Minggu, 09 Oktober 2016

FF BTS ll UNTOLD


FIRST DATE
.
.
.
===000===

Yoonri POV

Sebulan sudah setelah kejadian itu, dan seolah menjadi perantara tersendiri antara aku dan Jungkook. Tapi pertanyaan besar masih belum terjawab. Mengapa Kakakku mengenal Jungkook? Bahkan dia membatasi jarak antara aku dan Jungkook.

“Hei!” tangan seseorang membuyarkan lamunanku.

Eoh,” aku tersadar. Kini aku sedang berdua dengan pria itu, Jeon Jungkook. Dia berjanji untuk mengajakku ‘berkencan’ malam ini. Tepat setelah aku memberitahunya kapan aku selesai dengan jadwal jagaku, dia lantas menjemputku.

“Apa yang kau lamunkan?”

“Tidak apa-apa,” dustaku sambil tersenyum.

“Kau mau memesan apa?” tanyanya setelah datang giliran kami berdiri di depan meja pemesanan.
“Cola dan popcorn saja.” dua hal yang harus wajib ada ketika sedang menonton film.

“Dua cola dan satu popcorn ukuran besar,” ucapnya pada pelayan. Tak perlu menunggu waktu lama pesanan sudah kami dapat. “Ayo kita masuk, filmnya akan dimulai.” Ucapnya lalu menggandeng tanganku. Dengan senang hati ku sambut uluran tangannya.

Kalian tentu bertanya-tanya kenapa kami bisa menjadi dekat seperti ini. Mungkin kata orang cinta datang karena terbiasa itu sedang terjadi pada kami. Kami yang sering bertemu, walaupun tak jarang kami akan bertengkar jika bertemu. Tapi justru saat-saat itulah yang membuatku merindukannya. Ucapan pedasnya, tingkah ketusnya, sifat kerasnya, dan entah mengapa aku justru semakin jatuh dalam perangkapnya itu.

Sebuah film terputar melalui pantulan dari proyektor. Aku duduk setenang mungkin, meski jantungku dan pikiranku tidak bisa dikendalikan dengan normal. Ku lirik pria di sebalah ku. Dia duduk dengan nyaman sembari memakan popcorn yang berada di tengah-tengah kami.

Ya! Kau tahu film ini sangat seru.” Celotehnya.

O-Oh,” jawabku gugup.

Adegan demi adegan tergambar sempurna di depan sana. Menceritakan sebuah kisah yang entah darimana menurut Jungkook itu menarik. Sesekali ku lirik dia, parasnya yang jujur aku akui dia sangatlah tampan bila dilihat dari sisi sini. Mata bulatnya dan senyum kelincinya itu. Tunggu dulu, aku tidak boleh terbawa perasaanku sendiri.

“Tidak, tidak, tidak,” aku menggelengkan kepalaku sendiri.

“Kau kenapa?” tanyanya melihat tingakh konyolku barusan.

“Ah, ada serangga tadi, hehehe,” jawabku. Perhatian kami kembali terfokus pada layar di depan sana.

DRRTT…DDRRTT…DDRRTT

Aku merasa ponselku kembali meraung-raung. Ku rogoh tasku dan ku ambil benda persegi empat itu. Dua pesan dan sebuah panggilan tertera dilayarnya.

“Ya, ada apa?” ucapku membuka pembicaraan via telepon.

Ssaem, bisakah kau ke sini sebentar. Ada hal yang ku bicarakan denganmu. Ini menyangkut pasien.” Suara seseorang dari seberang sana.

Eoh, aku akan segera ke sana.” Aku segera mengambil tasku, memakai kembali blazerku. “Maaf Jungkook-ah, aku harus segera ke Rumah Sakit, ada pasien gawat yang membutuhkanku.”

Eoh? Mau ku antar?”

“Tidak usah, kau lanjutkan saja menontonnya,” ucapku tak enak hati, karena ku perhatikan dia begitu menikmati film itu.

“Tidak apa-apa, aku bisa menontonnya lain kali. Ayo!” Jungkok lantas mengambil tanganku, menggenggamnya dalam tautan jemari kami. Aku hanya bisa terdiam atas perlakuannya.

===000===

DDRRTT...DDRRTT...DDRRTT

Berkali-kali aku melihat ponsel Jungkook berdering, berkali-kali pula panggilan masuk tertera dilayarnya.

“Sepertinya itu panggilan penting,” Aku membuka pembicaraan diantara kami.

“Biarkan saja, tidak penting.” Tukasnya dengan pandangan tetap lurus ke arah jalanan.

Sekali lagi ku lirik layar ponselnya. Appa, tulisan itu tertera di sana. Menyadari akan tingkahku dia lalu mengambil ponselnya dan mematikannya.

“Pegangan yang kencang,” ucapnya kemudian menekan pedal gas dalam-dalam. Sekilas aku melihat raut kesal di wajahnya. Sekarang bertambah lagi pertanyaan di benakku tentang dia. Huh, ini membingungkan.

CKIITTT... (anggep aja bunyi rem dadakan )

“Sudah sampai,” ucapnya.

Terimakasih” ucapku berbasa-basi. Dia tersenyum sebelum beranjak untuk membukakan pintu untukku. Aku segera berlari ketika pintu mobil terbuka, yang ada di pikiranku saat ini adalah kondisi pasien.

“Selamat malam Tuan,” aku mendengar seseorang berbicara dengan Jungkook.

“LEPASKAN!” Kalimat penolakan dari Jungkook membuat langkahku terhenti dan kubalikkan badanku ke arahnya.

BUGH!

Sekelompok pria berjas hitam mengerubutinya,dan salah satu diantaranya memukul Jungkook dari belakang, membat pria itu tersungkur lemah.

“YA!” Aku berteriak, hendak berlari ke arahnya.

“Tidak! Janan kesini, pergilah!” ucapnya lemah, namun masih bisa ku mengerti.

Tidak!, tubuhku membeku seketika, walaupun otakku memerintahkan untuk menghampirinya, tapi kalimat Jungkook seolah membiusku. Aku terdiam di tempat, menyaksikan Tubuhnya di seret oleh sekelompok pria itu.

Ssaem!” seorang perawat memanggilku dari balik pintu masuk Rumah Sakit. Oh sial! aku benci ke adaan ini. Tuhan, apa yang harus aku lakukan?


TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar