Sabtu, 03 Oktober 2015

UNDER THE MOONLIGHT (Part 5)



UNDER THE MOONLIGHT (Part 5)

Author : Yeonhwa
Genre : Action gagal, romance gaje
Rate : RBO (Rate apaan tuh?)
Main Cast : Kim Joon Myeon, Xi Luhan, Oh Sehun, Kim Aiko (OC/ as You)

Annyeong readers, author datang lagi dengan kelanjutan dari ff abal-abal yang sebelumnya udah pernah dipost. Maaf kalau author telat ngasih sequelnya, soalnya kerjaan lagi menumpuk. Sekali lagi FF Ini murni dari hasil pemikiran author sendiri yang lagi iseng gara-gara ketagihan nonton film action.
Hati-hati ada typo yang bergentayangan dan ada beberapa kata-kata kasar serta adegan-adegan yang sebaiknya jangan ditiru ya....

Happy reading dan jangan lupa RCL... ^^

Author POV

BRAKK....!!!

“ BANGSATTT...!!!” dia, namja yang berpenampilan tenang tiba-tiba mengamuk, namun itu hanya sesaat, segusar apapun dia masih bisa mengontrol emosinya. Wajahnya kembali tenang, dan dengan tenangnya dia kembali meyeruput teh yang sedari tadi memang sedang dia racik untuknya dan juga untuk Wu Yi Fan,


“Ah...teh mu sangat nikmat, tapi aku rasa jauh-jauh datang dari Jepang ke Korea hanya untuk minum teh sungguh sangat sia-sia, bagaimana kalu kita bermain?” ucap Wu Yi Fan, atau yang lebih dikenal dengan Kris.

“Kau benar”

Kedua namja yang berbeda 180° dalam urusan emosi itu lantas bergegas meninggalkan ruangan yang di sebut ruang kerja. Tanpa diperintah lagi namja yang sedari bersimpuh di hadapan mereka berdiri dan mengekor dua pimpinannya.

“Aku rasa aku sudah terlalu lama tak memainkan panah ini, apa aku boleh mencobanya?” tanya Kris sambil mengelap busur panah yang dulu pernah dia gunakan untuk berlatih.

“Mungkin kita bisa sedikit bernostalgia?” jawab namja yang  tengah membidikkan busur panahnya.

“Kau benar, Suho” ucap Kris sambil menyeringai dan

SLASSSHHH....

Dua anak panah melesat secara bersamaan, membelah udara, dan membentuk gerakan yang sangat harmonis. Sudah pasti anak panah itu melesat tepat ke sasaran. Terukir seringaian puas di wajah kedua namja itu, seringai licik yang berbanding terbalik dengan wajah pucat namja yang terkulai lemas di depan sana.

Langkah angkuh seorang namja berdarah dingin menghampiri tubuh yang terkulai lemas itu. Namja itu berjongkok dan mencengkram rahang dari tubuh yang lemah itu.

“Kau pikir kau bisa lolos hah?!” ancam Kris tepat di wajah namja yang notabene adalah bawahannya, anak buahnya.

“Sudahlah simpan saja tenagamu, dia sudah memilih jalannya sendiri untuk menemui Tuhannya.” Ucap Suho dengan tenang, sementara Kris, dia melempar tubuh lemah bawahannya itu lalu meninggalkannya mengikuti Suho.

Tak perlu menunggu perintah, seorang asisten Suho yang setia pergi keluar ruangan lalu kembali lagi ke ruanangan tersebut dengan membawa sebuah nampan yang berisikan seperangkat alat untuk meminum teh. Dia datang tak sendiri, Kim Min Seok, tangan kanan Suho, juga datang bersama asisten tersebut.

“Aku rasa, kita harus melanjutkan jamuan minum teh kita hyung” ucap Suho.

“Ah, aku lupa, harusnya ada empat gelas, tak etis jika kita mengabaikan teman kita yang satu ini, iya kan?” ucap Min Seok sambil merangkul namja yang sedari tadi hanya menunduk pasrah.

“Bisakah kau ambilkan cangkir satu lagi, oh ya, bawakan khusus untuknya” perintah Suho pada asistennya.

Dengan telaten dan tenang, Suho meracik teh yang akan dia suguhkan kepada Kris dan juga Min Seok. Sebagai seorang kepala mafia, bukannya Suho tak pernah menyentuh minuman beralkohol, hanya saja dia merasa lebih rileks jika dia meminum teh yang dia racik secara tradisional.

“Ini teh bunga lotus, minumlah, ini akan membuatmu sedikit rileks” jelas Suho sambil menyuguhkan teh ke Kris dan Min Seok.

Sementara Kris menyeruput tehnya, Min Seok sibuk mengamati tehnya bahkan dia bertingkah konyol dengan sesekali membaui tehnya.

“Suho-ya, kenapa tehnya berbentuk aneh?” ucap Min Seok konyol.

Pletak..!!!

“Ya...apa kau tak pernah melihat bunga lotus?” ucap Kris setelah sukses menjitak kepala sahabatnya itu.

“Ya...tak bisakah kau tak menggunakan tanganmu itu untuk menjitak kepalaku yang jenius ini?” geram Min Seok.

“Cih...” Suho berdecak menahan geli.

“Sajangnim ini teh yang anda pesan tadi” seorang asisten menghampiri Suho dan menyerahkan sebuah nampan yang berisikan benda yang sama, seperangkat pot/poci untuk meracik teh secara tradisional.

“Aku akan meracikkan teh khusus untukmu, jadi aku harap kau bisa menikmatinya,” ucap Suho pada bawahnnya yang sudah pasrah itu.

“Gamsahamnida sajangnim” namja itu tersenyun getir, sebenarnya dia tahu nasibnya setelah ini, namun dia berusaha kuat karena inilah risiko yang harus dia tanggung untuk menjadi anggota dari kelompok mafia.

“ Ini, minumlah, selagi hangat”  Suho menyodorkan secangkir teh kepada bawahannya itu.

“Gamsahamnida sajangnim” namja itu tersenyum kecut, dia menelan ludahnya dengan berat, mengumpulkan keberanian untuk meminumnya.

“Apa yang kau tunggu? Apa kau tak menghargai atasanmu yang sudah meracikkan teh yang spesial itu?” ucap Kris geram.

“Cepat ayo minum! Bukankah kau tahu kalau sajangnim itu sangat pandai dalam meracik teh?” giliran Min Seok berceloteh.

“Cha, mari kita minum sama-sama” perinah Suho, dan namja itupun ikut meminum teh tersebut.

“Bagaimana? Enak bukan rasanya?” tanya Suho sambil menuangkan kembali teh ke cangkir milik Min Seok dan Kris.

Dan nampak racun dari teh tersebut mulai bereaksi. Mulai dengan pandangan mata yang kabur, nafas sesak,hingga mati rasa. Namja yang meminum teh tadi mulai merasakannya, nafasnya terasa berat dan juga padangan matanya yang mulai kabur.

“Sajangnim saya permisi terlebih dahulu” ucap namja itu, karena sudah tak tahan dengan keadaannya, dan dia tak ingin mati konyol di depan atasannya yang kejam itu.

“Apakah kau baik-baik saja? Bukankah jamuan teh kita belum selesai?” tanya Suho.

“...” hening tak ada jawaban dari namja itu, dia bergegas menetup pintu, dan terkulai lemas di balik pintu

“Apakah lidahmu terasa kaku? Dan tubuhmu mulai melemas?” tanya Suho sekali lagi, dan tetap hening tak ada jawaban.

“Biar aku lihat dulu” ucap Min Seok

BRAKKK...

“DIA TAK ADA SUHO-YA!” teriak Min Seok

“Biarkan saja, dia takakan kuat berpergian jauh, racun dari teh yang ku buat tadi sangat kuat, masih beruntung dia tak ku bunuh langsung tadi” jawab Suho dengan entengnya.

“Cih...Kau memang tak pernah berubah, kau selalu saja menghabisi nyawa dengan cara yang halus” ucap Kris sambil menyesap tehnya.

Aiko POV

Sekolah hari ini sangat ramai, bukan karena ada event spesial, tetapi hari ini seluruh sekolah di gegerkan dengan kepulanganku dan Sehun. Sengaja Sehun berangkat lebih pagi dan menungguku di gerbang, sepertinya dia hafal betul kebiasaanku.

“ Hai, bagaimana lukamu, apa sudah sembuh?” ucapnya basa basi lalu tiba-tiba dia berusaha untuk merengkuh tubuhku.

BRUMM...BRUM...BRUM...

Sekelompok namja dengan sengaja menggeberkan motornya tepat di hadapan kami. Dan GREP... Sehun berhasil memelukku, melindungiku dari kepulan debu yang berterbangan akibat ulah sekelompok namja iseng itu.

Deg...Deg...Deg...jantungku, jantungku mengapa berdegup seperti ini.  Wangi mint yang menyeruak dari tubuhnya dapat aku cium dengan sangat amat jelas, dan oh tidak, jangan katakan kalau aku mulai kecanduan dengan wangi tubuh ini. Sesegera mungkin kembali menuju alam sadarku.

“Yak, apa yang kalian lakukan eoh!” teriakku kesal sambil menepuk-nepuk bajuku yang di penuhi debu karena hal tadi.

