Sabtu, 23 Januari 2016

FF BTS ll Do You Remember


Author : Yeonhwa
Cast :Kim Taehyung (V BTS), Kim Hyejin (OC)
Genre : Romance (little fluff)
Lenght : Oneshot
Disclaimer : BTS member milik Tuhan dan alur cerita serta OC milik author
Sorry for typo(s) and Happy reading ^^


“Huweeeee.....” Taehyung menangis keras.

“Kau ini kenapa?”

“Lututmu berdarah Hyejin-ah, Huweeee...”

Aku menatapnya heran, aku yang terjatuh dan aku yang berdarah, tapi kenapa yang menangis malah Taehyung.

“Hei, sudahlah jangan menagis terus, ayo bantu aku berdiri!” aku berusaha meraih tangannya.
Tangisannya belum berhenti, matanya masih menitikkan sisa-sisa air mata. Sepanjang koridor sekolah, dia memapahku, menuntunku menuju ruang kesehatan.

“Hyejin-ah, Hiks...” Taehyung masih menangis melihat lukaku diobati.

“Kenapa masih menangis hemm, Hyejin tidak apa-apa sayang,” perawat Hwang mengusap kepala Taehyung.

“Cha, sudah selesai, lain kali hati-hati ya,” ucap perawat Hwang.

“Terimakasih.” Aku membungkuk.

Taehyung masih memapahku, hingga parkiran sepeda.

“Aku akan mengantarmu.” Ucapnya, lalu menyuruhku untuk naik ke boncengan sepedanya.

“Lalu sepedaku?”

“Biarkan saja disini. Kan ada Ahjussi penjaga sekolah, kita titipkan saja ke dia.” Taehyung lalu berlari menghampiri ahjussi penjaga sekolah, menyampaikan maksudnya.

Aku menyetujuinya, terkadang pikiran bocah ini bisa berjalan normal juga. Kami berdua menaiki sepeda menyusuri sore, menikmati lembayung senja, langit yang mulai menjingga dan udara yang sedikit mendingin. Aku mendekap Taehyung erat.

“Kau kenapa?”

“Tak apa, aku takut jatuh.” Dustaku.

“Pegangan yang erat.” Taehyung menambah laju sepedanya.

Kayuhan sepeda Taehyung mulai menurun kecepatannya, ku rasakan dia mulai terengah-engah.

“Sebentar.” Dia turun lalu menuntun sepedanya.

Aku menatapnya heran,

“Aku lelah.” Well, seperti dugaanku, dia tak akan kuat membawaku dengan sepedanya.

Gusar aku turun dari sepedanya dan mengambil alih kemudi.

“Naiklah!” perintahku.

“Tapikan-”

“Ah sudahlah, cepat naik atau kita akan kemalaman sampai rumah,” aku menarik paksa Taehyung agar dia mau naik ke boncengan.

“OKE...pegangan yang erat ya...1...2...3.....WOOOHOOOOOO....!” aku mengayuh sepeda dengan kecepatan penuh, melupakan luka di kakiku.

“HYEJIN-AAAAHHHHH PELAN-PELAN...!” Taehyung berteriak ketakutan, tangannya meremas kuat seragam sekolahku, dia benar-benar ketakutan.

Aku mencari Taehyung ke penjuru sekolah, ruang olah raga, kantin, hingga toilet, tapi aku tak menemukannya. Dimana bocah itu, tsk.

“TAEHYUNG-AH...!” aku berteriak memanggil namanya. Mencarinya di sekitar gedung olah raga.

“YA...! BERIKAN AKU BEKALMU ITU, ATAU KU HAJAR KAU!”

“TIDAK MAU!”

“BERIKAN!”

“TIDAK!”

“KAU INI!”

“HUWEEE.....!!!” BUK!

Aku mendengar suara tangisan yang tak asing bagiku. Astaga Taehyung ada apa lagi dengannya.

“YA...!” aku meneriaki mereka. Cih apa-apaan ini, kalian masih bocah, masih siswa bangku sekolah dasar, tapi perilaku kalian seperti preman.

“YA...! PERGI DARi SANA ATAU AKAN KU HAJAR!” aku mengambil ancang-ancang. Setidaknya ilmu taekwondoku bisa kugunakan disini.

“KAU INI PEREMPUAN, BISA APA KAU?” ucap si gendut, aku rasa dia adalah pimpinan pasukan berandalan ini.

“KAU MAU MENCICIPI TINJU DARI SEORANG PEREMPUAN HAH? HIYAAAA....!” BUK...BUK...BUK...aku menghadiahinya bogem mentah.

Aku berkacak pinggang melihat mereka lari ketakutan.

“Jangan macam-macam dengan Kim Hyejin.” Ucapku bangga.

“Kau tak apa-apa?” aku menghampiri Taehyung yang meringkuk ketakutan.

“Tak apa...hiks...” Taehyung memelukku.

“Ya...tenanglah mereka sudah pergi.” aku menepuk punggungnya,  berusaha untuk meredakan tangisnya.

Kelas masih berisik, guru Song belum hadir. Aku sibuk mengedarkan pandanganku. Melihat seluruh penjuru kelas, aku tak melihatnya, kemana Taehyung.

“Hyunwoo-ah, apa kau tak melihat Taehyung?”

“Tidak, biasanya kan dia selalu menempel padamu.”

Huft, tak ada kabar darinya. Aku memutuskan untuk keluar kelas. Aku menengok ke kanan dan kekiri, tak ada Taehyung di sana.

“Hyejin, kenapa kau di luar? Ayo masuk.” Ucap guru Song.

“Aku mencari Taehyung saem.” Ucapku

“Masuklah, pelajaran akan segera dimulai.”

“Baik saem.”

Aku masuk kelas dengan pandangan yang terus kutujukan ke bawah. Aku melirik bangku di sebelah kiriku, tak ada si alien Taehyung.

“Anak-anak, ayo duduk yang rapi!” guru Song mengomando ketua kelas untuk bersiap.

“BERSIAP! BERI SALAM!” ucap ketua kelas lantang.

“SELAMAT PAGI!” Semua siswa membungkuk, memberi salam.

“Anak-anak, hari ini teman kalian tidak bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar disini lagi. Dia harus ikut dengan orang tuanya.” Guru Song membuka kelas dengan kabar buruk.

Oh, jangan katakan kalau itu Taehyung. Taehyung kau jahat! Benar-benar jahat!

“ANDWEEE...!” aku berteriak.

“Ada apa Hyejin?” guru Song menatapku heran.

“Bukan Taehyung saem, dia berjanji akan mengerjakan tugas bersama-sama hari ini.” Aku memprotes guru Song.

“Maafkan aku Hyejin-ah. Tapi memang Taehyung yang pindah sayang.” Guru Song mendekat dan berusaha mendekapku yang mulai menangis.

Itu lah secuil kenangan burukku dengannya. Kini aku duduk diantara lautan manusia yang mayoritas adalah remaja perempuan. Mereka semua berteriak, memanggil nama idola mereka masing-masing. Aku hanya bisa terdiam sambil tersenyum melihatnya, dia Kim Taehyung.

Dia sungguh berbeda sekarang. Bertahun-tahun kami tak bertemu dan sekarang dia telah menjelma menjadi pria yang sangat tampan.

Aku memegang erat kado yang kubungkus selucu mungkin. Aku berniat memberikannya padanya. Aku harap dia bisa mengingatku. Kim Hyejin teman kecilnya yang sering dia panggil preman pasar.

“Siapa namamu?” tanya Taehyung tepat di hadapanku.

“Taehyung-ah...ini a-...”

“Ya, ada apa? Eumm siapa namamu?” ulangnya.

“Hyejin, Kim Hyejin.” Aku tersenyum. Rupanya dia telah melupankanku.

“Kim Hyejin, berapa usiamu?”

“Sama denganmu.” Ini aku Taehyung-ah, aku menjerit dalam hati.

“Woaahhhh berarti kita berteman” dia mengajakku ber-high five, lalu tertawa dengan tawanya yang khas. Tentu saja, kita kan memang berteman, bahkan aku selalu menganggapmu lebih dari teman Taehyung-ah.

“Taehyung-ssi, ini.” aku menyodorkan kado yang berisi benda-benda kenangan kami semasa kecil. Dia menerimanya dengan senang.

Aku bergeser ke kanan, menghadap temannya, Kim Namjoon. Ku lirik sebentar dia, rupanya dia sangat antusias dengan hadiahku, dan dia membukanya dengan ekspresi seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan baru.

Aku kembali bergeser kanan, menghadap temannya lagi, Seokjin. Aku kembali mencuri pandang ke arah Taehyung. Dan kulihat ekspresinya berubah, seperti orang yang sedang berpikir keras.

Selesai, aku mendapatkan seluruh tanda tangan dari idol grup baru itu. Sebelum turun dari panggung aku menoleh sekilas ke arah Taehyung, dan dia masih menunduk mengamati hadiah yang kuberikan.

“Hyejin-ah!” dia berteriak, dan aku hanya menengok sekilas lalu memberikannya senyum.

Aku tak ingin menganggu acara ini, kuputuskan untuk segera melangkah pergi. Yang penting tujuanku untuk bertemu dengan Taehyung telah terlaksana. Bertahun-tahun aku emnantikan saat-saat ini. Aku merindukkannya, merindukan alienku, Kim Taehyung. Aku rindu saat-saat dimana aku harus menjelma menjadi bodyguardnya. Aku rindu saat-saat dimana aku harus memeluknya, menepuk-nepuk punggungnya kaena dia menangis. Aku merindukkan saat-saat kami masih kecil dulu. Karena semuanya begitu indah, saat-saat kita bisa tertawa bersama, bukannya seperti sekarang ini, aku dan dia saling menjauh karena kami telah memiliki jalan yang berbeda.

END

Based from true story, aku menulis cerita ini, disamping saran dan ide dari adikku tersayang. Sebenarnya ini cerita uda lama bgt pingin ku tulis, cerita mengenai masa kecil, tapi apa boleh buat, berhubung pikiran yang terus terusan buntu, akhirnya baru bisa nulis sekarang.
Maaf jika ceritanya jelek, banyak typo dan gak ngena fellnya, karena masih dalam proses belajar menulis.

Thanks a lot dear ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar