Sabtu, 23 Januari 2016

FF BTS ll CRAVING



Author : Yeonhwa
Cast : Min Yoongi (Suga BTS), Jung Hana (OC)
Genre : Marriage life, Fluff (little)
Rated : T
Lenght : Ficlet
Disclaimare : Suga and other BTS member belongs to God, but storyline and OC belongs to me.
I hate plagiarism so don’t copy paste!
Happy reading ^^


“Aku pulang!” Priaku berteriaK dari ujung sana.

Aku bergegas menghampirinya, meninggalkan sejenak kesibukanku bersama setumpuk lembaran laporan dari cafe milikku. Ya, aku mempunyai sebuak cafe sekarang, cafe yang dulu menjadi tempat kerjaku, kini beralih menjadi milikku, tentu saja dengan bantuan suamiku hingga aku bisa memilikinya.

“Kau bawa apa?” aku melihat tangan kanannya menenteng paper bag.

“Ibu tadi menitipkan ini, Yoonri yang membawakannya tadi.” Dia mengulurkan bawaannya itu.
Aku membawanya ke dapur, dari aromanya saja aku bisa menebak kalau itu kimchi.

“Kenapa Ibu mengirim makanan sebanyak ini?”

“Entahlah, katanya dia ingat kalau kau menyukainya. Oh ya, itu tteokbokki harus segera kau makan, katanya tak enak kalau di simpan untuk besok.” Jelasnya sambil menunjuk kearah bungkusan yangku tau dari aromanya itu adalah tteokbokki.

“Oh.” Aku hanya ber oh ria.

“Kau mau mandi? Biar kusiapkan air hangat,” aku mendekat membantunya melepaskan pakaian yang membalut tubuh putihnya.

“Kau mau memandikanku?” shit! Apa-apan ini, ini masih sore dan dia menggodaku.

“Bagaimnaa hm...hmmm...hmmmm?” dia semakin memperpendek jarak diantara kami. Senyum licik dan lirikannya melengkapi polahnya yang menyebalkan ini.

“Apa-apaan kau ini!” oke, aku gugup sekarang, dia memang selalu sukses membuat jantungku berdegup tak karuan.

“Sttt...jangan banya bicara, katakan iya atau tidak?” dia semakin mengintimidasiku.

OEK...OEK...OEK...(anggap saja suara bayi nangis ye... ^^v)

“Cepat sana mandi jangan banyak tingkah!” aku spontan mendorong suamiku dan segera berlari menghampiri jagoan kecilku.

“Cup-cup-cup sayang, eomma disini sayang...cup-cup-cup....” aku mengayun-ayun Hyunsik yang tidurnya terganggu, aku menidurkannya kembali dan memeriksa popoknya. Pantas saja dia menangis, rupanya popoknya sudah penuh.

Selesai meninabobokan Hyunsik, aku kembali ke dapur. Meneruskan pekerjaanku yang tertunda. Dan ku lihat Yoongi sibuk membuka-buka bungkusan makanan yang tadi dia bawa.

“Cih...dasar pemalas!” aku merampas handuk yang hanya dia kalungkan di leher, padahal jelas-jelas rambutnya masih basah.

“Kemari!” aku menggeret paksa dia dan menyuruhnya untuk duduk.

Tanganku mulai sibuk bekerja, mengeringkan rambut suamiku, Min Yoongi.

“Hana-ya,” ucapnya sambil mendongak kearahku.

“Hmm.” aku hanya menyahut dengan kata hmm.

“Kau ingat dengan ini?” dia menunjuk ke arah tteokbokki.

“Ahahahaa.....” seketika itu juga aku tertawa. Ya mengingatnya saja aku sudah ingin tertawa.

Hari itu, sore di musim gugur yang mendekati akhirnya. Aku benar-benar kelaparan saat itu.

“Yonngi-ah bisakah kau membawakanku makanan yang manis dan secangkir coffelatte?” ucapku melalui telepon.

“Baiklah, tunggu ya.” Jawabnya, dan BIP..aku memutuskan sambungan kami.

Aku menatap luar jendela. Sesekali aku membolak balik majalah, bosan, aku benar-benar bosan. Aku meraih ponselku dan memulai untuk berfangirling ria. Yang kucari hanyalah berita-berita tentang Yoongi tak ada yang lain, karena memang aku selalu memantau kekasihku itu, sedikit saja ku dapati dia dekat dengan wanita lain akan kubunuh dia.

“Hana-ya!” aku mendengar dia memanggilku.

“Cepat sekali?” ucapku.

“Maaf tadi manajer mengajak kami untuk berkumpul sebentar.” Dia lantas berjalan menuju dapur, untuk menghilangkan dahaganya.

Aku langsung saja menyantap pesannanku dengan lahap. Sementara Yoongi hanya melongo melihat nafsu makanku yang benar-benar berubah drastis. Bahkan dia sampai memberikan bagiannya untukku.

“Untukmu saja,” dia menyodorkan kuenya padaku.

“Terimakasih.” Aku mengecup pipinya sebagai tanda terimakasih.

Malam telah larut, dan Yoongi sudah terlelap di sampingku. Aku masih belum bisa memejamkan mata. Pikiranku terus melayang-layang. Mulutku  terus mengecap-kecap. Mungkin seporsi tteokbokki yang pedas sangat enak bila di makan malam-malam begini.

