Author : Yeonhwa
Genre : Action (gagal), romance (gaje)
Rate : RBO (Rate apaan tuh?)
Main Cast : Kim Joon Myeon, Xi Luhan, Oh Sehun, Kim Aiko (OC/ as You)
Annyeong readers, author datang lagi dengan kelanjutan dari ff
abal-abal yang sebelumnya udah pernah dipost. FF Ini murni dari hasil pemikiran
author sendiri yang lagi iseng gara-gara ketagihan nonton film action.
Hati-hati ada typo yang bergentayangan dan ada beberapa kata-kata kasar
serta adegan-adegan yang sebaiknya jangan ditiru ya....
Happy reading dan jangan lupa RCL... ^^
Lagi-lagi ini seperti nyata. Aku
berlalri dengan menggadeng tangan Yeon Hwa. Ini tak asing, tapi otakku kenapa
sulit sekali untuk memutar kembali memori itu. Sesekali aku menngelengkan
kepalaku. Sedikit pusing. Tapi aku tak mau langkahku harus berhenti, aku tak
ingin Yeon Hwa terluka.
“Kau tak apa?” aku menegamati
tubuh gadis itu. Segera setelah menemukan tempat yang aman yakni bagian paling
belakang dari kuli ini, aku memeriksa keadaan Yeon Hwa. Dan sial, mereka
berhasil melukai lengan Yeon Hwa.
“Tak apa hanya luka kecil” Yeon
Hwa menyingkirkan tanganku ketika aku berusaha untuk memeriksanya.
“BRENGSEK!” aku terpaksa mengeluarkan
senapan yang sedari tadi siaga di sakuku.
DORRR....
Aiko POV
Hoon mengeluarkan senapannya.
Sementara aku masih sibuk berkutat dengan lenganku. Sungguh sial kenapa aku
menjadi selemah ini setiap berhadapan dengan pria ini.
SLASH...
Aku melemparkan beberpa shuriken
kearah mereka.
“KAU...” Hoon menatapku heran,
aku membalasnya dengan senyuman kecut.
“Ayo!” aku memberikan aba-aba
agar kami dapat lari.
Benar-benar sial segerombolan pria
berbaju hitam itu sepertinya tak lelah untuk memburu kami, dan terpaksa aku
memasukki wilayah seperti hutan bambu.
“Apa aku punya ide?” ucapku
spontan.
Kakiku dan kaki Hoon berhenti
melangkah. Kami terpojok, ini jalan buntu, dan pikiranku juga buntu. Sial!
“YA...KALIAN PENGECUT! KEMARI
KALAU BERANI!” Hoon dengan gagahnya memprovokasi mereka. Aiko sadarlah, ini
medan perang.
BUG...BUGH...BUGH...PRAK....
Adu jotos tak terelakkan. Aku tak
tinggal diam. Aku memang wanita tapi aku tak selemah itu.
“HYAAAA....!!!” aku mengambil
potongan bambu dan kugunakan sebagai senjata. Satu persatu musuh berhasil kami
lumpuhkan tapi sialanya mereka sepolah tah pernah habis, sedangkan tenaga kami
hampir habis.
DOR...DOR..DOR...
Salah seorang dari mereka
menembak kami.
“Hoon-ah terima ini!” aku
melemparkan senapan yang ku rampas dari anggota mereka.
DOR...DOR..DOR...
Kini tak hanya adu fisik tapi adu
ketrampilan kami dalam ketepatan menembak sasaran.
“AH....” aku melihat Hoon
terkapar, perutnya tertembak.
“ANDWEEEE...!” aku menembak
mereka membati buta.
DOR...DOR...DOR...
Seseorang menembaki mereka. Samar
aku melihat Jong In dan Luhan. Pandanganku kabur tertutup oleh cairan bening
yang entah sejak kapan merembes begitu saja.
“Hoon-ah...” aku menutup lukanya,
tapi aliran darahnya cukup deras. Kulihat wajahnya tersenyum ke arahku sebelum
matanya tertutup sempurna.
Sehun POV
“ ANDWE...!” aku mendengar
jeritan Yeon Hwa. Tangan lembutnya meraih tubuhku dan berusaha untuk
menyembuhkan lukaku. Sedikit tersenyum, aku merasa lega kalau dia baik-baik
saja. Namun semnuanya terasa gelap, mataku terlalu berat, dan kuputuskan untuk
membiarkannya terpejam.
“Oppa, tolong dia” aku masih
dapat mendengar jelas suaranya. Dan itu membuatku sedih.
“Aiko kau tak apa-apa?” tunggu
dulu suara itu, nama itu semuanya tak
asing bagiku. Aku ingin melihat siapa pemilik suara itu namun sekali lagi
otakku seperti berhenti hingga tubuhku terlalu berat untuk ku gerakkan.
“eungh...” aku mengerjapkan
mataku. Membiasakan sinar lampu merasuki pupil mataku.
“oh kau sudah sadar?” sapa
seorang lelaki yang berjas putih.
Aku tersenyum. Ku gerakkan bola
mataku menelusuri ruangan ini. Oh, ini rumah sakit dan sepertinya aku
benar-benar kalah dalam pertarungan kemarin. Dan entah sejak akpan aku telah
menginjakkan kaki di negeri asalku.
“jangan terlalu banyak bergerak,
tubuhmu masih lemah” dia, laki-laki itu menahanku untuk bangun dan tersenyum
kearahku, senyum yang menenangkan, dan itu tak asing bagiku.
“Hyung...” mulutku ini
memanggilnya dengan spontan.
“hm, ada apa?” dia menyahut.
“apa kau mengenaliku?”
“hahahhahhaha,,,,kau ini tentu
saja aku mengenalmu. Kau kan pasienku” sahutnya santai sambil menyuntikkan
cairan obat ke dalam selang infusku.
“bukan itu maksudku”
“ah, mungkin kau pernah melihatku
di jalanan” dan dia berlalu pergi.
Ini sudah hari ke empat aku
berdiam diri di kamar serba putih ini. Bosan mulai merayapi. Meski sesekali
Yeon Hwa datang menjengukku, namun aku merasa ada yang aneh. Seseorang selalu
berjaga diluar sana. Apa aku ini seorang tahanan hingga aku harus mendapatkan
pengawalan ekstra ketat?.
“Huh...membosankan”
“apa kau mau bermain denganku
Hoon-si?” suara Yeon Hwa membuyarkan rasa bosanku.
“Tentu saja” aku bergegas memakai
jaket dan bersiap untuk berjalan ke luar setelah sekian lama terperangkap di
ruangan ini.
Yeon Hwa membawaku ke sebuah
ruang kosong. Tentunya dengan penerangan minim. Sekilas tempat ni tampak angker
namun tak lama kemudian beberapa cahaya lampu mulai menyala dan sedikit
gambaran angker itupun hilang.
“Hyung...” lirihku setelah
melihat seorang pria berjas hitam datang menghampiriku.
“kau sudah baikkan Hoon-ssi?”
pria itu menyapaku.
“seperti inilah” aku menggedikkan
bahu pertanda bahwa tubuhku sudah kembali pulih.
“aku tinggalkan kalian berdua”
Yeon Hwa melangkah pergi meninggalku dengan pria itu.
“Luhan hyung...ini....sehun...?”
seorang pria lagi datang dengan setumpuk dokumen di tangannya.
Aiko POV
“Sehun...” suara Kyung So oppa
menghentikkan langkahku. Entah kenapa seperti ada ribuan pisau yang menusuk
hatiku. Kutolehkan kepalaku, dan kulihat Hoon menyahut panggilan Kyung So oppa.
Ekspresiku tak kalah terkejutnya dengan Kyung So oppa, namun aku memilih untuk
menahan diri walau sebenarnya dalam hati, aku ingin sekali berlari memeluknya,
memastikan kalau dia Sehun yang ku rindukan.
Kyung So POV
Apa-apaan ini, seorang pria yang
mirip dengan Sehun tiba-tiba saja ada di hadapanku. Sungguh tak masuk akal.
“Kenalkan dia Lee Hoon” Luhan
memperkenalkan pria itu. Aku mengangguk, masih terasa kikuk bagiku. Aku terus
mengamatinya, masa bodoh dengan komentarnya nanti, yang jelas aku masih sulit
menerima kenyataan ini. Sehun yang menghilang bahkan dikabarkan sudah meninggal
kini ada di depan mataku.
“Maaf apa kau menganalku?” benar
kan, dia berkomentar seperti itu.
“Tidak, hanya saja kau mirip
dengan adikku”
“Oh”
“Hyung, ada perlu apa kau
menyuruhku kemari?” dia memanggil Luhan hyung dengan sebutan hyung, hmm....ini
benar-benar rumit.
“Ah, Kyung So tolong kau berikan
berkas itu padanya” perintah Luhan
“Nde hyung” aku memberikan
setumpuk berkas itu pada pria bermarga Lee itu. Dia menerima dengan ekspresi
heran. Tagannya mebuka lembar demi lembar dokumen yang serahkan, sesekali ku
lihat dia memegang kepalanya, matanya terkejap, mungkin dokumen itu cukup
membuatnya pusing.
“Aku tak tahu tentang ini hyung,
ini membuatku pusing” aku melihat tubuh Hoon mulai melemah.
“Kelak kau akan mengerti
Hoon-ssi, lebih baik sekarang kau kembali ke Rumah Sakit” Luhan memberikan kode
kepadaku agar aku mengantarnya ke kembali ke Rumah Sakit.
“Yeon Hwa-ssi” Pria ini masih
mencari wanita itu, dia mengehntikkan langkahnya dan matanya perputar mencari
keberadaan wanitanya itu.
“Ai...Yeon Hwa sedang ada di
salam, ayo lebih baik kau segera ku antar” ups, hampir saja aku keceplosan. Aku
memapah tubuh lemah Hoon ke mobil dan kami berdua meluncur ke Rumah Sakit
diikuti beberapa pengawal di belakang kami, dengan penyamaran tentunya.
“Hyung...sebenarnya apakah kalian
ini mengenalku?” tubuhnya sudah terbaring di ranjang, namun otaknya masih
berjalan-jalan rupanya. Dia terus bertanya apakan aku dan kawan-kawan
mengenalnya atau tidak.
“Jangan berpikir macam-macam
Hoon-ssi, istirahatlah” aku merapikan selimutnya lalu bergegas pergi namun
tangan Hoon mencegahku.
“Hyung...tolong jawab aku dengan
jujur. Aku tidak bisa di bodohi oleh orang lain.”
“Haaa...” aku mneghela nafas
panjang, ku raih tangan Hoon dan menghangatkannya di balik selimut.
“Baiklah, akan aku ceritakan” aku
menjelaskan semuanya mulai dari awal hingga akhir dimana Sehun atau Hoon yang
sekarang ini berada.
“Lalu di mana pria yang bernama
Suho itu?” sudah ku duga, inilah sifat Sehun. Ketika aku berkata jangan dia
malah semakin maju.
“Jangan sekarang, tunggu dulu hingga
smeuanya pulih”
Sehun POV
“Kau sudah boleh pulang” ucap
dokter dengan senyum ramahnya.
“Terima kasih” tanpa basa-basi
aku langsung menyambar jaket dan tas ransel yang memang sejak malam sudah ku
persiapkan. Inilah awal pembalasanku. Aku bergegas keluar dari bangunan yang di
sebut Rumah Sakit ini. Rencana sempurna sudah ku susun bersama dengan Kyung So
hyung tetnya, dan aku rasa hanya dia yang tahu bahwa aku sudah sadar
sepenuhnya.
“Kris bajingan tunggu
pembalasanku.!”
TBC
Ditunggu chapter berikutnya ya...dan maaf kalo kelamaan soalnya susah
nyari inspirasinya. BTW kritik dan saran mohon di coret-coret ya...
Thanks a lot dear ^^

Tidak ada komentar:
Posting Komentar