Author : Yeonhwa
Cast : Jung Hoseok
(Jhope BTS), Lee Ga Yoon (OC)
Genre : Sad, angst
Length : Oneshot
Rated : G
Disclaimare : BTS
member belongs to God but Storyline and OC ordinary belongs to me.
A/N : I hate
plagiarism, so don’t copy paste without my permission.
Happy reading ^^
Andaikan aku bisa meminta,
Tuhan...aku ingin dia kembali,aku ingin bersamanya walau hanya satu hari saja.
Dalam hatiku menjerit keras.
Menangis deras, walau mataku tetap kering tanpa derai air mata. Ku tatap wajah priaku
yang terbingkai indah dalam persegi berwarna hitam. Wajahnya terlihat begitu
cerah lengkap dengan senyum cerianya. Ku usap wajahnya, namun dia tetap diam
dan terus tersenyum ke arahku.
“Kau mau kemana malam-malam
begini?” malaikat ku, ibuku, dia selalu khawatir dengan keadaanku.
“Hanya keluar sebentar bu, aku
bosan.” aku lantas melangkahkan kaki, mengikuti kata hatiku. Malam memang telah
memekat, langit telah menggelap, namun kesibukan tetap terasa. Sepanjang
trotoar ku jumpai beberapa pejalan kaki yang sibuk dengan aktivitasnya,
berjalan, menelepon, bahkan ada beberapa yang menggerutu tak jelas.
Aku mengedarkan pandanganku ke
setiap sudut kota, kota yang dipenuhi kenanganku dan dia. Lampu jalanan, pedagang
kaki lima, bangku taman dan halte, ah rasanya masih banyak hal yang benar-benar
begitu melekat di ingatanku.
Ku hentikan langkahku di depan
toko ponsel. Aku mencoba mencungkil kembali kenangan yang tersimpan di sana.
Aku berdiri tepat di depan kaca etalase yang menampilkan semua tipe ponsel yang
mereka jual. Diari kaca itu aku dapat melihat jelas pantulan kenanganku bersama
dengannya.
“Kau mau?” matanya melirik pada
sebuah ponsel yang terpajang di bagian etalase.
“Tak usah, ini juga masih bisa dipakai,” aku menolaknya,
“Ah...ayolah, itu terlalu kuno,” tangannya menyeretku untuk memasukki
toko.
“YA! Jung Hoseok!” aku memukul-mukul tangannya.
“Ahjussi bisakah aku menukar ponsel ini dengan yang itu?” cih, pria
macam apa dia, kelakuannya sekarang seperti seorang ahjumma yang menawar di
pasar.
“Bisa, tapi aku rasa aku hanya bisa membeli ponsel ini degan harga sekian”
ucap ahjussi itu sambil menunjukkan angka-angka di kalkulatornya.
“Oh, ayolah ahjussi, ini ponsel masih bagus, masa tak bisa dinaikkan
sedikit harganya” okay, biar ku jelaskan, yang menjadi wanita disini adalah aku
dan Hoseok adalah seorang pria, harusnya akulah yang rewel dalam masalah tawar
menawar, tapi keadaan berbalik sekarang.
“Sudahlah, aku tak memerlukannya.” aku berusaha untuk membatalkan
transaksi antara Hoseok dan ahjussi itu. Walau jujur aku memang menginginkan
posel itu, warnanya manis, dan aku rasa fitur di dalamnya juga bagus.
“Baiklah, tapi hanya segini,” kembali ahjussi penjual ponsel
menunjukkan angka dari harga yang mereka sepakati.
“OK...!” Hoseok tersenyum lalu mengeluarkan beberapa lembar won.
“Cha~ sekarang aku bisa menghubungimu via videocall” Hoseok membuka
bungkus ponsel baruku dan menyalakannya.
“Ga Yoon-ah!” aku menengok dan CEKREK...selca pertama kami dengan
ponsel baruku.
Air mata menetes, dan segera ku usap.
Berkali-kali aku melihat ponsel yang kugenggam. Haruskah aku membuang semuanya,
termasuk ponsel ini?. Batinku berperang, antara iya dan tidak. Setelah cukup
lama terdiam aku akhirnya memutuskan untuk tetap menyimpannya.
Langkah kakiku kembali melaju,
menulusuri jalan menuju taman kota yang selalu ramai di malam hari oleh
pengunjung. Taman ini memang ramai karena tatanan lampu hiasnya yang menjadi
daya tarik tersendiri bagi setiap pengunjung.
Bangku kayu yang terletak di bawah
pohon cherry blossom adalah tempat kenanganku selanjutnya. Memandang keramaian
yang ada, sambil meresapi hembusan angin malam yang membawa cerita lama
diantara kami. Sesekali aku tersenyum mengingat kenangan-kenangan yang
tersimpan di taman ini.
