Author : Yeonhwa
Cast :Kim Taehyung (V
BTS), Kim Hyejin (OC)
Genre : Romance
(little fluff)
Lenght : Oneshot
Disclaimer : member
BTS milik Tuhan dan alur cerita serta OC milik author
Sorry for typo(s) and
Happy reading ^^
“Tae!” Namjoon hyung
mengagetkanku.
“Oh.” Buru-buru kututup lagi
kotak berwarna biru muda itu.
“Kau masih membawanya?” ucap
Namjon hyung lagi.
“Taruh saja di bagasi, biar kau
bisa duduk dengan nyaman.” Seokjin menyuruhku.
“Tak apa hyung, lagi pula jika ditaruh
di bagasi nanti tertindih yang lain.” Aku memegang kotak itu erat-erat.
Semua kenangan itu dia masih
menyimpannya rupanya.
“Hyejinnie!” aku melambai kaerah gadis tomboy yang sedang asik bermain
dengan bola basketnya.
“Oh, tae!” dia mendekat lalu mengajakku duduk di pinggir lapangan.
Aku selalu seperti ini, selalu berusaha berada didekatnya. Ya, meski
usiaku masih bau kencur, masih 12 tahun, tapi aku benar-benar menyukai
perempuan di sampingku ini. Aku merasa nyaman. Seperti ada seseorang yang
selalu menjagaku.
“YA PREMAN PASAR!” itulah nama kesayangan yang kuberikan padanya.
PLAK!
Selalu saja berakhir seperti ini bila aku memanggilnya dengan sebutan
itu.
“YA! Sekali lagi kau memanggilku dengan nama itu akan ku habisi kau!”
Meski mendapat perlakuan kejam darinya, aku sungguh-sunggu tak
keberatan. Toh, hanya dia yang mau bersungguh-sungguh untuk berteman denganku
disaat yang lain hanya memanfaatkanku melalui hubungan yang di namakan teman.
“Tae!” dia, Kim Hyejin, mendekat.
“Bisa kau ajari ini?” lanjutnya.
“Bagian mana yang susah?” aku selalu menjadi tutor pribadinya. Kami
ibarat simbiosis mutualisme. Kami sama-sama saling menguntungkan.
“Ish, cepat sedikit!” Hyejin mengeluh ketika tahu aku tak mampu lagi
berlari.
“Aku lelah Hyejinnie.” Aku menghentikan laju lariku, aku benar-benar
butuh oksigen sekarang.
GREB...Hyejin menarik tanganku. Dia juga mengambil tas yang jinjing.
Sebenarnya yang laki-laki disii siapa sih?dan yang membuatku heran kenapa
Hyejin begitu kuat.
“Ayo!” dia memberi isyarat agar aku berlari lagi.
“Ayo! Atau kita akan ketinggalan bus rombongan!” dalam sekali tarikan
Hyejin sukses membuat kakiku berlari lagi.
Aku memilih untuk menyendiri di
kamar. Sementara yang lain sibuk dengan acara masing-masing, Hoseok hyung yang
sibuk dengan gamenya bersama Jimin Hyung, Suga hyung yang sudah terlelap,
Seokjin hyung dan Namjoon hyung yang asik dengan dapur, dan Jungkook yang
sedari tadi masih berdiam di kamar mandi.
Halaman sekolah, lapangan basket,
dan oh ini dia, foto ketika Hyejin memenangkan kompetisi Taekwondo. Sebuah buku
juga terdpat disana. Buku gambar dengan cover pororo. Aku membuka lembaran itu.
Aku ingat, ini album kenangan yang kami buat.
“Hyejinnie!” Aku memanggilnya dan dia menoleh. CEKREK...satu jepretan
dari polaroid yang kubawa sukses membuat wajah Hyejin berubah menjadi
menyeramkan.
“YA!” dia memukul kecil lenganku.
“Kemarikan!” dia merebut kamera dari tanganku.
“1..2...3...say KIMCHI!” CEKREK...lagi, ternyata dia lebih narsis dari
yang kubayangkan.
“Oh, ubinya sudah matang!” aku menunjuk kearah ubi yang kami bakar.
“Oh, ambilkan penjepitnya Tae.”
Kami sedang camping bersama siswa-siswa yang lain. Ya ini adalah acara
rutin yang diadakan pihak sekolah. Dan seperti biasa aku dan Hyejin selalu
bersama. Bahkan aku memilih untuk tidur bersama Hyejin karena takut.
“Hyejinnie~” aku memanggilnya pelan.
“Ya~ Hyejinne, bangun!” aku kembali memanggilnya pelan.
“Eungh..ada apa Tae?” Hyejin menghampiriku dengan matanya yang masih
setengah terpejam.
“Aku takut.” Ucapku polos.
“Takut apa?”
“Aku takut mereka akan membullyku lagi.” Bohong! Sebenarnya aku takut
gelap.
“Ayo!” Hyejin menarik tanganku, dan aku pasrah mengikutinya.
“Kau tidur disini saja. Pakai ini!” dia memberikanku selimut tebal dan
sebuah bantal.
“Lalu kau?” aku menatapnya heran.
“Tenang, kan masih ada ini.” Oh aku lupa kalau anak ini tak pernah
kehabisan akal. Dia menata beberapa selimut dan kain yang ada di kamar penginapan
dan menggunakan tasnya sebagai bantal.
“Selamat tidur Hyejinne.” Aku merapatkan selimutku lalu berusaha
memjamkan mata.
“Emm.” Dia menjawab singkat sambil menepuk-nepuk punggungku.
Tanganku kembali terulur membalik
lembaran dari buku gambar itu. Sebuah foto yang benar-benar membuatku merasa
bahagia. Sebuah foto terakhir dariku dan Hyejin. Sebuah foto ketika kami berada
di taman hiburan.
“Tae!” Hyejin memberikan kode agar aku mau mengikutinya.
“TIDAK! Itu menyeramkan, aku tak mau!”
“Ayolah Tae~”
“TIDAK!”
“Sekali saja,,,mmm~” aku pasrah dengan rayuannya.
“Baiklah, hanya kali ini oke!” aku menyetujuinya untuk menaiki roller
coaster. Salah satu permainan yang aku benci.
“WOHOOOOO.....!!!!” Hyejin berteriak senang ketika laju roller coaster
semakin bertambah kencang, sementara aku, oh tidak. Aku benar-benar ingin
muntah!.
“EOMMMAAAA......!!!!!” oke inilah aku, aku benar-benar benci permainan
ini.
Setelah berjuang selama 15 menit akhirnya aku bisa memijakkan kaki ke
tanah dengan eerrr perasaan melayang. Pandanganku kabur, kepalaku serasa
berputar-putar.
“Tae, kau tak apa?” Hyejin menepuk-nepuk punggungku.
“HOEEKKK...!” aku memuntahkan segala yang ada di perutku.
“Ini minumlah, kata eomma minuman soda bisa meringankan mabukmu.”
Aku meminum apa yang diberika Hyejin. Aahh...rasanya aku ingin segera
pulang. Rupanya aku sudah salah langkah dengan mengajaknya bermain ke taman
hiburan seperti ini.
“Tae!” dan CEKREK...sial! dia mencuri fotoku.
“YA!” aku berusaha merebut hasil jepretannya, tapi sialnya tubuhku
terlalu lemas.
“Hahahaha...kau lucu sekali Tae.” Hyejin tertawa melihat ekpresi
wajahku di foto itu.
“Hyejinnie, lihat kemari!” dan CHU...aku mengecup singkat pipinya. Dia
masih mematung. Itulah ciuman pertamaku dan mungkin yang pertama juga bagi
Hyejin.Moment itu ku abadikan dengan jepretan dari polaroid yang ku pegang.
“Mau kau apakan foto-foto itu?” Aku menatap heran ke arah Hyejin.
“TARA...!” dia menunjukkan buku gambar lengkap dengan pernak-pernik
lainnya.
“Untuk apa?” aku masih belum mengerti.
“Ayo kita buat album kenangan.” Dia mengajakku untuk berkreasi dengan
benda-benda yang dia bawa. Mencoret semua warna yang ada pada lembaran putih
dari buku yang dia bawa. Menempel foto dan menuliskan beberapa kata di sana.
“Foto-fotonya akan terus bertambah Tae, setiap kali kita foto kita bisa
tempelkan disini.” Ucapnya penuh bangga. Aku mengangguk tanda mengerti maksudnya.
BRAK!
Aku menutup pintu kasar. Mengurung diri di kamar, menolak smeua ajakan
dan bujuk rayu dari eomma dan appa.
“Taehyung-ah,” eomma memanggilku dari balik pintu
“Aku tidak mau!” aku sudah mengerti apa yang akan eomma katakkan.
“Taehyung-ah dengarkan appa, atau appa akan marah padamu!” aku menyerah
kalau appa sudah berteriak seperti itu.
Semalaman aku mendengarkan ceramah dari appa dan eomma, hingga akhirnya
aku harus memlih jalan pahit.
“Terimakasih saem.” Aku membungkuk pada Song saem setelah selesai
berpamitan. Dengan langkah lesu aku meninggalkan gedung sekolah ini. Tempat
yang penuh kenangan. Berat sekali rasanya. Sebelum pergi, aku meninggalkan album
kenangan yang ku buat bersama dengannya, dan juga sebuah kado yang telah lama
ingin kuberikan padanya.
“Maaf, aku tak bisa berpamitan denganmu Hyejinnie,” lirihku seraya
menutup locker milik Hyejin.
Hyejinnie, maaf aku tak bisa
menemuimu saat itu. Aku terus membolak-balik setiap lembaran kenangan itu. Tak
sedikit senyum yang ku ukir ketika kenangan-kenangan itu tercungkil lagi,
berputar dalam otak, membiaskan setiap kejadian yang benar-benar membuatku
bahagia.
“Kau sedang apa?” Jimin Hyung mendekat, duduk di dekatku.
“Tidak sedang apa-apa...hehehehe....”
ucapku dengan cengiran kuda.
“Bohong!” ucap Jimin hyung sambil
menunjuk ke arah matanya. Ku usap mataku, dan oh tidak, sejak kapan cairan
bening itu terkumpul di pelupuk mataku.
“Kau sedang merindukan
seseorang?” tanyanya lagi.
“Sepertinya.” Sahutku singkat
lalu pergi menyimpan kotak itu di lemari dan menguncinya rapat.
Ku teguk segelas air dingin,
berharap bisa menenangkan hatiku yang
benar-benar bergemuruh sekarang. Hatiku sedikit terasa sesak karena kenangan
itu. Sudah lama aku berusah unutk memendamnya karena karirku, tapi semuanya
kembali terangkat kepermukaan. Perasaan itu muncul lagi.
“Ha~” aku menghembuskan nafas
kasar, ketika memasukki venue fansign hari ini. Kutengokkan kepalalu ke sana
kemari, ku edarkan pandanganku berharap mataku ini dapat menangkap sosok Hyejin
yang ku cari.
“Kau mencari siapa?” Jungkook
berbisik.
“Bukan siapa-siapa, hanya sedang menghitung
berapa A.R.M.Y yang datang.” Bodoh! Tentu saja aku tak bisa menghitungnya,
lihatlah mereka begitu banyak memenuhi tempat ini. Oh Hyejinnie aku harap kau
ada diantara mereka.
“Siapa namamu?” tanyaku pada
seorang gadis yang sekarang berdiri di depanku.
“Hyejin.” Aku mendongak begitu
mendengar nama Hyejin.
“Hyejinnie?” ucapku, tapi rupanya
aku terlalu berharap dia bukanlah Hyejin yang ku cari.
“Park Hyejin.” Lanjutnya lagi.
Aku tersenyum pada gadis itu.
Berusaha tersenyum semanis mungkin meski dalam hati aku berteriak memanggil
nama Hyejin. Hyejinnie, aku mohon datanglah, aku merindukanmu Hyejinnie.
END
Based from true story again guys. Sorry kalo jelek dan feelnya gak
dapet. Thanks A lot buat adekku yang uda nyumbangin semangat dan kasih
inspirasi.
Makasih buat yang uda baca...Thanks A Lot Dear ^^

Tidak ada komentar:
Posting Komentar