“Yak Aiko, kau tak apa-apa kan?” ucap Sehun seraya membersihkan tubuhku dari terpaan debu.

“Ne...Ne...gwenchana” aku tergagap lalu aku berusaha melepaskan tangan Sehun dari pundakku.

Sejak kejadian itu, hampir seluruh siswa penghuni sekolahan ini menjadi heboh bahkan tak sedikit para siswi yang mendeklarasikan diri mereka sebagai fans Oh Sehun mencibirku. Dan itu sungguh membuatku tak nyaman. Dengan tetap bersikap dingin, sesuai dengan kepribadianku, aku berjalan menuju kerumunan yeoja yang sedang heboh di pintu kantin.

“Ckckckck...apa tak ada namja lain selain Oh Sehun?” gumam Hye Rin. Mungkin Dia memiliki perasaan yang sama kesalnya denganku.

Setelah mengambil makanan yang tersedia, aku dan Hye Rin memilih menikmati santap siang ini di bangku sudut kantin dekat jendela. Lokasi yang pas unutk menikmati santap siang sambil menikmati kesibukan yang menjadi pemandangan menarik dari balik jendela.

“Aiko, bagaimana keadaan lukamu? Aku dengar kau dan Sehun diserang sekelompok orang yang tak dikenal?” tanya Hye Rin sambi menguyah makanannya.

“Sudah membaik” jawabku dingin.

“Oh ya, aku juga dengar kalau Sehun yang mengobati lukamu? Bagaimana bisa? Bukankah lukamu letaknya di punggung, apa kau?” tanyanya lagi dan sebelum dia bertanya hal yang tidak-tidak aku bungkam mulutnya dengan sepotong daging.

“Sudahlah cepat lanjutkan makan siangmu”

“Aish jinjja” dia menggurutu tak jelas.

“Ya...liatlah, dia sangat keren bukan?” teriak salah seorang yeoja yang membuat teman-temannya ikut bergerombol mendekatinya.

“OH SEHUNNNN...!!!!” teriak histeria salah seorang diantara mereka.

“Tsk, Brisik sekali” Aku berdiri dan memberi isyarat pada Hye Rin untuk pergi dari tempat ini.

Jam pelajaran selanjutnya adalah seni, dan di sini kami bebas untuk memilih seni musik, seni tari atau seni rupa. Aku dan Hye Rin memilih mengikuti kelas seni tari.

Satu..dua...tiga...empat...

Seongsaenim memberikan contoh gerakan menari. Aku memperhatikannya dengan seksama. Berusaha merekamnya dalam ingatanku. Kelas seni kali ini serasa cepat berlalu, dan selebihnya adalah kelas metematika, hanya saja aku yakin guru sialan itu kembali telat atau bahkan tidak datang.

“Ah, Aiko, kau mau minum? Aku akan membeli minum” Hye Rin setengah berteriak dari ujung pintu.

“Ya, aku mau,” jawabku, lalu ku edarkan pandanganku ke sekeliling ruangan, hingga akhirnya aku melihat sebuah shinai. Otomatis aku melangkah mendekati benda tersebut. Tanganku terulur untuk mengambilnya. Sedikit berlatih aku memulai menggerakkan tubuhku. Ku ayunkan shinai, aku anggap shinai yang ku pegang ini adalah samurai yang biasa ku gunakan untuk berlatih.

Sehun POV

Aku kembali ke ruang seni tari, ruangan serba guna yang bisa digunakan unutk kelas seni tari ataupun untuk berlatih klub beladiri. Aku kembali ke ruangan itu untuk menggambil ponselku yang ketinggalan.

Sejenak ku hentikkan langkahku. Ku lihat Aiko sedang berlatih. Tapi tunggu sebentar, dia berlatih kendo? Tetapi gerakkannya bukanlah gerakkan kendo. Ku putuskan unutk memasukki ruangan diam-diam, dan sepertinya Aiko sangat menikmati latihannya hingga tak menyadari kehadiranku.

“Omo...sehunna...sedang apa kau disini?” Hye Rin terkaget.

“ssttt....diamlah” aku menggedikkan bahuku kearah Aiko.

“Woahh...” Hye Rin ternganga melihat Aiko yang begitu anggunnya berlatih pedang.

“CCKK,,diamlah di sini, dan nikmatilah pertunjukkan selanjutnya” aku meninggalkan Hye Rin yang masih terpaku dengan apa yang dia lihat.

Aku mendekati Aiko, dan Sret... dengan otomatis dia menyadari seranganku, gerakannya mulai berubah menjadi gerakkan pertahanan. Dan sepertinya ini akan menjadi pertandingan yang seru. Aku mengikuti alur yang dimainkan oleh Aiko, sambil sesekali memberinya serangan. Namun serangan-serangan yang ku lakukan selalu berhasil dia tangkis.

