Author
: Yeonhwa
Cast:
Jeon Jungkook(Jungkook BTS), Min Yoonri (OC)
Genre
: romance (little), fluuf (little)
Rated
: T
Length
: Ficlet
Disclaimare
: Member BTS milik Tuhan sedangkan OC serta alur cerita milik author
PS:
sorry for typo(s), i hate copy paste and plagiarsm
Happy
reading ^^
Ini masih pagi dan aku sudah
berada di kelas. Sengaja aku datang pagi karena aku ingin mempersiapkan segala
sesuatunya untuk mendukung sahabatku, kekasihku, kakaku, adikku dan juga
musuhku, ya siapa lagi kalau bukan Jeon Jungkook. Si pria tampan yang
mengaku-aku kalau dirinya sudah dewasa tapi tetap saja polahnya seperti
anak-anak.
Hari ini kegiatan belajar
mengajar ditiadakan, karena acara kompetisi olah raga taunan antar sekolah
sedang berlangsung. Dan Jungkook berpartisipasi membawa nama sekolah. Aku
berjanji padanya untuk menonton pertandingannya, dan kebetulan sekali Hyerin
juga mengajakku untuk menonton pertandingan itu.
“Semuanya sudah siap?” aku
memastikan amunisi yang kami bawa, aku dan Hyerin. Banner ala handmade by me,
dan Lightstik serta beberapa botol air minum, karena bisa kupastikan
tenggorokanku akan cepat kering karena berteriak-teriak disana.
“SIAP!” jawab Hyerin penuh
semangat.
Tak perlu waktu lama untuk bisa
sampai dan duduk di tribun penonton dengan tenang. Kami hanya memilih untuk
menikmati cabang atletik dari sekian cabang yang dipertandingkan, karena
Jungkook hanya mengikuti cabang itu.
“Dimana dia?” aku bergumam
sendiri mencari keberadaan Jungkook.
“Itu dia!” Hyerin menunjuk kearah
Jungkook dan aku melambaikan tangan padanya. Tapi sisa-sia dia tak menyadari
keberadaanku.
Pertandingan berlangsung, dan
Jungkook sedang menunggu gilirannya bersama dengan teman-temannya. Sesekali
kamera menyorot ke arahnya, menampilkan wajah tampannya di sebuah layar lebar
yang menggantung di atas sana.
“Pacarmu tampan juga ya,
hihihihi” Hyerin meledekku. Tapi memang aku akui dia tampan, bahkan terlalu
tampan bagiku.
“Tapi tetap saja dia seperti
bocah, menyebalkan, tukang usil.” aku berusaha menyembunyikan ekspresi girangku
saat melihat wajah Jungkook.
“Walau begitu kau masih
menyukainya kan?”
Iya benar, aku memang menyukai
Jungkook.
Mataku kembali terfokus di arena
bawah sana. Menyaksikan Jungkook berlari dengan kecepatan penuh. Aku sendiri
heran mengapa dia bisa lari secepat itu.
“KYAAA...!!!!” Hyerin dan
penonton yang lainnya berteriak.
“Ada ap- KYAAA....JEON
JUNGKOOK!!!” akupun akhirnya ikut berteriak. Bagaimana tidak, dia dengan seenak
jidatnya memamerkan perutnya yang atletis itu disaat kamere sedang menyorot ke
arahnya. Apa dia tak sadar kalau disini ada kamera. Rasanya ingin ku pukul dia.
“Bagaimana bisa dia mempunyai
perut sebagus itu?” Hyerin berbisik.
“Aku tak tahu,” aku masih
terkejut dengan adegan tadi, ini untuk keuda kalinya aku melihat bagian tubuh
bocah itu. Pertama ketika melihatnya berjalan keluar lapangan basket dan yang
ke dua adalah ini.
“Apa kau sering melihatnya?” ish,
pertanyaan konyol macam apa itu.
“Beruntungnya kau Min Yoonri,
bisa menikmati pemandangan indah seperti itu.” Mulai Hyerin merancau tak jelas.
“Apanya yang beruntung.” Aku
menggerutu mendengar ocehan Hyeri.
