Author : Yeonhwa
Cast : Min Yoongi
(Suga BTS), Jung Hana (OC)
Genre : Marriage
life, Fluff (little)
Rated : G
Lenght : Ficlet
Disclaimare : Suga
and other BTS member belongs to God, but storyline and OC belongs to me.
I hate plagiarism so
don’t copy paste!
“Eomma!” teriak Hyunsik sambil
menunjukkan biskuit coklat kesukaannya.
“Kau mau?” tanyaku dan dia
mengangguk.
Yap, hari ini kami berdua tengah
berbelanja untuk mengisi lemari persediaan di dapur yang kosong. Membeli ini
itu, keperluanku, Yoongi dan Hyunsik, dan tentunya tambahan-tambahan diluar
anggaran karena jagoanku ini mengambil barang kesukaannya dan memasukkannya ke
dalam keranjang belanja.
“Terimakasih.” Ucapku pada
petugas kasir.
“Hyunsik-ah, kau mau makan apa?”
aku menawari anakku makan, karena ini sudah masuk jam malan siang dan perutku
sudah mulai keroncongan.
“Eung~” telunjuknya mengarah ke
sebuah kedai mie, makanan kesukaan Hyunsik.
“Ayo kita makan.” Aku menggendong
Hyunsik dan tanganku menenteng plastik belanjaan.
“Annyeonghaseyo, selamat datang.”
Sapa sang pegawai begitu aku memasuki kedai ini.
“Annyeong- ah!“ BRUK! Ucapanku terhenti ketika seseorang
menubrukku dari belakang. Ish, apa dia buta, tidak melihat apa di depannya ada
wanita yang sedang kesusahan membawa barang belanjaannya.
“Oh, nyonya tak apa-apa?” pegawai
kedai itu menghampiri ku dan membantuku memungut kresek belanjaanku yang
berjatuhan.
“Maaf,” ucap pria yang
menubrukku.
“Oh, oppa!” kagetku. Aku tak
menyangka kalau aku akan bertemu lagi dengannya.
“Jung Hana! Lama tak berjumpa.”
Dia menjabat tanganku lalu mengacak pucuk kepalaku.
“Aigo~ lucunya,” dia mengacak
rambut Hyunsik, dan kelihatan sekali
Hyunsik tak nyaman dengan itu, mukanya langsung di tekuk. “ Anakmu?” tanyanya.
Akupun mengangguk.
“Kau mau makan?” lanjutnya lagi.
“Iya, hehehe...oppa sendiri?”
“Aku juga mau makan, ayo kita makan
sama-sama aku yang trakatir.” Woohooo~ dengan senang hati aku menerima tawaran
darinya.
Semangkuk ramyun untuk Hyunsik
dan semangkuk ramyun untukku, dan kami makan bersama-sama, saling berbagi
cerita masa lalu, dan itu sebenarnya sedikit tak mengenakkan untukku. Karena di
masa lalu dia pernah mempunyai perasaan padaku sementara aku sendiri lebih
nyaman jika dia menjadi kakakku, tidak lebih.
“Jadi oppa masih sendiri?”
tanyaku sambil menyumpikan mie ke mulut Hyunsik.
“Iya, itu karena kau
meninggalkanku kan? hahaha...” ucapnya sambil tertawa, namun aku bisa melihat
tawanya begitu getir.
.
.
.
“Terimakasih oppa atas makan
siangnya.” Aku berterimakasih karena sudah di traktir makan siang hingga
mendapat bantuan untuk membawa barang-barangku dan menghentikan taksi untukku.
“Yakin tak mau aku antar?”
tawarnya lagi.
“Tak usah, tidak apa-apa, tak
enak jika merepotkanmu lagi.” Tolakku halus.
“Ya sudah kalau begitu, hati-hati
di jalan. Hyunsik-ah annyeong~” dia melambai ke arah Hyunsik dan di balas
dengan sebuah flying kiss dari Hyunsik.
“Ajusshi bye bye~” celoteh
Hyunsik.
.
.
.
Malam ini suamiku pulang lebih
awal. Beruntung dia dapat menyelesaikan jadwalnya lebih cepat. Berdua, kami
menghabiskan malam ini di depan televisi sambil menikmati acara yang ada, yah,
walaupun sangat membosankan.
“Hana-ya! Ponselmu!” serunya, aku
yang sedang di dapur mengambil minum segera bergegas menghampiri panggilan itu.