PLUK... seseorang menjatuhkan
ponselnya tepat didepanku. Aku memungutnya.
“Oh...Tuan...ponselmu terjatuh!”
aku mendongak namum si pemilik ponsel itu telah menjauh.
“TUAN...!” percuma usahaku
sia-sia, dia semakin menjauh. Angin malam semakin mendingin, aku tak tahan
lagi. Kuputuskan untuk kembali ke rumah. Sepertinya meringkuk di balik selimut
sangat nyaman.
Aku membolak balik ponsel yang
kutemukan di taman. Bentuknya, warnannya dan tipenya sama persis dengan ponsel
milikku dulu. Ponsel yang berisi kalimat-kalimat cinta dari priaku, Jung Hoseok.
Terbesit dalam benakku untuk menyalakan ponsel itu, jariku hampir menyentuh
tombol power namun tiba-tiba layarnya menyala, padahal sebelumnya aku yakin
kalau ponsel itu mati.
Ucapkan
apa keinginanmu
Itulah kalimat yang terpampang
jelas di layar ponsel itu dan ada gambar animasi seorang penyihir cilik.
“Ck, apa-apan ini? Seperti anak
kecil.” Aku tak menghiraukan kalaimat itu.
Aku
akan mengabulkan apapun yang kau minta
Sekarang ponsel itu seolah
berbicara dan bisa mengerti apa yang aku ucapkan.
Cepat
katakan
Aku hanya menatapnya sepintas,
lalu meletakkannya diatas nakas di samping tempat tidurku.
“Jika aku boleh meminta, aku
ingin mengulangnya kembali, bersamamu walau hanya sehari saja.” gumamku sebelum
mataku terpejam sempurna mengantarku pada alam mimpi yang indah.
Aku membuka mata. Mentari memang
tidak begitu bersemangat, karena ini adalah musim gugur. Angin dingin masih
bisa ku rasakan berhembus dari balik jendela. Aku menoleh kesamping, diatas
nakas, tempat dimana wajah tampan Hoseok terpajang. Mataku melirik ke ponsel
temuanku. Tanganku tertarik unutk melihat apa yang terpampang dil ayarnya.
Terimakasih,
permintaanmu akan ku kabulkan
“Lelucon macam apa ini, aku
bahkan tak membalas pesannya.” aku kembali meletakkan ponsel itu, namun sedetik
kemudian ponsle itu berbunyi namun bukan pesan atau panggilan yang masuk, tapi
muncul tampilan timer yang waktunya terhitung mundur.
24:00:00
Oke, ku rasa ini suatu kebetulan.
“Ga Yoon-ah, ibu pergi dulu, kau
jaga diri baik-baik!” seperti biasa ibu selalu pergi meninggalkanku dirumah
ini, ah tidak rumahku maksudnya, iya karena memang aku memutuskan untuk belajar
hidup mandiri meski aku berasal dari keluarga mampu. Rumah kecil ini, rumah
yang penuh kenangan, rumah yang ku beli bersama denga Hoseok.
TOK...TOK...TOK...
Baru saja aku melangkahkan kaki
bermaksud kembali ke kemar, ketukkan pintu mencegahku, memaksaku berbalik arah
menghampiri siapa pelakunya.
“Kenapa lama sekali?” Priaku
telah kembali.
Aku masih belum percaya ini, apa
ini mimpi?
“Hei! Lee Ga Yoon! Hello!” Hoseok,
dia mengibas-kibaskan tangannya di depan wajahku, dan membuatku tersadar.
“Oh, ne....” tanpa ku susruh
masukpun Hoseok sudah lebih dulu masuk dan menjelajah dapur.
Aku mendekat, menghampirinya,
berusaha untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa ini bukanlah mimpi. Ku pandangai
setiap lekuk wajahnya, rambutnya, dan tak kuasa aku menahannya, rasa rinduku
benar-benar membuncah. Ku peluk dia erat-erat.
“Kau belum mandi?” ucapnya di
sela-sela pelukanku.
Aku menggeleng.
“Mandilah dulu, akan ku
buatkansarapan unutk kita,” lalu dia tersenyum.
Aku segera melihat layar ponsel
usang itu. Angkanya masih berjalan mundur. Dan itu berarti aku memang harus
menyelesaikan semuanya dengannya dalam waktu satu hari ini.
“Hoseok-ah,” aku membuka
percakapan di tengah-tengah acara sarapan kami, “hari ini ayo kita
jalan-jalan.” Pintaku dan dia diam sejenak, mungkin sedang memikirkannya.
“Oke!” ucapnya sambil tersenyum.
Masih di Seoul, kami berjalan berdu.
Myeongdong tempat tujuan kami. Aku berjalan tanpa melepaskan genggamanku pada tanganya, jujur aku takut sekali kalau
harus kembali kehilangan dia.