Aku terus gelisah. Ku gulingkan tubuhku ke kanan dan kekiri, sesekali aku bermain-main dengan pipi Yoongi, dan dia hanya melenguh karena merasa di ganggu. Oh ayolah, aku benar-benar memnginginkan itu.

“Yoongi-ah!” aku mengguncang-guncang tubuhnya, dan dia tetap diam.

“Yoongi-ah...!” kembali aku mengusik tidurnya.

“Min Yoongi...!” kali ini aku memanggilnya tepat di telinganya. Bukannya membuka mata dia justru menarikku dalam pelukannya.

“Yoongi-ah aku lapar!”

“Mmm,” dia hanya ber-mm ria.

“Aku benar-benar lapar!”

“Buat saja ramyun”

“Tidak mau!”

“Lalu kau mau yang lain?” dia membuka mata dan berusaha menggodaku.

“Bukan itu...!” aku mendorong tubuhnya, namun dia kembali menarikku. Sial!

“Lalu?”

“Aku ingin tteokbokki pedas.” Jawabku dengan cengiran.

“Ini sudah malam, mana ada yang jualan malam-malam begini,” dia menarik selimutnya kembali.

“Pokoknya aku mau tteokbokki!” aku menendang pantatnya dan dia sukses terguling dari tempatnya.

Pasrah. Yoongiku yang malang harus menerjang udara malam demi seporsi tteokbokki. Dan setelah didapat, aku hanya makan beberapa suap saja.

“Kenapa tak dihabiskan?”

“Aku ingin kau memakannya juga.” aku menatap Yoongi penuh harap.

“Aku tak bisa makan makanan pedas Hana-ya.”

“Tapi aku tak bisa menghabiskannya sendirian Yoongi-ah.”

“Kan kau yang minta.”

“Tapi kan kau yang membelinya”

“Kalau tak habis buang saja, toh kalau di simpan di kulkas sudah tidak enak lagi.”

“Kau ini! Sayang kalau di buang ke tempat sampah, lebih baik di buang ke perutmu saja. Aaa~” aku menyuapkan tteokbokki ke mulutnya, dan pada akhirnya aku dan dia memakannya hingga habis.

Hari ini harusnya Yoongi pergi ke kantor tapi karena ulahku, dia bahkan mendapatkan dua kekalahan sekaligus.

“Hana-ya,” dia berbisik teat di telingaku.

“Hmm” aku hanya menyahutnya dengan hm

Sejurus kemudian, tangannya melingkar di perutku.

“Perutmu trelalu rata, bagaimana kalau kubuat sedikit lebih berisi” okay, aku paham maksudnya. Aku berbalik menghadapnya.

“Jangan harap!” aku mencubit perutnya.

“Auw!” dia meringis kesakitan.

“Oh ayolah-“ belum selesai dia memegang perutnya lalu bergegas berlari ke kamar mandi.

“Sayang~” rayu Yoongi selesai dari kamar mandi.

“TIDAK!” aku mendorong tubuhnya dan lagi-lagi dia terjatuh dari kasur. Entah kenapa aku sama sekali tak menginginkannya, apalagi dekat-dekat dengannya.

“Ya, Han-“ lagi, dia berlari ke kemar mandi.

Pagi datang, dan Yoongi tidak bisa tidur sama sekali. Dia masih bolak-balik ke kamar mandi. Bahkan dia melewatkan sarapannya.

“Kau tak apa?” aku merasa kasihan.

“Bawa aku ke dokter Hana-ya” Yoongi akhirnya tumbang karena ulahku.


“Diam kau, jangan tertawa!”

“Ouuhhh...Yoongi yang malang.” Aku masih tertawa mengingat kejadian itu.

SRET...

Yoongi membalikkan posisi sekarang. Membuatku menghadapnya. Aku masih melongo tak berkedip, berusaha untuk menormalkan degup jantungku yang kehilangan ritme normalnya.

“Dan kau, harus membayarnya sekarang!” ucapnya seduktif.

“A-ap-apa yang kau maksud?” sial! aku terlalu gugup.

“Kau berhutang padaku malam itu.” wajahnya semakin mendekat hingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya.

“YA!” Aku mendorongnya kasar.

“Bisakah berhenti untuk berbuat konyol!”

“Kan aku hanya meminta jatahku, kenapa mesti marah,” ucapnya sambil cemberut.Oh, Yoongi, kau ini sudah menjadi ayah, kenapa masih manja seperti itu.

“Tapikan Hyunsik masih kecil.” Aku berusaha memberikannya pengertian, Tapi tetap dia mendiamkanku dengan wajah cemberutnya itu. Diapun berlalu pergi menuju ruang kerjanya.

Sedikit merasa ngeri, karena aku takut dia akan bersikap dingin, aku lantas menyusulnya lalu memeluknya dari belakang. Memeluknya erat, menghirup aroma mint yang menguar dari tubuhnya.

“Sabar sebentar ya, setidaknya tunggu Hyunsik bisa aku sapih.” Aku mengecup pipinya sekilas.

“Iya aku tahu itu, maafkan aku” dia berbalik dan membalas mencium bibirku singkat.

END




Tidak ada komentar:

Posting Komentar