Author : Yeonhwa
Cast :Kim Taehyung (V
BTS), Kim Hyejin (OC)
Genre : Romance
(little fluff)
Lenght : Oneshot
Disclaimer : member
BTS milik Tuhan dan alur cerita serta OC milik author
Sorry for typo(s) and
Happy reading ^^
Hari ini aku dibebas tugaskan
oleh perusahaan. Sedikit menyingkir dari keramaian kota Seoul, aku memilih
untuk menghirup udara segar dari kota asalku, Daegu. Kota metropolitan ke empat
di negeri gingseng. Kota ini sebenarnya tak kalah ramai dengan Seoul, hanya
saja, disini aku memiliki jutaan kenangan yang sekarang sudah terbungkus rapi
dalam kotak biru muda yang Hyejin berikan.
“Ayo!” Min Yoongi Hyung temanku
menarik tanganku untuk segera masuk ke subway. Kami memang pergi berdua karena kebetulan
kami berasal dari daerah yang sama. Sepanjang perjalanan tak banyak yang kami
bicarakan. Kami terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing, terutama aku yang
terlalu sibuk memikirkan gadis kecilku yang bernama Kim Hyejin.
“Aku duluan Hyung.” Pamitku
setibanya di stasiun tujuan. Kami berpisah disini.
Kakiku melangkah maju, menyusuri
jalanan kota. Masih dengan ransel yang menggantung di punggungku, aku memilih
untuk melakukan napaktilas walau barang sebentar. Rasanya aku benar-benar
merindukan kotaku ini.
Langkahku berhneti di depan
gerbang sekolah dasarku dulu. Tempat ini, tempat di mana semuanya berawal dan
berakhir. Aku memasuki halaman sekolah, masih sama seperti dulu, sepi, ada
banya sepeda yang terparkir di pojok sana.
“Oh Ahjussi!” aku melambai pada
ahjussi penjaga sekolah, lalu berlari ke arahnya.
“Kau...” dia menatapku
lekat-lekat dengan kacamata tebalnya, “Kau Taehyung ya? Kim Taehyung?” dia
tersenyum sumringah setelah berhasil mengingatku.
“Ya, ini aku, Kim Taehyung.”
Ucapku bangga.
“AIGOOO...kau sekarang sudah
besar oh. Bagaimana kabarmu? Sekarang kau sekolah di mana?” ahjussi
menepuk-nepuk pundakku.
“Kabarku baik, sekarang aku
sekolah di Seoul, ahjussi sendiri?”
“Seperti yang kau lihat, tubuhku
tak semuda dulu, sudah sering sakit-sakitan. Tapi aku bersukur pihak sekolah
masih mau memperkejakan aku.” Aku mengobrol banyak hal tentang sekolah ini
bersama ahjussi penjaga sekolah.
“Bagaimana kabar teman
perempuanmu itu?” pertanyaan menohok itu akhirnya muncul juga.
“Ah, Hyejin. Aku sudah lama
berpisah dengannya, sekarang akupun tak tahu dimana dia sekarang.” ucapku
samabil menerawang.
“Jangan bersedih, jodoh pasti tak
akan kemana, teruslah berusaha anak muda.” Ahjussi itu menepuk bahuku lalu
bangkit. Aku pun lantas tersenyum ke arahnya.
Sore di kota Daegu, aku kembali
meneruskan perjalananku. Menuju taman hiburan yang dulu ku singgahi bersma
Hyejin. Kamera polaroid yang tergantung aku bidikkan kesana kemari , menangkap
objek indah, ya objek tawa riang para pengunjung, terutama anak-anak yang terus
tersenyum girang. Ah, aku suka tawa mereka, tawa dari bibir mungil mereka.
CEKREK... satu jepretan
CEKREK...dua jepretan
CEKREK...tiga jepretan, dan
seterusnya.
Aku mengabadikan banyak momen
kebahagiaan disini. Aku memlih duduk di sudut taman, dengan ditemani segelas
ice coffee. Tanganku mengibas-kibaskan hasil jepretanku tadi. Satu persatu ku
periksa. Mataku dengan teliti mengamati setiap detil yang tertangkap kameraku.
Sambil sesekali aku menyesap minumanku.
UHUK...sosok ini, sosokyang
tertangkap dalam kameraku. Mataku lalu berputar, mencari sosok itu. Gadis yang
selama ini aku cari. Segera ku kemasi foto-foto yang sudah tercetak apik, ku
masukkan dalam tas dan kakiku segera menuju tempat di mana sosok itu tertangkap
dalam kameraku.
Langkah kakiku terhenti tba-tiba
di depan sebuah arena komedi putar. Aku melihatnya. Melihat gadis itu. Dia
tersenyum kearah wahana itu.
“Hyejin?” aku bermonolog. Mataku
masih menatapnya. Rambutnya yang terurai serta senyumnya yang manis. Dari sudut
ini asaja aku masih bisa manangkap kecantikan parasnya, bagaimana jika aku
berhadapan langsung dengannya.
Ingin rasanya aku berlari
menghampirinya. Aku ingin memeluknya, kau tahu, aku sangat merindukanmu
Hyejinnie. Kuberanikan diri untuk melajukan kakiku, namun semuanya harus ku
hentikan ketika aku melihat seorang laki-laki datang menghampirinya.
“Apakah itu kekasihmu?” lagi-lagi
aku hanya bisa bergumam.
Mundur teratur, ya itu yang harus
ku lakukan sekarang. aku membalik badan dan mengubah halauan langkahku. Ada
rasa sakit disana, dari dalam sana, jauh di relung hatiku. Rasanya sesak dan
perih, seperti ada ribuan pisau yang menghujamku.
Aku terduduk dalam diam. Menatap
kembali selembar foto yang membingkai paras cantik Hyejin. Aku tak tahu apa
yang harus ku lakukan sekarang. Menangis? Ah tidak, aku seorang pria, apakah
aku harus menangis di tempat umum seperti ini?. Gengsiku mengalahkan segalanya,
aku berdiri, mengayunkan kakiku untuk pergi menjauh dari sini. Telalu sakit,
tapi aku tak bisa mengeluarkan airmataku disini.
BRUK... seseorang menubruk tubuhku
dari belakang.
“Maaf.” Ucap seorang gadis padaku
sambil membungkuk.
“Ah Tidak apa-apa.” Aku turut
membungkuk, ya sebenarnya ini juga salahku, aku melamun di tempat seramai ini.
“Kau tidak ap- Tae?” mata gadis
itu membulat ketika melihatku. Begitupun denganku. Tanpa ba-bi-bu lagi
cepat-cepat kurengkuh gadisku ini. Melampiaskan semua kerinduan yang ada di
hatiku.
“Hyejinnie.” Aku memangilnya dalam
pelukan kami.
“Hei, kau menangis?” tanyanya dan
hendak melepaskan pelukanku padanya.
“Sebentar, sebentar saja biarkan
aku seperti ini.” Aku mengeratkan pelukanku. Bodoh amat dengan perkatakan semua
orang, aku tak peduli, bahkan airmata menyebalkan ini telah meluncur dengan
indah, dan aku tak mempedulikannya. Yang terpenting sekarang dia ada dalam
pelukanku.
“Tae!” dia memanggilku dan aku
tetap berada dalam posisiku.
“Taehyung!” lagi dia memangilku.
Aku justru menambah erat pelukanku.
“UHUK...YA KIM TAEHYUNG!” dan
PLAK! Masa persisi seperti dulu. Tangan Hyejin selalu melayang jika aku
membandel pada ucapannya.
“LEPASKAN! AKU KEHABISAN NAFAS
BODOH!” dia meronta.
“Hehehehe, maaf.” Aku melepaskan
pelukanku padanya, dan memberikan senyum kudaku padanya, dia mendengus kesal.
“Bagaimana kabarmu?” aku
berbasa-basi.
“Baik, oh bagaimana kau bisa
berada di tempat ramai seperti ini? Nanti banyak yang melihatmu, ayo ikut aku.”
Hyejin menarikku mengikuti langkahnya. Heol, Hyejin tetaplah Hyejin gadis
tomboy yang selalu membuatku kalah saing. Aku ini pria tapi aku selalu gagal
jika harus berhadapan dengannya.
Langkah kami terhenti di sebuah
taman tak jauh dari arena hiburan. Tak seramai di dalam sana, Hyejin memilih
mengajakku ke tempat yang cukup sepi, aku tahu maksudnya, agar tak ada fans
yang melihatku bukan?
“Bagaimana karirmu?” tanyanya.
“Semuanya lancar.” Jawabku
singkat.
“Tadi itu pacarmu?” pertanyaan
bodoh itu keluar dengan sendirinya dari mulutku. Aku menatapnya penuh harap.
Ya, jangan jawab iya, tolong jawab saja bukan!
“Menurutmu?” dia meledek. Dan aku
mengalihkan pandanganku darinya. Kesal.
“Hei, jangan marah,” dia menangkupkan
tangannya ke wajahku, membuatku berbalik menghadapnya, “Dia sunbaeku,
pembimbingku, aku sedang dalam masa pelatihan menjadi seorang guru sekarang,
dan kau tadi kan lihat, ada banyak anak-anak yang berjalan di sekitarku,
merekalah murid-muridku.” Jelasnya.
“Lalu kenapa pria itu bisa
sedekat itu denganmu?” aku masih merasa cemburu, iya aku cemburu.
“Kau cemburu?” dia membulatkan
matanya, menatapku heran.
CUP. Dia mencium bibirku sekilas.
Oh Tuhan, pegang jantungku, rasanya mau copot. Kecupan singkat itu, oh
Hyejinnie, kau mau membunuhku apa?.
“Aku belum mempunyai kekasih
bodoh!” dia mengucapkan kata-kata itu dengan entengnya.
Aku masih menatapnya. Kedua
mataku masih membulat. Jantungku masih berdegup kencang tak karuan. Damn!
Hyejin sialan! Dia benar-benar membuatku tak karuan seperti ini.
“Tapi aku telah mempunyai
sesorang yang ku cintai, dan itu kau Tae.” Dia menoleh ke arahku tepat di saat
dia menyebut namaku.
Aku tesenyum puas, batinku
berteriak TERIMA KASIH TUHAN, AKHIRNYA CINTAKU TAK BERTEPUK SEBELAH TANGAN.
Tanganku kembali terulur,
mengambil polaroid yang menggantung di leherku.
“HYEJINNIE!” CUP...CEKREK...aku
mengulang kembali saat-saat itu. Aku mengecup pipinya dan ku abadikan dalam
jepretan kamera.
“YA!” dia merasa kesal.
“Ini akan menjadi lanjutan dari
album kita.” Aku mengeluarkan lem dan juga buku gambar yang dulu kami gunakan
sebagai album kenangan. Menempelkan hasil jepretanku disana. Menyambung
sepenggal kisah yang telah lama terhenti di tengah jalan.
“Kau mau menulis?” aku memberikan
spidol padanya, dan dia menerimanya dengan sangat antusias.
Kenangan itu terulang lagi.
Kenangan manis antara aku dan Hyejin. Dan album kenangan ini akan terus
berlanjut, aku harap hingga aku berhasil menjadi ayah dari anak-anaknya kelak.
END
Spesial thanks buat adeku tersayong. Makasih uda neror aku terus-terusan sampai kahirnya aku menyerah dan nulisin dia ini ff. It's not based from true story, sorry, coz the true story just ended with sad ending.
Maaf kalau feelnya gak ngena, dan alurnya yang aneh, sekali lagi mohon untuk kasih kritik dan sarannya ya...
Thanks a lot dear ^^

Tidak ada komentar:
Posting Komentar