“Ga Yoon-ah” Hoseok menarikku ke
dalam toko kosmetik. Oke inilahkebiasaan Hoseok, selalu menarik diriku untuk
menurutinya.
“Coba ini.” Hoseok bereksperimen
dengan warna lipstik yang dia cobakan padaku. Aku hanya bisa diam dan
menurutinya.
“Aish, kau ini apa-apan sih”
protesku.
“Sudah diamlah!” tangannya tetap
lanjut unutk memoles ini dan itu di wajahku.
“Lihat! Aku rasa warna ini cocok,
terlihat natural. Aku ambil yang ini saja.” Tangan Hoseok terulur menyerahkan
lipstik itu ke pramuniaga.
“Coba kau cium yang ini,” Hosoek
menyodorkan tester parfum.
“Euwwhhh.” aku tak suka itu, tak
enak.
“Kalau ini?”
“Emmm, ini enak.” ya, aku suka
wanginya lembut.
“Baiklah aku ambil yang ini
juga.”
Hoseok-ah kenapa jadi kau yang gila belanja
huh?. Aku menatap wajah riang priaku itu.
“Ayo lanjut lagi!” ajaknya.
Hoseok mengamit lenganku. Aku
sedikit bergelayut manja di lengannya. Sekedar merasakan kalau dia benar-benar
ada dusamoingku sekarang ini.
“Hoseok-ah.” aku menunjuk ke
sebuah kedai ice cream.
“Ayo.” dia menyetujuinya
Seporsi ice cream double cocho
menjadi santapan kami. Memakannya dengan lahap di satu tempat yang sama. Dan itu
sungguh membuatku senang.
Lelah seharian menyusuri jalanan
Myeongdong, aku menghambur diri ke sofa setibanya di rumah. Kulirik sebentar
layar ponsel usang itu.
09:59:00
“Sebentar lagi.” Gumamku.
“Ada apa?” Hoseok mengagetkanku
dari belakang.
Buru-buru kusimpan lagi ponsel
itu. “Tak ada apa-apa,” aku tersenyum.
“Aku mau mandi dulu.”
“OK.” ucapnya sambil menata
barang-barang belanjaan kami di dapur.
Aku mengambil bebrapa butir obat
dari kotak penyimpanan disamping cermin washtafel. Meminumnya tanpa bantuan
air. Aku berharap obat ini benar-benar bisa menyembuhkanku dari luka itu. Luka
yang terlanjur menganga karena kepergian Hoseok.
“Kau sudah selesai belum?” teriak
Hoseok.
“Sebentar!” aku buru-buru mencuci
mukaku, namun baru saja aku membuka keran air, hanya ada satu tetesan air saja,
mana bisa aku membasuh wajahku.
“Hoseok-ah, keran air washtafel
macet” ucapku masih dengan busa di wajahku.
“Eh? Biar ku lihat.” Hoseok
berjalan menuju kamar mandi dan aku mengekor dari belakang.
“Besihkan dulu wajahmu!”
“Ah, aku lupa, hehehe...” aku
membasuh wajahku dengan air dari tempat cuci piring.
Selesai dengan urusan wajah, aku menghampiri
Hoseok yang sedang berjuang keras untuk mengencangkan baut dari pipa
pembuangan.
“Apa tak sebaiknya kita panggil
tukang reparasi pipa?” tanyaku khawatir melihat ekspresi mukanya yang benar-benar
kesulitan sampai wajahnya merah padam. Dan BYUR...bukannya baut terpasang rapat
tapi malah semburan air semakin deras.
Hoseok tak menjawab iya tapi dia
tersenyum dengan seluruh giginya yang terlihat. Huh, kalau tau begini kenapa
tak dari tadi saja. Alhasil kami harus berbasah-basah ria malam ini.
“Apa lagi yang kurang?” Ucap
Hoseok sambil manatapku.
“Coba kau cek lagi dari atas.” ucapku sambil mengeringkan rambut Hoseok dengan handuk.
Kami beruda sedang menyusun
agenda untuk esok hari. Ya, esok hari, sejenak aku melupakan bahwa kami, aku
dan Hoseok, hanya mempunyai waktu yang singkat.
“Diamlah.” Aku menhentikan
gerakan kepalanya, dia memang tak mau diam.
Menyusun agenda selesai, menonton
televisi selesai, makan malam sudah, dan sekarang badanku benar-benar remuk,
capek sekali. Aku beringsut berjalan menghampiri tempat favoritku, ya apa lagi
kalau bukan kasur. Aku melirik nakas di samping tempat tidurku, layar ponsel
itu masih menunjukkan waktu yang berjalan mundur. Oke, aku hanya memiliki waktu
kurang dari lima jam saja untuk bersama dia.
“Kau sudah mengantuk?” Hoseok
masuk dengan segelas air putih dan beberapa pil yang aku rasa itu vitamin.
“Emm.” aku menggeleng.
“Obat apa itu?” aku menunjuk
keara pil yang dia genggam.
“Bukan apa-apa hanya vitamin.”
Ucapnya alu meminum pil itu.
“Kau benar-benar sudah mengantuk?”
Damn! Hoseok mendekatkan wajahnya,
dan aku tak tau apa yang harus ku katakan. Sedikit mengerti maksudnya, aku
mengecup singkat bibirnya.
“Belum.” Ucapku singkat.
“Kau ini.”
Dia mencubit hidungku lalu
beralih mengecupnya.
“Aku kenapa?” aku menantangnya.
“Kau!” seketika dia mendorongku,
membuatku terjatuh. Dan bisa ku bayangkan aku akan dihabisinya malam ini.
Aku masih meringkuk di balik selimut,
tangan kekar Hoseok juga masih melingkar di pinggangku. Tanganku terulur
melihat layar ponsel itu, lagi-lagi aku hanya masih memiliki waktu sebentar.
01:00:00
Aku meletakkan kembali ponsel
itu. Berbalik kearah Hoseok. Memeluknya erat. Merapatkan tubuhku tubuhnya.
Menyesap aroma feromon yang menguar dari tubuhnya. Oh Tuhan, aku sungguh
merindukannya.
“Kau kenapa?” ucapnya masih
dengan matanya yang terpejam.
“Aku akan merindukanmu
Hoseok-ah.” Aku menangis dalam diam.
“Hei apa yang kau tangisi? Aku
kan ada disini.” Hoseok mengecup keningku, lalu mengertakan pelukannya.
Aku memejamkan mata, berusaha
untuk tak melihatnya, berharap waktu berhenti agar aku bisa terus berada
disampingnya seperti ini.
Mentari memang belum bersinar,
tapi aku sudah terbangun, karena memang aku tak sepenuhnya tertidur. Tanganku
tak merasakannya lagi, tubuh kekar itu tak kurasakkan lagi. Hangat
pelukannyapun juga telah menghilang, dingin, aku merasakan dingin saat ini. Ku
buka perlahan mataku. Masih seperti mimpi rasanya, aku benar-benar merasa
sedang bermimpi, priaku yang semalam masih kupeluk kini menghilang tanpa jejak.
Priaku menghilang untuk selamanya. Tubuhnya menghilang, namun wangi khas
maskulinnya masih tersisa disini, di balik selimut ini.
Aku memeluknya erat. Memeluk
selimut ang masih membalutku, memeluk sisa-sisa darinya yang masih bisa
kurasakan.
“Hoseok-ah.” Aku menangis,
airmataku mengalir, hatiku remuk seketika. Hoseokku telah pergi.
Satu minggu telah berlalu, aku
berusaha untuk menghapus setiap bulir bening yangjatuh dari mataku. Menjalani
kehidupanku tanpanya. Seperti saat ini, sendiri dirumah ini, hanya bertemankan
senyumnya yang terbingkai indah yang kuletakkan dia atas meja dekat televisi.
“Apa kau baik-baik saja di sana?”
aku menyapanya barang sebentar.
TING TONG...
Bel pintu berbunyi. Aku
meletakkan susu coklat yang ku nikmati tadi dan berlari menuju pintu.
“Ya-“ belum selesai aku berkata,
seketika itu juga aku merasa seperti dejavu, priaku kembali lagi.
“I-iya, ada apa ya?” aku masih
sulit mempercayai ini.
“Apa aku melihat ponselku yang
seperti ini?” pria itu menunjukkan gambar ponselnya.
“Ah, jadi itu milikmu?”
“Iya, aku menjatuhkannya di
taman.”
“Oh, mari silahkan masuk akan ku
ambilkan ponselmu.”
Aku mengekornya. Dari belakang
kulihat punggungnya, sama persis dengan punggung Hoseok.
“Ah, rumahmu bagus juga.” pujinya,
dan itu membuatku kembali tersenyum.
“Ah sebentar.” aku berlali menuju
kamar, menagmbil ponsel usang itu yang kusimpan rapih di laci.
“Terimakasih karena kau
telahkembali Hoseok-ah.” aku menatap fotonya.
Aku harap dia benar-benar Jung
Hoseok yang aku rindukan. Aku harap aku bisa bersama-sama dengannya lagi, walau
dalam wujud orang lain yang mirip denganmu Hoseok-ah.
END
Maaf kalau jelek dan fellnya gak ngena. Ini cerita aku ambil dari salah
satu web dramnaya T-Ara yang sweet tempation. Kalian bisa liat sendiri ya web
dramanya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar