Rabu, 16 Desember 2015

FF iKon ll PLEASE STAY STRONG


Author : Yeonhwa
Cast : Kim Hanbin (B.I iKon), You, Chanwoo (cameo)
Genre : Romance (Little), Fluff (Little)
Length: ficlet
Disclaimare : Hanbin dan member iKon itu milik Tuhan dan alur cerita itu mlik author
Sorry for typo(s) and happy reading ^^

Aku sedang berkunjung ke Seoul. Kebetulan hari ini aku pergi untuk berkunjung ke rumah paman Song, mumpung masih di seoul lalu aku menyempatkan diri untuk menjenguk Hanbin meski itu barang sebentar saja, dan bibi Kim, ibu Hanbin menitipkan bingkisan untuk anak laki-lakinya itu.
Aku memilih untuk menggunakan bus karena sore ini cuaca begitu cerah, dan dengan bus ini aku bisa menikmati sedikit suasana kota di sore hari. Suasana disini tak jauh berbeda dengan Busan, selalu ramai, jalanan selalu dipenuhi oleh kendaraan dan dipinggirnya selalu penuh sesak dengan para pejalan kaki. Tapi bagiku itu merupakan suasana yang unik.


Mataku masih terus tertuju diluar jendela, mengamati setiap objek yang bisa ku tangkap. Wanita-wanita yang bercanda ria dengan sesamanya, para anak muda yang saling bekejaran, tuan-tuan berjas yang berjalan dengan kecepatan penuh karena tak mau membuang waktu bahkan diantara mereka ku jumpai beberapa pasang kekasih yang saling bergandengan tangan, berjalan beriringan, saling memeluk menghangatkan satu sama lain. Oh aku benar-benar iri. Andaikan Hanbin dan aku bisa menikmati sore bersama-sama, ah, tapi itu tak mungkin, dia terlalu sibuk dengan karirnya. Dan aku mengerti itu. Aku tak ingin menguncinnya dalam gengamanku, bagiku kebahagiannya lah yang utama.

“Haaaa.....” aku menghela nafas panjang, khayalanku itu benar-benar membuatku merasa sesak.

DRRRTTT...DRRTTTTT....benda persegi itu meraung-raung meminta untuk diperhatikan. Layarnya menunjukkan nama Bobby di sana.

“Nde?”

Nuna ini aku Chanwoo aku memakai ponsel Bobby hyung, emm...nuna, apa Hanbin hyung menghubungimu?”

“Tidak dan ini aku dalam perjalanan ke sana, bibi Kim menitipkan sesuatu untuk Hanbin”

“Jadi dia tidak bersamamu?” lanjutnya dengan nada panik

“Tidak, memangnya dia tidak berlatih dengan kalian?” oke, aku berusaha untuk menyingkirkan pikiran-pikiran buruk yang mulai merasukkiku.

“Tidak, kami sedang mencarinya, aku melihatnya sebentar tadi di kantor tetapi setelah itu dia tidak datang ke ruang latihan. Kami mencarinya ke mana-mana, ke kantor staff, ke dorm bahkan ke semua ruang latihan sudah kami cari dan dia tidak ada”

“coba kau hubungi dia” aku mulai panik, pikiranku kacau, aku tahu sepertia apa sifat Hanbin.

“sudah, dan dia tidak mengangkat teleponnya bahkan pesanku pun tidak dibalas”

“Terus hubungi dia, aku akan mencarinya” segera aku meminta sopir busS untuk menghentikan busnya. Tak peduli dengan rekasi penumpang lain dan para pengemudi yang lainnya. Yang ada di benakku adalah Hanbin. Dimana dia sekarang.

“Hanbin bodoh ayo angkat teleponku!” aku terus berusaha untuk menghubunginya. Air mataku mulai menetes, rasa panik menjalar hingga membuat mataku berair.

Aku menghentikkan taksi, aku ingat kebiasaan Hanbin ketika sedang kalut sperti sekarang ini. Dia pasti sedang berusaha unutk menyendiri, menenangkan pikirannya dan taman adalah tempat favoritnya jika dia ingin menyendiri. Aku berkeliling mencari taman-taman yang ada disekitar sini. Aku terus menyuruh sopir taksi untuk terus melaju, menyuruhnya untuk mengantarku ke tempat-tempat yang terdapat taman. Untunglah sopir taksi itu berbaik hati padaku dengan sabar membawaku mengelilingi kota dan mencari Hanbin, hingga akhirnya aku tiba di daerah Mangwon.

Ku edarkan pandanganku kesetiap sudut taman yang ada, dan netraku menangkap sosok itu, sosok yang selalu membuatku cemas, sosok yang selalu kurindukan. Kim Hanbin. Aku mendapati dia sedang duduk di bangku taman. Telinganya dia sumpal dengan headphone berwarna putih. Sukurlah, dia baik-baik saja.

Perlahan aku melangkah menghampirinya. Berdiri tepat dihadapannya dan setelah melihatnya 
rasanya tubuhku lemas seketika, sungguh dia telah membuatku khawatir setengah mati.

“Kau keterlaluan!” aku sedikit menggertaknya. Dia mendongak begitu mendengar suaraku.

“Eh?” ucapnya terkejut, dan seperti dugaannku, wajahnya kini benar-benar murung.

“Seharusnya kau memberitahuku atau yang lain apa masalahmu. Bukannya lari seperti ini! Kau ini seorang leader!” aku berceloteh tak jelas. Aku masih melihat wajahnya yang mendongak kearahku, matanya menatapku dengan tatapan heran. Mungkin dia bertanya kenapa aku marah-marah.

“Hanbin kau bodoh! Sampai kapan kau akan bersikap bodoh seperti ini huh?” aku menunduk, aku takut dia melihatku menangis, karena mataku sekarang ini mulai memanas.

GREP...

Dia memelukku. Harum tubuhnya sedikit membuatku nyaman, namun tidak bisa menghentikan rasa marah dan sebal serta rindu yang bercampur menjadi satu dalam hatiku saat ini.

“Maaf” satu kata itu meluncur dari mulutnya, tangannya mengusap rambutku pelan. Oh Tuhan kenapa hal ini semakin membuat air mataku mengucur deras.

“Maaf, maafkan aku” dia semakin mempererat pelukannya, tanganku semakin mencengkram kuat lengan bajunya.

“Hanbin bodoh! Bodoh! Bodoh!” aku tak tahu apalagi yang harus kuucapkan.  Tangannya kembali terulur, mendongakkan kepalaku. Jari jemarinya berusha menghapus air mataku.

“Hei, kau jelek jika menangis seperti ini” jari-jarinya masih sibuk menghapus cairan bening yang membanjiri pipiku.

“Tenanglah. Lihatlah, aku tak apa-apa sekarang” Hanbin berusaha menyakinkanku, walaupun aku masih belum yakin kalau dia sudah tidak apa-apa.

Cha....ayo berikan senyum cantikmu.” Ibu jarinya mengusap pipiku lembut. Akupun sedikit memaksakan diri untuk tersenyum.

“Ah ini, ibumu menitipkan ini” aku menyodorkan bingkisan yang sedari kugenggam erat. Hanbin menerimanya dengan senang hati, matanya berbinar. Dan biar ku tebak itu pasti makanan kesukaannya.

“Mau jalan-jalan?” dia memberikan kode padaku untuk mengitari taman dan aku menyetujuinya.
Awalnya kami saling diam, sibuk dengan pemikiran masing-masing. Aku sibuk dengan Hanbin dan Hanbin sibuk dengan permaslahannya.

“Ha....” dia menghela nafas panjang, seketika itu juga aku menoleh ke arahnnya. Begitu beratkah bebanmu sampai-sampai kau kabur seperti ini.

Langkah kaki kami melambat sebentar. Mataku masih memperhatikannya. Menatapnya dari samping, bahkan dari sudut pandang ini aku masih bisa melihat gurat kekhawatirannya.

“Wae?” tanyanya singkat lalu tersenyum setelah melihatku menggelengkan kepala. Entah ada angin apa, tiba-tiba tangannya menggenggam tanganku. Tangan kami saling bertaut. Dia kembali menoleh kearahku dan melemparkan senyumnya. Manis.

“Kenapa kau menatapku seperti itu?”

“Hanbin-ah, berjanjilah padaku untuk tetap kuat, dan jika bebanmu begitu banyak maka berbagilah, ada aku dan teman-temanmu,” dia menghentikkan langkahnya begitupun denganku. Tubuhnya berbalik menghadapku.

“baiklah aku janji” dia memberikan senyuman kepadaku, itu membuatku sedikit lega sekarang. ya hanya sedikit karena kedepannya mungkin dia akan selalu membuatku khawatir.

Sejenak kami menikmati keindahan taman ini, hingga seseorang berteriak memanggil Hanbin dan yang kutahu dia adalah staff dari agensi Hanbin.

“Bisakah kau segera pulang? Yang lain khawatir denganmu sekarang” pinta orang itu.

Matanya kembali beralih padaku, meminta persetujuan dariku. Kalau saja aku boleh memilih aku akan menuruti keegoisanku untuk mempertahanku disini karena aku sangan merindukanmu, namun sekali lagi kebahagianmu lah yang aku inginkan. Aku mengangguk menyetujuinya.

“Kembalilah, kasihan teman-temanmu, mereka pasti khawatir” aku membenarkan letak beanie-nya.

“Kau juga pulanglah, hati-hati dijalan hmm” dia sibuk merapikkan kerah coat yang kupakai lalu mengusap poniku barang sebentar.

Pada akhirnya kami hanya bisa berbalas senyum sebelum dirinya melangkah menjauh dariku. Aku masih belum beranjak dari tempatku. Memandangnya pergi menjauh adalah rasa sakit tersendiri yang harus ku tahan, karena itu berarti aku harus menahan rindu padanya untuk waktu yang tidak bisa di tentukkan. Kim Hanbin bodoh, sampai kapan kau akan terus membuatku seperti ini.

END

Okay....makasih buat yang sudah baca, dan mohon maaf kalau ada salah kata
Jangan lupa untuk kritik dan sarannya ya
Thanks a lot dear ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar