Author : Yeonhwa
Cast : Min Yoongi
(Suga BTS), Jung Hana (OC)
Genre : Marriage
life, Fluff (little)
Rated : G
Lenght : Ficlet
Disclaimare : Suga
and other BTS member belongs to God, but storyline and OC belongs to me.
I hate plagiarism so don’t
copy paste!
Happy reading ^^
“Yoongi-ah, kau di mana? Aku dan
Hyunsik sudah di depan kantormu.” Aku menelepon suamiku.
“Tunggu sebentar, atau kau masuk
saja, aku ada di ruang latihan. Tinggal sedikit lagi selesai.” Ucapnya lalu
menutup sambungan telepon kami.
Aku menuruti apa perintahnya. Aku
dan hyunsik memasuki gedung perusahaan tempat suamiku bekerja. Sebuah
perusahaan entertaiment yang tak terlalu besar , tapi di sini para bintang
hebat terlahir.
Aku mengetuk pintu ruang yang
dimaksud Yoongi. Dari luar sini aku dapat mendengar hentakan musik, sepertinya
mereka sedang berlatih.
“Sebentar, aku ambil tasku dulu.”
Ucapnya ketika pintu terbuka.
“pa..pa...pa...!” Hyunsik meronta
ingin menghampiri appanya.
“Sebentar sayang, appa ambil tas
dulu.” Aku menenangkan Hyunsik, dan syukurlah tak lama kemudian Yoongin kembali
dengan bajunya yang bersih dan tas yang dia selempangkan di bahu.
“Cha, ayo kita pergi.” Tangan
Yoongi terulur mengambil Hyunsik dari gendonganku.
“Aku pergi dulu!” pamitnya pada
teman-temannya.
“Apa tak apa kalau kau tinggal?”
aku khawatir kalau latihan mereka akan terganggu kalau di tinggal Yoongi.
“Tidak masalah. Aku sudah ijin
pada atasan. Ayo!” Yoongi membukakan pintu mobil, lalu memberikan Hyunsik
padaku lagi.
Hari ini adalah jatah imunisasi
bagi Hyunsik. Tinggal sedikit lagi imunisasi Hyunsik lengkap. Bagi balita
seusia Hyunsik memang diwajibkan unutk melakukan imunisasi dasar lengkap. Maka
dari itu aku dan Yoongi sepakat untuk meluangkan waktu bersama mengantar
Hyunsik melengkapi kewajibannya itu.
“Anak Hyunsik!” panggil seorang
perawat di ruang pemeriksaan dokter spesialis anak.
“Iya!” sahutku lalu beranjak
memasuki ruang pemeriksaan.
Jantungku lumayan berdebar-debar.
Meski ini bukanlah pemeriksaan parah atau bahaya, tapi tetap saja aku selalu
khawatir bila menyangkut kesehatan Hyunsik. Kulirik Yoongi, dia tampaknya juga
merasa tegang, hanya saja dia tutupi dengan berusaha fokus pada penjelasan
dokter.
“Bagaimana dok? Apa masih ada
yang kurang?” aku bertanya mengenai catatan kesehatan milik Hyunsik.
“Aku rasa semuanya sudah lengkap
nyonya, tinggal satu kali lagi dan sudah selesai.” Dokter memberikan penjelasan
padaku dan Yoongi sambil mencoret-coret lembar catatan imunisasi Hyunsik.
“Apa ada tambahan imunisasi yang
lain dok? Mengingat jaman sekarang ini penyakit bermacam-macam.” Ucap Yoongi.
“Itu terserah Tuan dan Nyonya
saja, munisasi tambahan itu sifatnya tidak wajib, hanya saja saya wajibkan
untuk melakukan beberapa imunasi perulangan disamping munisasi tambahan itu.”
Dan dokter kembali memberi penjelasan dengan menunjukkan beberapa tabel daftar
imunisasi yang harus diterima oleh Hyunsik.
“Cha, dokter suntik sebentar ya
sayang.” Ucap dokter sambil berusaha mengambil Hyunsik dari pangkuan Yoongi.
“Pa..pa..paaaa.....hiks...” oh
tidak Hyunsik takut rupanya. Matanya mulai berkaca-kaca, mungin dia tahu kalau
benda runcing itu akan menusuk kulitnya.
“Tenang sayang, hanya sakit
sebentar hmm.” Aku menggendong Hyunsik dan memangkunya, tapi tangannya justru
mencengkran erat baju Yoongi. Tangisnya memecah, bahkan suster tak mampu
mengambilnya dari gendongan appa-nya. Ya, inilah anaku, selalu lengket dengan
appanya.
“Baiklah baiklah, appa pangku,
jangan menangis lagi, appa bersamamu oh, anak pintar, ayo menurut.” Yoongi
mendudukkan Hyunsik diatas pangkuannya. Dia mendekap erat tubuh Hyunsik,
kepalanya iya dekap dalam dadanya yang bidang, den tangannya yang menutupi
matanya agar tak melihat jarum itu menusuknya. Sementara aku berusaha untuk
memegangi tangannya agar tak bergerak.
Dan CUSS....akhirnya, cairan
vaksin masuk dengan sempurna ke tubuh Hyunsik, tapi tunggu dulu, kenapa malah
raut wajah Yoongi aneh. Kenapa dia yang kesakitan?
“Anak pintar.” Dokter mengelus
pucuk kepala Hyunsik.
Resep obat sudah di dapat dan
kami berpamitan pulang.
“Yoongi-ah, kenapa tadi kau yang
meringis kesakitan?” ucapku. Dia menoleh sambil kembali menunjukkan ekspresi
anehnya itu.
“YA!” aku kesal karena bukannya
menjawab malah menunjukkan wajah anehnya.
“AWWW....sakit!” teriaknya saat
aku mencubit lengannya pelan. Dia melinting lengannya dan menunjukan tanda
merah keunguan.
“Kau kenapa?” aku sedikit panik,
takut cubitanku yang membuatnya seperti itu.
“Anakmu yang melakukannya tadi.”
Ucapnya enteng.
Aku tersenyum geli mendengar
pengakuannya. Hahaha....anak eomma pintar, jadi kau tadi tak menangis karena
menggigit lengan appamu, kau pintar sayang. Aku membatin. Tanganku mengelus
pelan pipi chubbi Hyunsik yang sudah terlelap dalam gendonganku. Sehat-sehat ya
sayang.
END

Tidak ada komentar:
Posting Komentar