tersenyum, senyum yang manis, senyum yang
selalu ku rindukan.
CUP~ dia mencium bibirku sekilas,
“Aku juga merindukan kalian, kau, Hyunsik, dan dia,” ucapnya sambil mengusap
perutku. “Maafkan appa sayang, appa harus bekerja meningalkan kalian.
Apa kau baik-baik saja? Apa kau makan dengan baik? Kau tak membuat eomma-mu kesusahan kan?” dia mengajak makhluk
yang ada di perutku ini berbicara.
Aku tersenyum melihatnya. Sungguh
dia sangat lucu, manis, dan menyebalkan. Dia tega meninggalkan ku dan
membiarkanku harus menanggung rindu yang teramat sangat.
“Aku makan dengan baik appa~, aku juga tidak menyusahkan eomma~,” aku menjawab pertanyaannya
dengan nada yang kubuat-buat.
Dia menatapku, “Benarkah kau
sudah bisa makan? Mual-mualmu?”
“Sudah lebih baik, aku juga sudah
bisa memasukkan beberapa makanan, meski harus sedikit-sedikit,”
“Perlahan saja, yang penting ada
makanan yang masuk ke perutmu,”
“Ah, kau mau sarapan apa? Biar ku
buatkan.” Tawarku.
“Terserah kau saja, yang penting
berkuah dan hangat,”
“Baiklah, tunggu sebentar aku
akan memasakkannya” aku berlalu darinya menuju dapur membuatkan makanan yang
dia minta.
“Hana-ya,” panggilnya dengan
tangan yang melingkar di pinggangku.
“Hm~”
“Terimakasih,” ucapnya.
“Untuk?”
“Semuanya, terimakasih, atas
semuanya,” ucapnya yang membuatku menoleh ke arahnya. Sebuah senyumanpun
kembali dia berikan.
Terimakasih Tuhan, Kau telah
memberiku suami seperti Yoongi, seseorang yang penyayang dan sabar. Terimakasih
Tuhan.
END

Tidak ada komentar:
Posting Komentar