Author : Yeonhwa
Cast : Min Yoongi
(Suga BTS), Jung Hana (OC)
Genre : Marriage
life, Fluff (little)
Rated : G
Lenght : Ficlet
Disclaimare : Suga
and other BTS member belongs to God, but storyline and OC belongs to me.
Sorry for typo and I
hate plagiarism so don’t copy paste!
Happy reading ^^
Hana POV
“Hati-hati ya sayang, jangan
nakal, nurut sama Ssaem, mengerti?” pesanku pada anakku yang sedang
semangat-semangatnya ke sekolah.
“Nde Eomma,” dia mengangguk. Ah, tak terasa Jagoan kami sudah tumbuh
besar.
“Hari berangkat sama Appa ya, Eomma harus ke Café,”
ucapku sambil memasukkan bekal ke dalam tasnya.
“Okey,” jawabnya.
“Sudah siap?” Tanya Yoongi yang
sudah siap untuk pergi bekerja. Ya, kemana lagi kalau bukan ke studionya di
kantor.
“Siap Appa!” tangan mungilnya menyambut uluran tangan Appa-nya.
“KAMI PERGI DULU!” pamit dua
lelakiku.
“HATI-HATI DI JALAN!”
Setelah mereka pergi, aku segera
bersiap, membereskan rumah, membersihkan diri, lalu berangkat ke Café, ada hal penting yang harus ku
periksa.
===ooo===
“Terimakasih Ahjussi,”
aku menyerahkan bebrapa lembar won pada ahjussi
pengemudi taksi yang ku tumpangi.
Ku rogoh tas, mencari benda kecil
untuk membuka pintu bangunan ini, dan “Loh, kok tidak di kunci?”
Aku berjalan memasuku bangunan
ini, Café-ku. Sepi, tak ada orang di
sini, tapi pintunya sudah terbuka.
DRRTTT…DDDRRRTTT…DDDRRTTT…
“Ya Halo Junmi-ya, ada apa?” aku
menjawab panggilan ponselku.
“Kau dimana?”
“Aku sedang di Café, kenapa?”
“Tidak apa-apa, aku ingin bertemu
denganmu.”
“Datang saja ke Café,”
“OK, aku akan ke sana,” PIP…sambungan
telepon kami terputus.
Masih dengan langkah hati-hati
aku memasuki ruanganku yang terletak di lantai dua. “Hyejin-a? Kim Hyejin, kau
kah itu?” aku memanggil salah satu karyawanku yang ku anggap seperti adikku
sendiri.
Pintu ruanganku sedikit terbuka,
dan “KEJUTAAANNN!!!” sial! Mereka, mengagetkanku.
“YA!” marahku, “Kalian mau
membuatku mati terkena serangan jantung eoh!”
“Maafkan kami Eonni,” ucap Hyejin.
“Oh ya, Hana-ya, kemari,” aku
menghampiri Junmi.
“Ada apa?”
“Tutup matamu.”
“Eh?”
“Sudahlah jangan banyak protes.”
“Eonni pegangan tanganku ya,” Hyejin menuntunku menuruni anak tangga
hingga, aku rasa aku sedang berada di lantai satu sekarang.
DOR..DOR…DOR…PRETT…PREETT..PREETTT…
Aku membuka mataku. Oh Tuhan,
mereka sungguh membuatku terharu.
“SELAMAT ULANG TAHUN HANA EONNI!” Seluruh karyawanku berkumpul
disini, menyiapkan kejutan untuk ulang tahunku. Aku bahkan hampir lupa kalau
hari ini aku berulang tahun.
“Ya Tuhan, kalian,” aku tidak
berkata-kata, setes bulir air mata haru menetes begitu saja.
“Eonni, jangan menangis,” Hyejin mengusap pipiku, menghapus
tetesan-tetesan haru yang baru saja meluncur.
“Ah, maaf, aku hanya terharu
dengan kejutan ini.”
“Eonni, ayo tipu lilinnya, tanganku sudah pegal memegangnya dari
tadi.” Ucap Hanbyul, hoobaeku sewaktu
di bangku kuliah.
“Tunggu dulu, kau harus membuat
permintaan dulu.” Cegah Junmi ketika mulutku hendak meniup lilin.
“Sudah.” Fuuh~, aku meniup
seluruh lilin yang tertancap di kue tersebut.
“Makanan datang!” Ji Ul datang
dengan beberpa makanan dan menatanya di meja.
“Cha, sebelumnya mari kita doakan Hana semoga panjang umur, sehat
selalu, dan segera mempunyai anak lagi, hihihihi,” Aku hanya meliriknya heran,
kalimat terakhirnya itu, benar-benar kau ini Cho Junmi.
“Sudah, sudah, ayo makan!” aku
mengajak semuanya untuk segera menyantap makanan yang sudah tergeletak di
hadapan kami.
“Kau tidak makan?” Tanya Junmi.
“Tidak, aku tidak nafsu makan,
ini saja sudah cukup.” Aku meneguk segelas jus jeruk.
“Eonni sakit?” Tanya Hyejin.
“Wajahmu pucat,” Hanbyul turut
memeriksa kondisiku, menempelkan punggung tangannya ke dahiku.
“Aku tidak apa-apa, ah, aku mau
kebelakang dulu.” Namun baru beberapa jengkal aku melangkah, aku merasa sangat
pusing, rasanya dunia ini berputar-putar.