Acara selesai dan aku tak
langsung pulang ke rumah. Aku mampir sebentar ke cafe untuk memberi kue dan
americcano kesukaanku untuk teman belajar.
“Aku pulang!” dan tak ada
jawaban.
“Oppa?” aku mencari kakakku. Ya
kami memang tinggal berdua di rumah. Ibu dan ayahku di kampung halaman,
sedangkan aku tinggal bersama kakakku, Min Yoongi. Aku memang bukan asli Seoul,
tapi ibuku ingin aku bersekolah di Seoul, alasannya simpel, di Seoul aku akan
mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
“Oppa, kau dimana?” aku
mencarinya di dapur, di halaman belakang, dan tak ada siapapun.
“Op-, KYAAAAA...!” Sial! kenapa
bocah itu ada disini sih. Refleks aku berbalik dan menutupi wajahku dengan tangan
ketika aku melihatnya dalam keadaan err, bisa kubilang seksi. Rambut basah, dan
masih menyisakan tetesan air disana, serta bathrobe yang membalut tak sempurna
pada tubuhnya, membuatku masih bisa mengintip apa yang ada di sana. Bahkan dada
bidangnya masih bisa kulihat.
“Ya! Kau kenapa?”
“Setidaknya pakai pakaianmu dulu
JEON JUNGKOOK!” aku memberikan penekanan penuh pada namanya. Inilah yang tak suka dari hal yang bernama tinggal bersama kakak laki-laki, karena bagaimanapun juga teman-temannya yang datang selalu membuatku tak nyaman, sama seperti sekarang ini.
Oh Tuhan, tolong pegangi
jantungku, rasanya aku mau mati karena jantungku berdegup kencang seperti ini.
“Aku sudah memakai ini.” Dan
dengan PD-nya dia membalikkan tubuhku dan menyuruhku untuk melihatnya.
1...2...3...aku membuka mataku
pelan. Oh, damn! Bocah itu hanya memakai boxer sekarang. dan aku, Tuhan,
maafkan aku, mataku ternoda lagi.
“Ta-tap-tapi tetap saja kau belum
memakai baju.” Aku gugup. Dan Bingo! Sepertinya dia malah menemukan ide jahil
untuk membuatku lebih gugup lagi. Langkahnya semakin maju, membuatku semakin
terpojok.
“Hei ada apa dengan wajahmu?” dia
menyibakkan anak rambut yang menutupi wajahku. Hingga dia bisa melihat dengan
jelas kalau wajahku memerah sekarang.
Sial! kenapa mesti ada tembok
disini sih. Posisiku benar-benar terpojok. Tak ada jalan keluar.
“Ya-ya-ya...” aku ingin
berkata-kata tapi sungguh ekspresinya membuatku bisu seketika,
“Kenapa?” tanyanya seduktif.
Tangannya mengunciku diantara dirinya
dan tembok.
“Kau mau bilang apa hm?” dia
semakin mendekat dan bisa kurasakan hembusan nafasnya.
“A-a-ak-aku hanya.” Oh oke aku
menyerah sekrang, dia benar-beanr membuatku lumpuh dalam waktu sekejap.
“Hanya apa?” ucapnya berbisik tepat
ditelingaku, dan itu membuatku merinding sekaligus geli, seperti ada seseuatu
yang menggeletikik di perutku.
“Aku pulang!” suara Yoongi oppa
akhirya menyelamatkanku.
“Aku ingin ke toilet!” aku
mendorong tubuh Jungkook dan berlari ke dapur.
“Katanya kau ingin ke toilet
kenapa malah minum?”
UHUK....astaga aku lupa kalau aku
mengatakan hal itu. Bodoh! Sekarang aku benar-benar ketahuan kalau aku terlalu
gugup tadi.
“YA! Pakai ini!” Yoongi melempar
jaketnya pada Jungkook. Sementara aku mengalihkan pandanganku ke sisi lain.
“Kau ingin menodai adikku hah!
sudah untung kau ku ijinkan untuk menginap lagi, tak usah cari kesempatan,
jangan menggoda adikku, pakai itu!”
Ya, dia memang telah menodaiku
oppa, tepatnya menodai mataku.
END

Tidak ada komentar:
Posting Komentar