“Oh!” Aku mengusap tombol
berwarna hijau.
“Oh, Oppa! Ada apa?” ucapku.
“Siapa?” bisik Yoongi tapi tak
terdengar olehku. Aku menjauh dari televisi dan memilih untuk menyendiri ke
dapur.
“Sibuk dengan siapa sih?” ucap
Yoongi sambil meletakkan pantatnya di sampingku.
“Seniorku, dia mengajak ngobrol.”
Jawabku enteng sambil memainkan jemariku di layar ponsel.
“Senior? Oh~ jadi oppa yang kau
panggil itu seniormu?” ucapnya, lalu menarik selimut.
“Iya, seniorku waktu sekolah di
Highschool.”
“Pasti menyenangkan, ya sudahlah,
selamat bernostalgia, jangan tidur terlalu larut.” Ucapnya lagi dengan mata
terpejamnya.
Pagi menjelang, dan entah kenapa
sejak semalam suamiku berubah menjadi dingin, padahal rumah ini sudah
menggunakkan penghangat tetapi aku justru merasa dingin.
“Mau aku jemput?” tawar Yoongi
dari ujung telepon. Hari ini aku berencana untuk pergi ke cafe.
“Tidak usah, a-“
“Ah iya, oppamu akan menjemputmu
kan?” potongnya. BANG! Benar dugaanku, dia cemburu. Oh, maafkan aku suamiku.
“Maaf, aku hanya tak enak bila
menolaknya,” lirihku.
“Tak apa, syukur kalau ada yang
perhatian dengan istriku disaat aku tak di sampingnya.” OH GOD, ucapannya itu
sukses membuatku seharian tak bisa fokus.
.
.
.
“Kau sudah pulang?” sambutnya
dingin.
“APPA...!” Hyunsik turun dari
gendonganku dan menghambur ke appa-nya.
“Kau pulang awal?” jujur aku
merasa gugup, tidak lebih tepatnya aku takut.
“Iya.” Singkat jelas padat
jawabannya itu, lalu pergi bersama Hyunsik.
Benar-benar sepertinya aku harus
minta maaf. Aku merasa aku sangat bersalah. Entahlah apa yang dipikirnya, tapi
aku anggap itu hal wajar, suami cemburu karena istrinya pergi dengan pria lain
yang tak ia kenal.
“Yoongi-ah.” Aku berbalik
menghadapnya. Baru kali ini dia tidur memunggungiku. Sedih.
“Aku...aku minta maaf,” ucapku
takut.
“Maaf karena tak memberitahukan
padamu siapa laki-laki itu, maaf karena aku lebih sering menghabiskan waktu
dengannya akhir-akhir ini, maaf karena aku telah mengabaikanmu, A...Aku...” air
mata ketakutanku meluncur sempurna.
CUP....dia berbalik lalu mengecup
pucuk kepalaku.
“Ku maafkan kau Jung Hana.”
Ucapnya lalu tersenyum. CUP sebuah kecupan kembali mendarat di dahiku. Dan CUP
CUP dua kecupan mendarat di mataku yang sembab, CUP CUP CUP tiga kecupan
mendarat di pipi dan pucuk hidungku.
“Sudah, jangan menangis hm.” Dia
mengusap air mataku dengan ibu jarinya. Tangan kirinya dia telusupkan agar aku
mendekat dalam pelukannya.
“Tapi aku-“ CUP kembali dia
mengunciku dengan ciuman tepat di bibirku.
“Aku tahu, kau terlalu senang
bertemu dengan teman lamamu yang aku rasa kau sudah menganggapnya seperti
oppamu. Dan aku mengerti itu, tapi jangan ulangi oh, kau ini sudah mempunyai
aku, aku suamimu, jadi kalau ada laki-laki lain yang dekat denganmu sebaiknya
kenalkan padaku, agar aku tak salah paham oke?” jelasnya panjang lebar, lalu
diakhiri dengan sebuah pelukkan hangat.
“Aku mengerti, maafkan aku
Yoongi-ah.” Aku membalas pelukannya, membenamkan kepalaku di dada bidangnya,
menghirup harum aroma maskulin yang menguar darinya, memenuhi dadaku hingga
rasa sedihku menghilang begitu saja.
END

Tidak ada komentar:
Posting Komentar