“Hana-ya, kau idak apa-apa?” Tanya
Junmi yang sudah menangkapku yagn terhuyung. Aku terlalu lemas untuk menjawab. “Sebaiknya
kau ke Rumah Sakit.”
===000===
Yoongi POV
Aku segera memaski ruang gawat
darurat setelah Junmi meneleponku. Mataku menelusur setiap sudut ruangan ini,
mencari sosok istriku.
“Di sini!” Junmi melambaikan
tangannya.
“Hana kenapa?”
“Tadi dia pingsan, tapi tenang,
dokter sudah memeriksanya, dia sudah mendapatkan penanganan.”
“Syukurlah,”
“Aku pamit dulu ya, anak-anak
harus ku jemput. Jaga Hana baik-baik.”
“Em, terimakasih atas bantuanmu.”
Aku menyisir anak rambutnya. Ku amati
wajahnya, memang sedari tadi dia sedikit pucat, tapi aku tak menyangka bahwa dia
sedang sakit hingga seperti ini.
“Eung~,” dia melenguh.
“Kau sudah sadar?”
“Yoongi?”
“Ya?”
“Kenapa aku ada disini?”
“Kau pingsan dan Junmi yang
membawamu ke sini. Kenapa kau tak bilang kalau kau sakit?”
“Tadi pagi aku baik-baik saja,
tapi tiba-tiba saja tadi di Café aku
merasa pusing.”
Aku memberikan senyumku padanya,
bersyukur kalau dia sudah baik-baik saja sekarang.
“Tuan Min Yoongi?” seorang
perawat memanggilku.
“Ya?”
“Bisakah anda ikut dengan saya
sebentar, dokter ingin ingin bertemu dengan anda.”
“Baiklah. Kau di sini dulu ya,”
Aku mengekor perawat itu, dia
membawaku ke ruangan yang bertuliskan ruang konsultasi.
“Anda tuan Min Yoongi, suami
nyonya Jung Hana?”
“Ya dok, apa ada masalah dengan
kesehatan istri saya?” mendengar pertanyaanku, dokter itu justru tersnyum,
tangannya terulur bermaksud menenangkanku.
“Tenang tuan, ini bukan masalah besar. Saya rasa istri anda
sedang hamil.”
“Nde?” aku masih belum percaya dengan ucapan dokter ini.
“Iya tuan, bedasarkan pemeriksaan
saya, sementara ini saya rasa istri anda sedang hamil, tapi untuk lebih
jelasnya, saya akan melakukan tes urin serta pemeriksaan USG.” Jelas dokter.
“Lakukan yang terbaik untuk istri
saya dok,”
Selesai dengan segala urusan di
Rumah Sakit, aku membawa Hana pulang ke Rumah. Untung Hyunsik sudah ku titipkan
pada Yoonri. Ku papah tubuh lemas istriku memasuki rumah, lalu menuntunya
menuju kamar, dan membantunya berbaring di atas ranjang.
“Kau membutuhkan sesuatu?”
tanyaku sebelum pergi menjemput Hyunsik dan mengambil hasil pemeriksaan Laborat
di Rumah Sakit.
===ooo===
Malam menjelang, jagoan kami baru
saja terlelap setelah ku bacakan sebuah dongeng. Sekarang aku harus beralih ke
istriku.
“Hana-ya?” aku memanggilnya
ketika tak kudapati dia di kamar kami.
“Hana-ya?”
“Em, aku di dapur,”
Segera ku hampiri dia. Rupanya dia
sedang membuat ramyun.
“Kau lapar eoh?” aku bertanya padanya, lebih tepatnya pada calon bayi kami. Ku
lingkarkan tanganku di pinggangnya. Ku letakkan daguku di pundaknya.
“Kau kenapa sih?” tanyanya risih.
“Hana-ya,” aku memutar tubuhnya
agar menghadapku. “Selamat ulang tahun sayang!” ucapku kemudian menyodorkan
sebuah amplop yang berisikan hasil pemeriksaan laborat dan USG yang belum
sempat dia lihat.
“Apa ini?”
“Buka saja.” Jawabku sambil
tersenyum.
Matanya menelusuri kata demi kata
yang terketik di kertas itu. Sesekali bibirnya mengulas senyum. Wajahnya mendongak,
menatapku.
“Aku hamil?”
“Eum, kau hamil sayang, anak
kita.” Ucapku sedikit berbisik padanya.
GREB!
Tanpa aba-aba dia langsung
memelukku. Kubalas pelukannya erat, seakan tak ingin kehilangan dia. CUP! Dia
lebih dulu menciumku, “Hei!”
“Hehehehehe, terimakasih Yoon,”
“Untuk?”
“Untuk cintamu, untuk kerja
kerasmu,” CUP! Lagi dia menciumku.
“Kau! Jangan coba-coba menggodaku
eoh,” aku menghimpitnya.
“No, no, no, ada anakmu di sini.”
Aku mengelus perutku. Dan gelak tawa mengisi ruangan ini. Kami lantas memakan
ramyun yang Hana buat. Menyantapnya malam-malam begini sambil bercerita tentang
hari-hari kami dan jagoan kami.
“Kau tau, ini adalah kado ulang
tahun terindah yang pernah kumiliki,” ucap Hana. Ku cium pucuk kepalanya, lalu
menggendongnya ala bridal style, memasuki kamar kami, dan terlelap bersama.
Sungguh indah kado dari Tuhan. Terimakasih Tuhan.
END

Tidak ada komentar:
Posting Komentar