“Kau, apa yang lakukan?” ucapnya sambil tetap mengayunkan shinainya.

“Tentu saja berlatih bodoh!” aku kembali menyerangnya.

“Tsk, banyak alasan...HYAAAA....!!!” Aiko berteriak sambil mengayunkan shinainya kearahku, namun aku tangkis dan ku balikkan posisi sekarang, hingga dia berada dalam kuasaku.

“Aku memang punya sejuta alasan untukmu Kim Aiko” ucapku seduktif sambil menahannya agar tetap berada dalam kuasaku.

“WOAHHH DAEBAKKKK...!!!” Hye Rim memberikan standing appluse kepada kami.

“Ya menyingkirlah, badanmu berat” Aiko mendorong tubuhku hingga aku terguling ke sampingnya.
Aku bangkit dan memberikan senyum kudaku untuk membalas tepuk tangan dari Hye Rin.

“Ah...ini bukan apa-apa” ucapku sambil menggaruk tengkukku yang tak gatal

“Cih, percaya diri sekali, bukan kau tapi Aiko” ucap Hye Rin sebal.

Ku lihat Aiko tersenyum kecut sementara aku melongo mendengar jawaban dari Hye Rin, kemudian ke dua yeoja itu pergi begitu saja tanpa mempedulikan nasibku.

“YA...AIKO...KAU MAU KE MANA? SETIDAKNYA OBATI DULU LUKAKU, LIHATLAH PUKULANMU MEMBUAT TUBUHKU MEMAR-MEMAR!” aku terus mengomel sambil mengikuti Aiko, sementara gadis itu tetap saja diam dan tetap melanjutkan langkahnya.

Luhan POV

“Apa yang kau maksud Lay?”  aku masih belum mengerti dengan penjelasan Lay. Terlalu rumit memang penjalasan yang dia berikan. Dan ini adalah yang ke tiga kalinya dia memberikan penjelasan untuk kasus yang sama kepadaku.

“Aishhh jinjja, kau ini” Lay mulai frustasi karena aku tetap tak mengerti juga.

“Kau tahu penjelasanmu itu sungguh membuatku pusing, jadi langsung ke intinya saja,” aku juga mulai frustasi dengan penjelasan dari Lay.

“Jadi intinya begini, dia, pelaku pembunuhan itu menggunakan racun tumbuhan yang menimbulkan efek yang sama dengan racun yang ditimbulkan oleh bahan kimia,” jelasnya singkat.
“Ahh aku mengerti sekarang. Tapi bagaimana racun itu bisa masuk?” tanyaku balik, dan membuat Lay semakin frustasi.

“KAU XI LUHAN!!!” dia benar-benar frustasi sekarang. Sementara aku hanya tersenyum, nyengir tak jelas, aku benar-benar blank sekarang.

“Jangan tersenyum seperti orang bodoh! Cukup Chanyeol saja yang melakuakan hal itu, dan kau jangan menambah daftar orang bodoh dalam kamusku karena satu orang saja seperti Chanyeol sudah cukup membuatku pusing” jelasnya sambil mengutak-atik komputernya.

“Lalu dari mana kau bisa menyimpulkan hal itu? Dari mana kau tahu?” tanyaku oenuh selidik.

“Itu” Lay menunjuk ke arah seorang namja yang sedang tertidur diatas meja observasi.

“Siapa dia?” tanyaku

“Dia aku temukan di pinggir jalan tak jauh dari supermarket yang biasa kita kunjungi. Saat aku menemukannya tubuhnya sangat pucat dan dingin, bahkan dia juga memuntahkan darah. Aku rasa dia seorang korban, makannya aku bawa dia ke sini” jelasnya

“Bodoh! Kalau dia mata-mata bagaimana?” aku sedikit kesal dengan tindakkan ceroboh Lay.

“Tenanglah, aku tak menunjukkan markas kita, aku hanya membawanya ke ruang kerjaku, bukankah markas dan ruang ruang kerjaku ini letaknya lumayan jauh? Lagi pula siapa yang akan mengira kalau tempat ini adalah markas kelompok intelejen?” jelas Yixing berusaha meyakinkanku.

“Baiklah aku percayakan padamu” Aku pergi meninggalkan ruangan Yixing.

“Ah...agasshi, kau sudah sadar?” ucap Yixing dan refleks aku menghentikkan langkahku.
Sepertinya aku pernah melihatnya....

TBC (Again) ya readers,,,hehehehe....
Author udah capek ngetiknya. Bagaimana? Jelek ya ceritanya? Mononton banget ya?, kasih komennya ya, dan likenya jangan lupa, di tunggu part selanjutnya ya...?!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar