Author : Yeonhwa
Cast :
Min Yoongi (Suga BTS), Jung Hana (OC), Min Hyunsik (OC), Min
Hyunmi (OC)
Genre :
Marriage life, Fluff (little)
Rated :
G
Lenght
: Ficlet
Disclaimare
: Suga and other BTS member belongs to God, but storyline and OC belongs to me.
Sorry
for typo and I hate plagiarism so don’t copy paste!
Happy
reading ^^
Hana POV
“Ya ampun kenapa banyak
sekali,” aku sungguh kesal. Lelah menemani Hyunmi bermain dan sekarang tugas
tambahan di berikan oleh Yoongi. Yap, setumpuk pakaian kotor yang dia bawa
sebagai oleh-oleh sehabis menginap di dorm
selama tiga hari.
“Yoongi-ya kenapa
baju kotormu banyak sekali!” teriakku kesal.
Sementara orang yang ku teriaki sedang asik
bersama jagoannya, bercengkrama di depan televisi sambil belajar berhitung.
Pluk!
Secarik jatuh dari
buku catatan miliknya ketika aku memberesi tas ransel miliknya. Tas yang sudah
lumayan berumur ini tetap menjadi tas favoritnya. Pernah suatu hari ku tawari
dia untuk membeli tas baru, namun dia menolak dengan alasan, tas ini masih bisa
dipakai.
“Surat?” gumamku
ketika membuka lembaran kertas yang terlipat itu. Wujudnya sudah lumayan lusuh,
kusut, tapi tulisannya masih bisa ku baca.
Halo aku Min Yoongi, dari Daegu. Aku malu untuk menulis
surat ke radio yang selalu ku dengarkan. Hari ini,kami diberitahu untuk menulis
surat ke radio oleh guru Bahasa Korea kami. Aku sedang memikirkan apa yang
harus ku tulis, tetapi saat membaca “surat gembira” dari Hwang Dongkyu aku
ingat cinta masa laluku dan disini aku menuliskan beberapa kata tentang itu.
“Cinta masa lalu,”
membaca kata-kata itu membuat hatiku berdenyut nyeri. Apa Yoongi masih belum
melupakan cinta masa lalunya itu? mataku terus menelisik coretan tangan suamiku
ini. Rasa penasaran lebih mendominasi diriku saat ini.
Kelas sembilan, itu mungkin usia untuk mengatakan kata
“cinta” tanpa merasa malu. Namun, jantungku sakit tentang ingatan perasaanku
yang sebenarnya. Tahun lalu, aku berada di kelas delapan dan aku malu
mengatakan ini tapi aku punya seorang gadis yang aku suka. Tapi aku bodoh
sehingga aku tidak bisa berbicara dengannya dan kami tetap hanya sebagai teman.
Semakin dekat aku dengan dia, keserakahanku datang. Aku tidak ingin berteman
dengan dia lagi jadi aku mengaku kepadanya.
“Seorang gadis yang
aku suka? Yoongi-ya, sebegitu cintanya kah aku pada gadis itu?” tiba-tiba
mataku memanas tanpa sebab. Ah, surat ini benar-benar membuatku sakit.
Tapi dia menerima pengakuanku jadi kami mulai pergi
keluar. Namun saat itu juga masalah mulai datang. Aku pergi keluar dengannya,
tapi tidak bisa mendekatinya dengan mudah dan karena kau malu aku tidak bisa
memperlakukan dia lebih baik di bandingkan dengan waktuyang kita gunakan saat
berteman, sehingga hubungan kita menjadi canggung. Itu membuatku gila. Beberapa
hari setelah hubungan kami, dia berkata kita hanya akan menjadi teman dan
kata-katanya seperti menciptakan lubang di salah satu sisi hatiku. Tentu saja
aku mengerti dan aku menyalahkan diri karena kau bodoh. Orang dewasa akan
mengatakan aku tidak boleh berkencan di usiaku, tapi tidak ada yang berbeda
dibandingkan dengan orang dewasa, meskipun aku masih muda. Aku terus berbikir
tentang dia bahkan setelah kita memutuskan unutk menjadi teman lagi dan
menyesal “mengapa aku tidak memperakukannya lebih baik saat itu?”. Jika ada
yang memintaku untuk kembali saat itu, aku akan kembali memperlakukan dia lebih
baik dan percaya diri mengatakan bahwa aku menyukainya dan aku mencintainya.
Tes!
Cairan bening
meluncur sempurna di pipiku. Ini surat masa lalu, bahkan wujudnya sudah usang,
tapi kenapa sukses membuatku menangis seperti ini? Oh Ya Tuhan.
Hatiku sakit ketika aku berpikir tentang waktu itu. Apakah
dia mendengarkan surat ini? Jika tidak, aku ingin mengatakan ini. Aku sangat
menyesal atas apa yang kulakukan denganku dan hatiku terluka karena aku benci
atas kebodohanku tapi sekarang kenangan masa laluku telah menetap dengan indah.
Aku ingin berterimakasih padanya karena telah menciptakan kenangan ini. Aku
memutuskan unutk menulis surat ini karena aku ingat itu tiba-tiba saat di
kelas. Aku berterimakasih jika suratku dipilih.
“Hana-ya?” Yoongi
memanggilku, buru-buru ku leakkan kembali kertas itu di tempatnya seperti
semula.
“Ya!” aku segera
menghampiri suamiku.
“Eomma~,” oh rupanya jagoanku sudah
mengantuk, dan aku lupa belum membuatkannya susu.
“Maafkan Eomma, Eomma lupa. Hyunsik bereskan ini dulu dan Eomma akan membuatkanmu susu, oke?” ku acap pucuk kepala jagoanku
ini.
===000===
“Ha~,” ku hela
napas panjang. Menahan rasa sakit yang tiba-tiba saja menjalar.
“Hana-ya?” Yoongi
duduk di sampingku.
Ku tolehkan wajahku
menghadap suamiku yang kini sudah siapp untuk terlelpa ke alam mimpi.
“Kau menangis?”
tanyanya.
“Aku?” ku usap
kembali ke dua pipiku dengan kasar. “Tidak. Aku tidak menangis.” Elakku. Namun
hatiku berkata, ya aku menangis, aku
sakit Yoongi-ya.
“Apa yang kau
tangisi, hm?” tanganya terjulur ke wajahku dan menghapus sisa-sisa cairan
bening di pipiku.
“Aku tidak
apa-apa,” bohongku sambil tersenyum.
“Benarkah?” dia
menatapku penuh selidik.
Ku tatap wajah
samiku lekat-lekat. Sungguh aku tak menyangka kalau dia begitu manis dengan
menyimpan surat masa lalunya hingga usang seperti itu. Hatiku bertarung antara
percaya atau tidak. Aku berusaha untuk tetap mempercayai suamiku, aku yakin dia
mencintaiku tulus, terlebih dia sekarang telah menjadi ayah dari dua anak yang
terlahir dari rahimku. Namun, ketika aku membaca surat itu, sunggu
kepercayaanku terhadapnya sedikit goyah.
Tes.
Lagi, cairan bening
itu kembali meluncur. “Eum, Yoongi-ya,” dengan berat hati aku terpaksa harus mengatakan
kebenaran prasangkaku.
“Ya?” dia terus
menatapku, “Apa ada masalah? Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu hm?”
tanyanya sambil mengusap rambutku.
“Aku,” ku usap air
mataku dengan telapak tanganku. “Aku tadi menemukan surat di buku catatanmu.
Surat itu jatuh ketika aku sedang membereskan baju-bajumu.”
“Dan kau
membacanya?” tanyanya, dan seketika tanganku turun, menjauh dari kepalaku.
Aku pun mengangguk.
Perlahan air mataku kembali menetes. Sial. kau lemah sekali Jung Hana!
“Maafkan aku,” ucapnya,
dan itu membuatku terenyuh seketika. Maaf katanya?
“Maaf, karena aku
masih menyimpannya.” Lanjutnya dengan pandangan lurus ke depan.
Ya Tuhan, kuatkan
aku. Aku berusaha untuk menguatkan diriku sendiri untuk mendengar semua
penjelasan dari suamiku. Aku tak ingin hatiku termakan oleh prasangkaku.
“Itu cinta
pertamaku. Aku masih menyimpannya karena kau merasa bersalah karena telah
memperlakukannya dengan buruk. Bahkan sampai sekarang aku tidak mengetahui
kabar apapun darinya. Dulu aku memperlakukannya dengan buruk, sangat buruk.
Bahkan aku memaksakan kehendakku padanya, hingga dia merasa sakit karenaku dan
akhirnya meninggalkanku.”
“Dan kau ingin
bertemu dengannya?” pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulutku seiring
mengalirnya anak sungai di pipiku.
“Ya,” jawabnya
mantap, “Aku ingin meminta maaf padanya.”
Ya Tuhan, Min
Yoongi, dengan entengnya kau menjawab iya? Apa kau tidak memikirkan perasaan
istrimu ini?
“Aku ingin meminta
maaf, hanya itu.” lanjutnya. Dia lantas menatapku, “Maafkan aku, karena menyembunyikannya
darimu Hana-ya, aku tidak ingin kau salah sangka, tetapi kau malah
mengetahuinya sendiri. Percayalah, meski kau bukanlah yang pertama bagiku, tapi
kau telah menjadi yang terakhir bagiku. Aku telah memberikan hatiku padamu,
bahkan tidak ada sedikitpun ruangan di sini yang tidak terisi olehmu dan juga
anak-anak kita.” Ucapnya seraya mennutn tangaku ke arah dada kirinya.
“Yoongi-ya,” aku
benar-benar tidak bisa menahan air mataku. Aku bodoh sangat bodoh hingga aku
merusak kepercayaanku pada suamiku sendiri hanya karena surat usang itu.
“Jangan menagis
lagi hm, aku sudah menjadi milikmu sepenuhnya, dan aku tidak akan meninggalkanmu
dan anak-anak kita.” CUP, dia mencium
dahiku sebagai penutup dari penjelasannya itu, namun air mataku masih tetap mengalir.
Dua kecupan dia
daratkan di kedua mataku. “Berhentilah menangis, apa kau ingin anak-anak
mengira kalau kita habis bertengkar?” bujuknya agar aku berhenti mengeluarkan
air mata.
“Maafkan aku, aku
telah berburuk sangka padamu,” aku memeluk suamiku erta-erat. Menenggelamkan
kepalu di dadap bidangnya. Dan dia bahkan mengijinkanku untuk membasahi bajunya
dengan tangisanku.
“Sudahlah, ini
sudah malam, lebih baik kita tidur.” Ucapka sambil mengarakanku untuk berbaring
dipelukannya.
END
A/N : Huweee T_T ini beneran gue nulisnya sambil mewek
gegara baca postingan di grup fb yang isinya tentang surat masa lalu dari
Yoongi tentang cinta pertamanya. Biar kata itu surat di tulis waktu dia masih
kelas tiga SMP, tapi tetep aja bikin gue bacanya serasa ada rasa perih-perihnya
gitu. tapi gue harap Yoongi bisa mendapatkan wanita yang lebih baik lagi, dan
dia bisa lebih dewasa lagi dalam menjalani kehidupan cintanya.
FYI, itu isi suratnya juga translate-an dari admin grup
BAI. Thankyou so much buat adminnya yang uda kasih inspirasi buat nulis.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar