Senin, 25 Januari 2016

FF BTS ll YES, I REMEMBER


Author : Yeonhwa
Cast :Kim Taehyung (V BTS), Kim Hyejin (OC)
Genre : Romance (little fluff)
Lenght : Oneshot
Disclaimer : member BTS milik Tuhan dan alur cerita serta OC milik author
Sorry for typo(s) and Happy reading ^^



“Tae!” Namjoon hyung mengagetkanku.

“Oh.” Buru-buru kututup lagi kotak berwarna biru muda itu.

“Kau masih membawanya?” ucap Namjon hyung lagi.

“Taruh saja di bagasi, biar kau bisa duduk dengan nyaman.” Seokjin menyuruhku.

“Tak apa hyung, lagi pula jika ditaruh di bagasi nanti tertindih yang lain.” Aku memegang kotak itu erat-erat.

Semua kenangan itu dia masih menyimpannya rupanya.


“Hyejinnie!” aku melambai kaerah gadis tomboy yang sedang asik bermain dengan bola basketnya.
“Oh, tae!” dia mendekat lalu mengajakku duduk di pinggir lapangan.

Aku selalu seperti ini, selalu berusaha berada didekatnya. Ya, meski usiaku masih bau kencur, masih 12 tahun, tapi aku benar-benar menyukai perempuan di sampingku ini. Aku merasa nyaman. Seperti ada seseorang yang selalu menjagaku.

“YA PREMAN PASAR!” itulah nama kesayangan yang kuberikan padanya.

PLAK!

Selalu saja berakhir seperti ini bila aku memanggilnya dengan sebutan itu.

“YA! Sekali lagi kau memanggilku dengan nama itu akan ku habisi kau!”

Meski mendapat perlakuan kejam darinya, aku sungguh-sunggu tak keberatan. Toh, hanya dia yang mau bersungguh-sungguh untuk berteman denganku disaat yang lain hanya memanfaatkanku melalui hubungan yang di namakan teman.

“Tae!” dia, Kim Hyejin, mendekat.

“Bisa kau ajari ini?” lanjutnya.

“Bagian mana yang susah?” aku selalu menjadi tutor pribadinya. Kami ibarat simbiosis mutualisme. Kami sama-sama saling menguntungkan.

“Ish, cepat sedikit!” Hyejin mengeluh ketika tahu aku tak mampu lagi berlari.

“Aku lelah Hyejinnie.” Aku menghentikan laju lariku, aku benar-benar butuh oksigen sekarang.
GREB...Hyejin menarik tanganku. Dia juga mengambil tas yang jinjing. Sebenarnya yang laki-laki disii siapa sih?dan yang membuatku heran kenapa Hyejin begitu kuat.

“Ayo!” dia memberi isyarat agar aku berlari lagi.

“Ayo! Atau kita akan ketinggalan bus rombongan!” dalam sekali tarikan Hyejin sukses membuat kakiku berlari lagi.


Aku memilih untuk menyendiri di kamar. Sementara yang lain sibuk dengan acara masing-masing, Hoseok hyung yang sibuk dengan gamenya bersama Jimin Hyung, Suga hyung yang sudah terlelap, Seokjin hyung dan Namjoon hyung yang asik dengan dapur, dan Jungkook yang sedari tadi masih berdiam di kamar mandi.

Aku membuka kembali kotak biru itu. Ku ambil beberapa lembar foto masa lalu. Aku dan dia, Kim Hyejin. Kami selalu bersama saat itu, sampai aku harus pergi meninggalkan Hyejin karena pekerjaan appa.

Halaman sekolah, lapangan basket, dan oh ini dia, foto ketika Hyejin memenangkan kompetisi Taekwondo. Sebuah buku juga terdpat disana. Buku gambar dengan cover pororo. Aku membuka lembaran itu. Aku ingat, ini album kenangan yang kami buat.

“Hyejinnie!” Aku memanggilnya dan dia menoleh. CEKREK...satu jepretan dari polaroid yang kubawa sukses membuat wajah Hyejin berubah menjadi menyeramkan.

“YA!” dia memukul kecil lenganku.

“Kemarikan!” dia merebut kamera dari tanganku.

“1..2...3...say KIMCHI!” CEKREK...lagi, ternyata dia lebih narsis dari yang kubayangkan.

“Oh, ubinya sudah matang!” aku menunjuk kearah ubi yang kami bakar.

“Oh, ambilkan penjepitnya Tae.”

Kami sedang camping bersama siswa-siswa yang lain. Ya ini adalah acara rutin yang diadakan pihak sekolah. Dan seperti biasa aku dan Hyejin selalu bersama. Bahkan aku memilih untuk tidur bersama Hyejin karena takut.

“Hyejinnie~” aku memanggilnya pelan.

“Ya~ Hyejinne, bangun!” aku kembali memanggilnya pelan.

“Eungh..ada apa Tae?” Hyejin menghampiriku dengan matanya yang masih setengah terpejam.

“Aku takut.” Ucapku polos.

“Takut apa?”

“Aku takut mereka akan membullyku lagi.” Bohong! Sebenarnya aku takut gelap.

“Ayo!” Hyejin menarik tanganku, dan aku pasrah mengikutinya.

“Kau tidur disini saja. Pakai ini!” dia memberikanku selimut tebal dan sebuah bantal.

“Lalu kau?” aku menatapnya heran.

“Tenang, kan masih ada ini.” Oh aku lupa kalau anak ini tak pernah kehabisan akal. Dia menata beberapa selimut dan kain yang ada di kamar penginapan dan menggunakan tasnya sebagai bantal.

“Selamat tidur Hyejinne.” Aku merapatkan selimutku lalu berusaha memjamkan mata.

“Emm.” Dia menjawab singkat sambil menepuk-nepuk punggungku.


Tanganku kembali terulur membalik lembaran dari buku gambar itu. Sebuah foto yang benar-benar membuatku merasa bahagia. Sebuah foto terakhir dariku dan Hyejin. Sebuah foto ketika kami berada di taman hiburan.


“Tae!” Hyejin memberikan kode agar aku mau mengikutinya.

“TIDAK! Itu menyeramkan, aku tak mau!”

“Ayolah Tae~”

“TIDAK!”

“Sekali saja,,,mmm~” aku pasrah dengan rayuannya.

“Baiklah, hanya kali ini oke!” aku menyetujuinya untuk menaiki roller coaster. Salah satu permainan yang aku benci.

“WOHOOOOO.....!!!!” Hyejin berteriak senang ketika laju roller coaster semakin bertambah kencang, sementara aku, oh tidak. Aku benar-benar ingin muntah!.

“EOMMMAAAA......!!!!!” oke inilah aku, aku benar-benar benci permainan ini.

Setelah berjuang selama 15 menit akhirnya aku bisa memijakkan kaki ke tanah dengan eerrr perasaan melayang. Pandanganku kabur, kepalaku serasa berputar-putar.

“Tae, kau tak apa?” Hyejin menepuk-nepuk punggungku.

“HOEEKKK...!” aku memuntahkan segala yang ada di perutku.

“Tunggu disini, aku akan membeli minum.” Hyejin langsung berlari mencari counter minuman.

“Ini minumlah, kata eomma minuman soda bisa meringankan mabukmu.”

Aku meminum apa yang diberika Hyejin. Aahh...rasanya aku ingin segera pulang. Rupanya aku sudah salah langkah dengan mengajaknya bermain ke taman hiburan seperti ini.

“Tae!” dan CEKREK...sial! dia mencuri fotoku.

“YA!” aku berusaha merebut hasil jepretannya, tapi sialnya tubuhku terlalu lemas.

“Hahahaha...kau lucu sekali Tae.” Hyejin tertawa melihat ekpresi wajahku di foto itu.

“Hyejinnie, lihat kemari!” dan CHU...aku mengecup singkat pipinya. Dia masih mematung. Itulah ciuman pertamaku dan mungkin yang pertama juga bagi Hyejin.Moment itu ku abadikan dengan jepretan dari polaroid yang ku pegang.

“Mau kau apakan foto-foto itu?” Aku menatap heran ke arah Hyejin.

“TARA...!” dia menunjukkan buku gambar lengkap dengan pernak-pernik lainnya.

“Untuk apa?” aku masih belum mengerti.

“Ayo kita buat album kenangan.” Dia mengajakku untuk berkreasi dengan benda-benda yang dia bawa. Mencoret semua warna yang ada pada lembaran putih dari buku yang dia bawa. Menempel foto dan menuliskan beberapa kata di sana.

“Foto-fotonya akan terus bertambah Tae, setiap kali kita foto kita bisa tempelkan disini.” Ucapnya penuh bangga. Aku mengangguk tanda mengerti maksudnya.

BRAK!

Aku menutup pintu kasar. Mengurung diri di kamar, menolak smeua ajakan dan bujuk rayu dari eomma dan appa.

“Taehyung-ah,” eomma memanggilku dari balik pintu

“Aku tidak mau!” aku sudah mengerti apa yang akan eomma katakkan.

“Taehyung-ah dengarkan appa, atau appa akan marah padamu!” aku menyerah kalau appa sudah berteriak seperti itu.

Semalaman aku mendengarkan ceramah dari appa dan eomma, hingga akhirnya aku harus memlih jalan pahit.

“Terimakasih saem.” Aku membungkuk pada Song saem setelah selesai berpamitan. Dengan langkah lesu aku meninggalkan gedung sekolah ini. Tempat yang penuh kenangan. Berat sekali rasanya. Sebelum pergi, aku meninggalkan album kenangan yang ku buat bersama dengannya, dan juga sebuah kado yang telah lama ingin kuberikan padanya.

“Maaf, aku tak bisa berpamitan denganmu Hyejinnie,” lirihku seraya menutup locker milik Hyejin.


Hyejinnie, maaf aku tak bisa menemuimu saat itu. Aku terus membolak-balik setiap lembaran kenangan itu. Tak sedikit senyum yang ku ukir ketika kenangan-kenangan itu tercungkil lagi, berputar dalam otak, membiaskan setiap kejadian yang benar-benar membuatku bahagia.

“Kau sedang apa?”  Jimin Hyung mendekat, duduk di dekatku.

“Tidak sedang apa-apa...hehehehe....” ucapku dengan cengiran kuda.

“Bohong!” ucap Jimin hyung sambil menunjuk ke arah matanya. Ku usap mataku, dan oh tidak, sejak kapan cairan bening itu terkumpul di pelupuk mataku.

“Kau sedang merindukan seseorang?” tanyanya lagi.

“Sepertinya.” Sahutku singkat lalu pergi menyimpan kotak itu di lemari dan menguncinya rapat.

Ku teguk segelas air dingin, berharap bisa  menenangkan hatiku yang benar-benar bergemuruh sekarang. Hatiku sedikit terasa sesak karena kenangan itu. Sudah lama aku berusah unutk memendamnya karena karirku, tapi semuanya kembali terangkat kepermukaan. Perasaan itu muncul lagi.

“Ha~” aku menghembuskan nafas kasar, ketika memasukki venue fansign hari ini. Kutengokkan kepalalu ke sana kemari, ku edarkan pandanganku berharap mataku ini dapat menangkap sosok Hyejin yang ku cari.

“Kau mencari siapa?” Jungkook berbisik.

“Bukan siapa-siapa, hanya sedang menghitung berapa A.R.M.Y yang datang.” Bodoh! Tentu saja aku tak bisa menghitungnya, lihatlah mereka begitu banyak memenuhi tempat ini. Oh Hyejinnie aku harap kau ada diantara mereka.

“Siapa namamu?” tanyaku pada seorang gadis yang sekarang berdiri di depanku.

“Hyejin.” Aku mendongak begitu mendengar nama Hyejin.

“Hyejinnie?” ucapku, tapi rupanya aku terlalu berharap dia bukanlah Hyejin yang ku cari.

“Park Hyejin.” Lanjutnya lagi.

Aku tersenyum pada gadis itu. Berusaha tersenyum semanis mungkin meski dalam hati aku berteriak memanggil nama Hyejin. Hyejinnie, aku mohon datanglah, aku merindukanmu Hyejinnie.


END

Based from true story again guys. Sorry kalo jelek dan feelnya gak dapet. Thanks A lot buat adekku yang uda nyumbangin semangat dan kasih inspirasi.
Makasih buat yang uda baca...Thanks A Lot Dear ^^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar