Selasa, 02 Februari 2016

FF BTS ll We Meet Again


Author : Yeonhwa
Cast :Kim Taehyung (V BTS), Kim Hyejin (OC)
Genre : Romance (little fluff)
Lenght : Oneshot
Disclaimer : member BTS milik Tuhan dan alur cerita serta OC milik author
Sorry for typo(s) and Happy reading ^^


Hari ini aku dibebas tugaskan oleh perusahaan. Sedikit menyingkir dari keramaian kota Seoul, aku memilih untuk menghirup udara segar dari kota asalku, Daegu. Kota metropolitan ke empat di negeri gingseng. Kota ini sebenarnya tak kalah ramai dengan Seoul, hanya saja, disini aku memiliki jutaan kenangan yang sekarang sudah terbungkus rapi dalam kotak biru muda yang Hyejin berikan.

“Ayo!” Min Yoongi Hyung temanku menarik tanganku untuk segera masuk ke subway. Kami memang pergi berdua karena kebetulan kami berasal dari daerah yang sama. Sepanjang perjalanan tak banyak yang kami bicarakan. Kami terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing, terutama aku yang terlalu sibuk memikirkan gadis kecilku yang bernama Kim Hyejin.

“Aku duluan Hyung.” Pamitku setibanya di stasiun tujuan. Kami berpisah disini.

Kakiku melangkah maju, menyusuri jalanan kota. Masih dengan ransel yang menggantung di punggungku, aku memilih untuk melakukan napaktilas walau barang sebentar. Rasanya aku benar-benar merindukan kotaku ini.

Langkahku berhneti di depan gerbang sekolah dasarku dulu. Tempat ini, tempat di mana semuanya berawal dan berakhir. Aku memasuki halaman sekolah, masih sama seperti dulu, sepi, ada banya sepeda yang terparkir di pojok sana.

“Oh Ahjussi!” aku melambai pada ahjussi penjaga sekolah, lalu berlari ke arahnya.

“Kau...” dia menatapku lekat-lekat dengan kacamata tebalnya, “Kau Taehyung ya? Kim Taehyung?” dia tersenyum sumringah setelah berhasil mengingatku.

“Ya, ini aku, Kim Taehyung.” Ucapku bangga.

“AIGOOO...kau sekarang sudah besar oh. Bagaimana kabarmu? Sekarang kau sekolah di mana?” ahjussi menepuk-nepuk pundakku.

“Kabarku baik, sekarang aku sekolah di Seoul, ahjussi sendiri?”

“Seperti yang kau lihat, tubuhku tak semuda dulu, sudah sering sakit-sakitan. Tapi aku bersukur pihak sekolah masih mau memperkejakan aku.” Aku mengobrol banyak hal tentang sekolah ini bersama ahjussi penjaga sekolah.

“Bagaimana kabar teman perempuanmu itu?” pertanyaan menohok itu akhirnya muncul juga.

“Ah, Hyejin. Aku sudah lama berpisah dengannya, sekarang akupun tak tahu dimana dia sekarang.” ucapku samabil menerawang.

“Jangan bersedih, jodoh pasti tak akan kemana, teruslah berusaha anak muda.” Ahjussi itu menepuk bahuku lalu bangkit. Aku pun lantas tersenyum ke arahnya.

Sore di kota Daegu, aku kembali meneruskan perjalananku. Menuju taman hiburan yang dulu ku singgahi bersma Hyejin. Kamera polaroid yang tergantung aku bidikkan kesana kemari , menangkap objek indah, ya objek tawa riang para pengunjung, terutama anak-anak yang terus tersenyum girang. Ah, aku suka tawa mereka, tawa dari bibir mungil mereka.

CEKREK... satu jepretan

CEKREK...dua jepretan

CEKREK...tiga jepretan, dan seterusnya.

Aku mengabadikan banyak momen kebahagiaan disini. Aku memlih duduk di sudut taman, dengan ditemani segelas ice coffee. Tanganku mengibas-kibaskan hasil jepretanku tadi. Satu persatu ku periksa. Mataku dengan teliti mengamati setiap detil yang tertangkap kameraku. Sambil sesekali aku menyesap minumanku.

UHUK...sosok ini, sosokyang tertangkap dalam kameraku. Mataku lalu berputar, mencari sosok itu. Gadis yang selama ini aku cari. Segera ku kemasi foto-foto yang sudah tercetak apik, ku masukkan dalam tas dan kakiku segera menuju tempat di mana sosok itu tertangkap dalam kameraku.

Langkah kakiku terhenti tba-tiba di depan sebuah arena komedi putar. Aku melihatnya. Melihat gadis itu. Dia tersenyum kearah wahana itu.

“Hyejin?” aku bermonolog. Mataku masih menatapnya. Rambutnya yang terurai serta senyumnya yang manis. Dari sudut ini asaja aku masih bisa manangkap kecantikan parasnya, bagaimana jika aku berhadapan langsung dengannya.

Ingin rasanya aku berlari menghampirinya. Aku ingin memeluknya, kau tahu, aku sangat merindukanmu Hyejinnie. Kuberanikan diri untuk melajukan kakiku, namun semuanya harus ku hentikan ketika aku melihat seorang laki-laki datang menghampirinya.

“Apakah itu kekasihmu?” lagi-lagi aku hanya bisa bergumam.

Mundur teratur, ya itu yang harus ku lakukan sekarang. aku membalik badan dan mengubah halauan langkahku. Ada rasa sakit disana, dari dalam sana, jauh di relung hatiku. Rasanya sesak dan perih, seperti ada ribuan pisau yang menghujamku.

Aku terduduk dalam diam. Menatap kembali selembar foto yang membingkai paras cantik Hyejin. Aku tak tahu apa yang harus ku lakukan sekarang. Menangis? Ah tidak, aku seorang pria, apakah aku harus menangis di tempat umum seperti ini?. Gengsiku mengalahkan segalanya, aku berdiri, mengayunkan kakiku untuk pergi menjauh dari sini. Telalu sakit, tapi aku tak bisa mengeluarkan airmataku disini.

BRUK... seseorang menubruk tubuhku dari belakang.

“Maaf.” Ucap seorang gadis padaku sambil membungkuk.

“Ah Tidak apa-apa.” Aku turut membungkuk, ya sebenarnya ini juga salahku, aku melamun di tempat seramai ini.

“Kau tidak ap- Tae?” mata gadis itu membulat ketika melihatku. Begitupun denganku. Tanpa ba-bi-bu lagi cepat-cepat kurengkuh gadisku ini. Melampiaskan semua kerinduan yang ada di hatiku.

“Hyejinnie.” Aku memangilnya dalam pelukan kami.

“Hei, kau menangis?” tanyanya dan hendak melepaskan pelukanku padanya.

“Sebentar, sebentar saja biarkan aku seperti ini.” Aku mengeratkan pelukanku. Bodoh amat dengan perkatakan semua orang, aku tak peduli, bahkan airmata menyebalkan ini telah meluncur dengan indah, dan aku tak mempedulikannya. Yang terpenting sekarang dia ada dalam pelukanku.

“Tae!” dia memanggilku dan aku tetap berada dalam posisiku.

“Taehyung!” lagi dia memangilku. Aku justru menambah erat pelukanku.

“UHUK...YA KIM TAEHYUNG!” dan PLAK! Masa persisi seperti dulu. Tangan Hyejin selalu melayang jika aku membandel pada ucapannya.

“LEPASKAN! AKU KEHABISAN NAFAS BODOH!”  dia meronta.

“Hehehehe, maaf.” Aku melepaskan pelukanku padanya, dan memberikan senyum kudaku padanya, dia mendengus kesal.

“Bagaimana kabarmu?” aku berbasa-basi.

“Baik, oh bagaimana kau bisa berada di tempat ramai seperti ini? Nanti banyak yang melihatmu, ayo ikut aku.” Hyejin menarikku mengikuti langkahnya. Heol, Hyejin tetaplah Hyejin gadis tomboy yang selalu membuatku kalah saing. Aku ini pria tapi aku selalu gagal jika harus berhadapan dengannya.
Langkah kami terhenti di sebuah taman tak jauh dari arena hiburan. Tak seramai di dalam sana, Hyejin memilih mengajakku ke tempat yang cukup sepi, aku tahu maksudnya, agar tak ada fans yang melihatku bukan?

“Bagaimana karirmu?” tanyanya.

“Semuanya lancar.” Jawabku singkat.

“Tadi itu pacarmu?” pertanyaan bodoh itu keluar dengan sendirinya dari mulutku. Aku menatapnya penuh harap. Ya, jangan jawab iya, tolong jawab saja bukan!

“Menurutmu?” dia meledek. Dan aku mengalihkan pandanganku darinya. Kesal.

“Hei, jangan marah,” dia menangkupkan tangannya ke wajahku, membuatku berbalik menghadapnya, “Dia sunbaeku, pembimbingku, aku sedang dalam masa pelatihan menjadi seorang guru sekarang, dan kau tadi kan lihat, ada banyak anak-anak yang berjalan di sekitarku, merekalah murid-muridku.” Jelasnya.

“Lalu kenapa pria itu bisa sedekat itu denganmu?” aku masih merasa cemburu, iya aku cemburu.

“Kau cemburu?” dia membulatkan matanya, menatapku heran.

CUP. Dia mencium bibirku sekilas. Oh Tuhan, pegang jantungku, rasanya mau copot. Kecupan singkat itu, oh Hyejinnie, kau mau membunuhku apa?.

“Aku belum mempunyai kekasih bodoh!” dia mengucapkan kata-kata itu dengan entengnya.
Aku masih menatapnya. Kedua mataku masih membulat. Jantungku masih berdegup kencang tak karuan. Damn! Hyejin sialan! Dia benar-benar membuatku tak karuan seperti ini.

“Tapi aku telah mempunyai sesorang yang ku cintai, dan itu kau Tae.” Dia menoleh ke arahku tepat di saat dia menyebut namaku.

Aku tesenyum puas, batinku berteriak TERIMA KASIH TUHAN, AKHIRNYA CINTAKU TAK BERTEPUK SEBELAH TANGAN.

Tanganku kembali terulur, mengambil polaroid yang menggantung di leherku.

“HYEJINNIE!” CUP...CEKREK...aku mengulang kembali saat-saat itu. Aku mengecup pipinya dan ku abadikan dalam jepretan kamera.

“YA!” dia merasa kesal.

“Ini akan menjadi lanjutan dari album kita.” Aku mengeluarkan lem dan juga buku gambar yang dulu kami gunakan sebagai album kenangan. Menempelkan hasil jepretanku disana. Menyambung sepenggal kisah yang telah lama terhenti di tengah jalan.

“Kau mau menulis?” aku memberikan spidol padanya, dan dia menerimanya dengan sangat antusias.
Kenangan itu terulang lagi. Kenangan manis antara aku dan Hyejin. Dan album kenangan ini akan terus berlanjut, aku harap hingga aku berhasil menjadi ayah dari anak-anaknya kelak.

END

Spesial thanks buat adeku tersayong. Makasih uda neror aku terus-terusan sampai kahirnya aku menyerah dan nulisin dia ini ff. It's not based from true story, sorry, coz the true story just ended with sad ending.
Maaf kalau feelnya gak ngena, dan alurnya yang aneh, sekali lagi mohon untuk kasih kritik dan sarannya ya...
Thanks a lot dear ^^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar