Author : Yeonhwa
Cast : Min Yoongi
(Suga BTS), Jung Hana (OC)
Genre : Marriage
life, Fluff (little)
Rated : T
Lenght : Ficlet
Disclaimare : Suga
and other BTS member belongs to God, but storyline and OC belongs to me.
I hate plagiarism so
don’t copy paste!
“Aku pulang!” Priaku berteriaK
dari ujung sana.
Aku bergegas menghampirinya,
meninggalkan sejenak kesibukanku bersama setumpuk lembaran laporan dari cafe
milikku. Ya, aku mempunyai sebuak cafe sekarang, cafe yang dulu menjadi tempat
kerjaku, kini beralih menjadi milikku, tentu saja dengan bantuan suamiku hingga
aku bisa memilikinya.
“Kau bawa apa?” aku melihat
tangan kanannya menenteng paper bag.
“Ibu tadi menitipkan ini, Yoonri
yang membawakannya tadi.” Dia mengulurkan bawaannya itu.
Aku membawanya ke dapur, dari
aromanya saja aku bisa menebak kalau itu kimchi.
“Kenapa Ibu mengirim makanan
sebanyak ini?”
“Entahlah, katanya dia ingat
kalau kau menyukainya. Oh ya, itu tteokbokki harus segera kau makan, katanya
tak enak kalau di simpan untuk besok.” Jelasnya sambil menunjuk kearah
bungkusan yangku tau dari aromanya itu adalah tteokbokki.
“Oh.” Aku hanya ber oh ria.
“Kau mau mandi? Biar kusiapkan
air hangat,” aku mendekat membantunya melepaskan pakaian yang membalut tubuh
putihnya.
“Kau mau memandikanku?” shit!
Apa-apan ini, ini masih sore dan dia menggodaku.
“Bagaimnaa hm...hmmm...hmmmm?”
dia semakin memperpendek jarak diantara kami. Senyum licik dan lirikannya
melengkapi polahnya yang menyebalkan ini.
“Apa-apaan kau ini!” oke, aku
gugup sekarang, dia memang selalu sukses membuat jantungku berdegup tak karuan.
“Sttt...jangan banya bicara,
katakan iya atau tidak?” dia semakin mengintimidasiku.
OEK...OEK...OEK...(anggap saja
suara bayi nangis ye... ^^v)
“Cepat sana mandi jangan banyak
tingkah!” aku spontan mendorong suamiku dan segera berlari menghampiri jagoan
kecilku.
“Cup-cup-cup sayang, eomma disini
sayang...cup-cup-cup....” aku mengayun-ayun Hyunsik yang tidurnya terganggu, aku
menidurkannya kembali dan memeriksa popoknya. Pantas saja dia menangis, rupanya
popoknya sudah penuh.
Selesai meninabobokan Hyunsik,
aku kembali ke dapur. Meneruskan pekerjaanku yang tertunda. Dan ku lihat Yoongi
sibuk membuka-buka bungkusan makanan yang tadi dia bawa.
“Cih...dasar pemalas!” aku merampas
handuk yang hanya dia kalungkan di leher, padahal jelas-jelas rambutnya masih
basah.
“Kemari!” aku menggeret paksa dia
dan menyuruhnya untuk duduk.
Tanganku mulai sibuk bekerja,
mengeringkan rambut suamiku, Min Yoongi.
“Hana-ya,” ucapnya sambil mendongak
kearahku.
“Hmm.” aku hanya menyahut dengan
kata hmm.
“Kau ingat dengan ini?” dia
menunjuk ke arah tteokbokki.
“Ahahahaa.....” seketika itu juga
aku tertawa. Ya mengingatnya saja aku sudah ingin tertawa.
Hari itu, sore di musim gugur yang mendekati akhirnya. Aku benar-benar
kelaparan saat itu.
“Yonngi-ah bisakah kau membawakanku makanan yang manis dan secangkir
coffelatte?” ucapku melalui telepon.
“Baiklah, tunggu ya.” Jawabnya, dan BIP..aku memutuskan sambungan kami.
Aku menatap luar jendela. Sesekali aku membolak balik majalah, bosan,
aku benar-benar bosan. Aku meraih ponselku dan memulai untuk berfangirling ria.
Yang kucari hanyalah berita-berita tentang Yoongi tak ada yang lain, karena
memang aku selalu memantau kekasihku itu, sedikit saja ku dapati dia dekat
dengan wanita lain akan kubunuh dia.
“Hana-ya!” aku mendengar dia memanggilku.
“Cepat sekali?” ucapku.
“Maaf tadi manajer mengajak kami untuk berkumpul sebentar.” Dia lantas berjalan
menuju dapur, untuk menghilangkan dahaganya.
Aku langsung saja menyantap pesannanku dengan lahap. Sementara Yoongi
hanya melongo melihat nafsu makanku yang benar-benar berubah drastis. Bahkan
dia sampai memberikan bagiannya untukku.
“Untukmu saja,” dia menyodorkan kuenya padaku.
“Terimakasih.” Aku mengecup pipinya sebagai tanda terimakasih.
Malam telah larut, dan Yoongi sudah terlelap di sampingku. Aku masih
belum bisa memejamkan mata. Pikiranku terus melayang-layang. Mulutku terus mengecap-kecap. Mungkin seporsi
tteokbokki yang pedas sangat enak bila di makan malam-malam begini.
Aku terus gelisah. Ku gulingkan tubuhku ke kanan dan kekiri, sesekali
aku bermain-main dengan pipi Yoongi, dan dia hanya melenguh karena merasa di
ganggu. Oh ayolah, aku benar-benar memnginginkan itu.
“Yoongi-ah!” aku mengguncang-guncang tubuhnya, dan dia tetap diam.
“Yoongi-ah...!” kembali aku mengusik tidurnya.
“Min Yoongi...!” kali ini aku memanggilnya tepat di telinganya.
Bukannya membuka mata dia justru menarikku dalam pelukannya.
“Yoongi-ah aku lapar!”
“Mmm,” dia hanya ber-mm ria.
“Aku benar-benar lapar!”
“Buat saja ramyun”
“Tidak mau!”
“Lalu kau mau yang lain?” dia membuka mata dan berusaha menggodaku.
“Bukan itu...!” aku mendorong tubuhnya, namun dia kembali menarikku.
Sial!
“Lalu?”
“Aku ingin tteokbokki pedas.” Jawabku dengan cengiran.
“Ini sudah malam, mana ada yang jualan malam-malam begini,” dia menarik
selimutnya kembali.
“Pokoknya aku mau tteokbokki!” aku menendang pantatnya dan dia sukses
terguling dari tempatnya.
Pasrah. Yoongiku yang malang harus menerjang udara malam demi seporsi
tteokbokki. Dan setelah didapat, aku hanya makan beberapa suap saja.
“Kenapa tak dihabiskan?”
“Aku ingin kau memakannya juga.” aku menatap Yoongi penuh harap.
“Aku tak bisa makan makanan pedas Hana-ya.”
“Tapi aku tak bisa menghabiskannya sendirian Yoongi-ah.”
“Kan kau yang minta.”
“Tapi kan kau yang membelinya”
“Kalau tak habis buang saja, toh kalau di simpan di kulkas sudah tidak
enak lagi.”
“Kau ini! Sayang kalau di buang ke tempat sampah, lebih baik di buang
ke perutmu saja. Aaa~” aku menyuapkan tteokbokki ke mulutnya, dan pada akhirnya
aku dan dia memakannya hingga habis.
Hari ini harusnya Yoongi pergi ke kantor tapi karena ulahku, dia bahkan
mendapatkan dua kekalahan sekaligus.
“Hana-ya,” dia berbisik teat di telingaku.
“Hmm” aku hanya menyahutnya dengan hm
Sejurus kemudian, tangannya melingkar di perutku.
“Perutmu trelalu rata, bagaimana kalau kubuat sedikit lebih berisi” okay,
aku paham maksudnya. Aku berbalik menghadapnya.
“Jangan harap!” aku mencubit perutnya.
“Auw!” dia meringis kesakitan.
“Oh ayolah-“ belum selesai dia memegang perutnya lalu bergegas berlari
ke kamar mandi.
“Sayang~” rayu Yoongi selesai dari kamar mandi.
“TIDAK!” aku mendorong tubuhnya dan lagi-lagi dia terjatuh dari kasur.
Entah kenapa aku sama sekali tak menginginkannya, apalagi dekat-dekat
dengannya.
“Ya, Han-“ lagi, dia berlari ke kemar mandi.
Pagi datang, dan Yoongi tidak bisa tidur sama sekali. Dia masih
bolak-balik ke kamar mandi. Bahkan dia melewatkan sarapannya.
“Kau tak apa?” aku merasa kasihan.
“Bawa aku ke dokter Hana-ya” Yoongi akhirnya tumbang karena ulahku.
“Diam kau, jangan tertawa!”
“Ouuhhh...Yoongi yang malang.”
Aku masih tertawa mengingat kejadian itu.
SRET...
Yoongi membalikkan posisi sekarang.
Membuatku menghadapnya. Aku masih melongo tak berkedip, berusaha untuk
menormalkan degup jantungku yang kehilangan ritme normalnya.
“Dan kau, harus membayarnya
sekarang!” ucapnya seduktif.
“A-ap-apa yang kau maksud?” sial!
aku terlalu gugup.
“Kau berhutang padaku malam itu.”
wajahnya semakin mendekat hingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya.
“YA!” Aku mendorongnya kasar.
“Bisakah berhenti untuk berbuat
konyol!”
“Kan aku hanya meminta jatahku,
kenapa mesti marah,” ucapnya sambil cemberut.Oh, Yoongi, kau ini sudah menjadi
ayah, kenapa masih manja seperti itu.
“Tapikan Hyunsik masih kecil.”
Aku berusaha memberikannya pengertian, Tapi tetap dia mendiamkanku dengan wajah
cemberutnya itu. Diapun berlalu pergi menuju ruang kerjanya.
Sedikit merasa ngeri, karena aku
takut dia akan bersikap dingin, aku lantas menyusulnya lalu memeluknya dari
belakang. Memeluknya erat, menghirup aroma mint yang menguar dari tubuhnya.
“Sabar sebentar ya, setidaknya
tunggu Hyunsik bisa aku sapih.” Aku mengecup pipinya sekilas.
“Iya aku tahu itu, maafkan aku”
dia berbalik dan membalas mencium bibirku singkat.
END

Tidak ada komentar:
Posting Komentar