Sabtu, 23 Januari 2016

FF BTS ll DON’T TEASE ME!


Author : Yeonhwa
Cast: Jeon Jungkook(Jungkook BTS), Min Yoonri (OC)
Genre : romance (little), fluuf (little)
Rated : T
Length : Ficlet
Disclaimare : Member BTS milik Tuhan sedangkan OC serta alur cerita milik author
PS: sorry for typo(s), i hate copy paste and plagiarsm
Happy reading ^^



Ini masih pagi dan aku sudah berada di kelas. Sengaja aku datang pagi karena aku ingin mempersiapkan segala sesuatunya untuk mendukung sahabatku, kekasihku, kakaku, adikku dan juga musuhku, ya siapa lagi kalau bukan Jeon Jungkook. Si pria tampan yang mengaku-aku kalau dirinya sudah dewasa tapi tetap saja polahnya seperti anak-anak.

Hari ini kegiatan belajar mengajar ditiadakan, karena acara kompetisi olah raga taunan antar sekolah sedang berlangsung. Dan Jungkook berpartisipasi membawa nama sekolah. Aku berjanji padanya untuk menonton pertandingannya, dan kebetulan sekali Hyerin juga mengajakku untuk menonton pertandingan itu.

“Semuanya sudah siap?” aku memastikan amunisi yang kami bawa, aku dan Hyerin. Banner ala handmade by me, dan Lightstik serta beberapa botol air minum, karena bisa kupastikan tenggorokanku akan cepat kering karena berteriak-teriak disana.

“SIAP!” jawab Hyerin penuh semangat.

Tak perlu waktu lama untuk bisa sampai dan duduk di tribun penonton dengan tenang. Kami hanya memilih untuk menikmati cabang atletik dari sekian cabang yang dipertandingkan, karena Jungkook hanya mengikuti cabang itu.

“Dimana dia?” aku bergumam sendiri mencari keberadaan Jungkook.

“Itu dia!” Hyerin menunjuk kearah Jungkook dan aku melambaikan tangan padanya. Tapi sisa-sia dia tak menyadari keberadaanku.

Pertandingan berlangsung, dan Jungkook sedang menunggu gilirannya bersama dengan teman-temannya. Sesekali kamera menyorot ke arahnya, menampilkan wajah tampannya di sebuah layar lebar yang menggantung di atas sana.

“Pacarmu tampan juga ya, hihihihi” Hyerin meledekku. Tapi memang aku akui dia tampan, bahkan terlalu tampan bagiku.

“Tapi tetap saja dia seperti bocah, menyebalkan, tukang usil.” aku berusaha menyembunyikan ekspresi girangku saat melihat wajah Jungkook.

“Walau begitu kau masih menyukainya kan?”

Iya benar, aku memang menyukai Jungkook.

Mataku kembali terfokus di arena bawah sana. Menyaksikan Jungkook berlari dengan kecepatan penuh. Aku sendiri heran mengapa dia bisa lari secepat itu.

“KYAAA...!!!!” Hyerin dan penonton yang lainnya berteriak.

“Ada ap- KYAAA....JEON JUNGKOOK!!!” akupun akhirnya ikut berteriak. Bagaimana tidak, dia dengan seenak jidatnya memamerkan perutnya yang atletis itu disaat kamere sedang menyorot ke arahnya. Apa dia tak sadar kalau disini ada kamera. Rasanya ingin ku pukul dia.

“Bagaimana bisa dia mempunyai perut sebagus itu?” Hyerin berbisik.

“Aku tak tahu,” aku masih terkejut dengan adegan tadi, ini untuk keuda kalinya aku melihat bagian tubuh bocah itu. Pertama ketika melihatnya berjalan keluar lapangan basket dan yang ke dua adalah ini.

“Apa kau sering melihatnya?” ish, pertanyaan konyol macam apa itu.

“Beruntungnya kau Min Yoonri, bisa menikmati pemandangan indah seperti itu.” Mulai Hyerin merancau tak jelas.

“Apanya yang beruntung.” Aku menggerutu mendengar ocehan Hyeri.

Acara selesai dan aku tak langsung pulang ke rumah. Aku mampir sebentar ke cafe untuk memberi kue dan americcano kesukaanku untuk teman belajar.

“Aku pulang!” dan tak ada jawaban.

“Oppa?” aku mencari kakakku. Ya kami memang tinggal berdua di rumah. Ibu dan ayahku di kampung halaman, sedangkan aku tinggal bersama kakakku, Min Yoongi. Aku memang bukan asli Seoul, tapi ibuku ingin aku bersekolah di Seoul, alasannya simpel, di Seoul aku akan mendapatkan pendidikan yang lebih baik.

“Oppa, kau dimana?” aku mencarinya di dapur, di halaman belakang, dan tak ada siapapun.

“Op-, KYAAAAA...!” Sial! kenapa bocah itu ada disini sih. Refleks aku berbalik dan menutupi wajahku dengan tangan ketika aku melihatnya dalam keadaan err, bisa kubilang seksi. Rambut basah, dan masih menyisakan tetesan air disana, serta bathrobe yang membalut tak sempurna pada tubuhnya, membuatku masih bisa mengintip apa yang ada di sana. Bahkan dada bidangnya masih bisa kulihat.

 “Ya! Kau kenapa?”

“Setidaknya pakai pakaianmu dulu JEON JUNGKOOK!” aku memberikan penekanan penuh pada namanya. Inilah yang tak suka dari hal yang bernama tinggal bersama kakak laki-laki, karena bagaimanapun juga teman-temannya yang datang selalu membuatku tak nyaman, sama seperti sekarang ini.

Oh Tuhan, tolong pegangi jantungku, rasanya aku mau mati karena jantungku berdegup kencang seperti ini.

“Aku sudah memakai ini.” Dan dengan PD-nya dia membalikkan tubuhku dan menyuruhku untuk melihatnya.

1...2...3...aku membuka mataku pelan. Oh, damn! Bocah itu hanya memakai boxer sekarang. dan aku, Tuhan, maafkan aku, mataku ternoda lagi.

“Ta-tap-tapi tetap saja kau belum memakai baju.” Aku gugup. Dan Bingo! Sepertinya dia malah menemukan ide jahil untuk membuatku lebih gugup lagi. Langkahnya semakin maju, membuatku semakin terpojok.

“Hei ada apa dengan wajahmu?” dia menyibakkan anak rambut yang menutupi wajahku. Hingga dia bisa melihat dengan jelas kalau wajahku memerah sekarang.

Sial! kenapa mesti ada tembok disini sih. Posisiku benar-benar terpojok. Tak ada jalan keluar.

“Ya-ya-ya...” aku ingin berkata-kata tapi sungguh ekspresinya membuatku bisu seketika,

“Kenapa?” tanyanya seduktif. Tangannya  mengunciku diantara dirinya dan tembok.

“Kau mau bilang apa hm?” dia semakin mendekat dan bisa kurasakan hembusan nafasnya.

“A-a-ak-aku hanya.” Oh oke aku menyerah sekrang, dia benar-beanr membuatku lumpuh dalam waktu sekejap.

“Hanya apa?” ucapnya berbisik tepat ditelingaku, dan itu membuatku merinding sekaligus geli, seperti ada seseuatu yang menggeletikik di perutku.

“Aku pulang!” suara Yoongi oppa akhirya menyelamatkanku.

“Aku ingin ke toilet!” aku mendorong tubuh Jungkook dan berlari ke dapur.

“Katanya kau ingin ke toilet kenapa malah minum?”

UHUK....astaga aku lupa kalau aku mengatakan hal itu. Bodoh! Sekarang aku benar-benar ketahuan kalau aku terlalu gugup tadi.

“YA! Pakai ini!” Yoongi melempar jaketnya pada Jungkook. Sementara aku mengalihkan pandanganku ke sisi lain.

“Kau ingin menodai adikku hah! sudah untung kau ku ijinkan untuk menginap lagi, tak usah cari kesempatan, jangan menggoda adikku, pakai itu!”

Ya, dia memang telah menodaiku oppa, tepatnya menodai mataku.

END


Tidak ada komentar:

Posting Komentar