UNDER THE MOONLIGHT (Part 5)
Author : Yeonhwa
Genre : Action gagal, romance gaje
Rate : RBO (Rate apaan tuh?)
Main Cast : Kim Joon Myeon, Xi Luhan, Oh Sehun, Kim Aiko (OC/ as You)
Annyeong readers, author datang lagi dengan kelanjutan dari ff
abal-abal yang sebelumnya udah pernah dipost. Maaf kalau author telat ngasih
sequelnya, soalnya kerjaan lagi menumpuk. Sekali lagi FF Ini murni dari hasil
pemikiran author sendiri yang lagi iseng gara-gara ketagihan nonton film
action.
Hati-hati ada typo yang bergentayangan dan ada beberapa kata-kata kasar
serta adegan-adegan yang sebaiknya jangan ditiru ya....
Happy reading dan jangan lupa RCL... ^^
Author POV
BRAKK....!!!
“ BANGSATTT...!!!” dia, namja
yang berpenampilan tenang tiba-tiba mengamuk, namun itu hanya sesaat, segusar
apapun dia masih bisa mengontrol emosinya. Wajahnya kembali tenang, dan dengan
tenangnya dia kembali meyeruput teh yang sedari tadi memang sedang dia racik
untuknya dan juga untuk Wu Yi Fan,
“Ah...teh mu sangat nikmat, tapi aku rasa jauh-jauh datang dari Jepang ke Korea hanya untuk minum teh sungguh sangat sia-sia, bagaimana kalu kita bermain?” ucap Wu Yi Fan, atau yang lebih dikenal dengan Kris.
“Kau benar”
Kedua namja yang berbeda 180°
dalam urusan emosi itu lantas bergegas meninggalkan ruangan yang di sebut ruang
kerja. Tanpa diperintah lagi namja yang sedari bersimpuh di hadapan mereka
berdiri dan mengekor dua pimpinannya.
“Aku rasa aku sudah terlalu lama
tak memainkan panah ini, apa aku boleh mencobanya?” tanya Kris sambil mengelap
busur panah yang dulu pernah dia gunakan untuk berlatih.
“Mungkin kita bisa sedikit
bernostalgia?” jawab namja yang tengah
membidikkan busur panahnya.
“Kau benar, Suho” ucap Kris
sambil menyeringai dan
SLASSSHHH....
Dua anak panah melesat secara
bersamaan, membelah udara, dan membentuk gerakan yang sangat harmonis. Sudah
pasti anak panah itu melesat tepat ke sasaran. Terukir seringaian puas di wajah
kedua namja itu, seringai licik yang berbanding terbalik dengan wajah pucat namja
yang terkulai lemas di depan sana.
Langkah angkuh seorang namja
berdarah dingin menghampiri tubuh yang terkulai lemas itu. Namja itu berjongkok
dan mencengkram rahang dari tubuh yang lemah itu.
“Kau pikir kau bisa lolos hah?!”
ancam Kris tepat di wajah namja yang notabene adalah bawahannya, anak buahnya.
“Sudahlah simpan saja tenagamu,
dia sudah memilih jalannya sendiri untuk menemui Tuhannya.” Ucap Suho dengan
tenang, sementara Kris, dia melempar tubuh lemah bawahannya itu lalu
meninggalkannya mengikuti Suho.
Tak perlu menunggu perintah,
seorang asisten Suho yang setia pergi keluar ruangan lalu kembali lagi ke
ruanangan tersebut dengan membawa sebuah nampan yang berisikan seperangkat alat
untuk meminum teh. Dia datang tak sendiri, Kim Min Seok, tangan kanan Suho,
juga datang bersama asisten tersebut.
“Aku rasa, kita harus melanjutkan
jamuan minum teh kita hyung” ucap Suho.
“Ah, aku lupa, harusnya ada empat
gelas, tak etis jika kita mengabaikan teman kita yang satu ini, iya kan?” ucap
Min Seok sambil merangkul namja yang sedari tadi hanya menunduk pasrah.
“Bisakah kau ambilkan cangkir
satu lagi, oh ya, bawakan khusus untuknya” perintah Suho pada asistennya.
Dengan telaten dan tenang, Suho
meracik teh yang akan dia suguhkan kepada Kris dan juga Min Seok. Sebagai
seorang kepala mafia, bukannya Suho tak pernah menyentuh minuman beralkohol,
hanya saja dia merasa lebih rileks jika dia meminum teh yang dia racik secara
tradisional.
“Ini teh bunga lotus, minumlah,
ini akan membuatmu sedikit rileks” jelas Suho sambil menyuguhkan teh ke Kris
dan Min Seok.
Sementara Kris menyeruput tehnya,
Min Seok sibuk mengamati tehnya bahkan dia bertingkah konyol dengan sesekali
membaui tehnya.
“Suho-ya, kenapa tehnya berbentuk
aneh?” ucap Min Seok konyol.
Pletak..!!!
“Ya...apa kau tak pernah melihat
bunga lotus?” ucap Kris setelah sukses menjitak kepala sahabatnya itu.
“Ya...tak bisakah kau tak menggunakan
tanganmu itu untuk menjitak kepalaku yang jenius ini?” geram Min Seok.
“Cih...” Suho berdecak menahan
geli.
“Sajangnim ini teh yang anda
pesan tadi” seorang asisten menghampiri Suho dan menyerahkan sebuah nampan yang
berisikan benda yang sama, seperangkat pot/poci untuk meracik teh secara
tradisional.
“Aku akan meracikkan teh khusus
untukmu, jadi aku harap kau bisa menikmatinya,” ucap Suho pada bawahnnya yang
sudah pasrah itu.
“Gamsahamnida sajangnim” namja
itu tersenyun getir, sebenarnya dia tahu nasibnya setelah ini, namun dia
berusaha kuat karena inilah risiko yang harus dia tanggung untuk menjadi
anggota dari kelompok mafia.
“ Ini, minumlah, selagi
hangat” Suho menyodorkan secangkir teh
kepada bawahannya itu.
“Gamsahamnida sajangnim” namja
itu tersenyum kecut, dia menelan ludahnya dengan berat, mengumpulkan keberanian
untuk meminumnya.
“Apa yang kau tunggu? Apa kau tak
menghargai atasanmu yang sudah meracikkan teh yang spesial itu?” ucap Kris
geram.
“Cepat ayo minum! Bukankah kau
tahu kalau sajangnim itu sangat pandai dalam meracik teh?” giliran Min Seok
berceloteh.
“Cha, mari kita minum sama-sama”
perinah Suho, dan namja itupun ikut meminum teh tersebut.
“Bagaimana? Enak bukan rasanya?”
tanya Suho sambil menuangkan kembali teh ke cangkir milik Min Seok dan Kris.
Dan nampak racun dari teh
tersebut mulai bereaksi. Mulai dengan pandangan mata yang kabur, nafas
sesak,hingga mati rasa. Namja yang meminum teh tadi mulai merasakannya,
nafasnya terasa berat dan juga padangan matanya yang mulai kabur.
“Sajangnim saya permisi terlebih
dahulu” ucap namja itu, karena sudah tak tahan dengan keadaannya, dan dia tak
ingin mati konyol di depan atasannya yang kejam itu.
“Apakah kau baik-baik saja?
Bukankah jamuan teh kita belum selesai?” tanya Suho.
“...” hening tak ada jawaban dari
namja itu, dia bergegas menetup pintu, dan terkulai lemas di balik pintu
“Apakah lidahmu terasa kaku? Dan
tubuhmu mulai melemas?” tanya Suho sekali lagi, dan tetap hening tak ada
jawaban.
“Biar aku lihat dulu” ucap Min
Seok
BRAKKK...
“DIA TAK ADA SUHO-YA!” teriak Min
Seok
“Biarkan saja, dia takakan kuat
berpergian jauh, racun dari teh yang ku buat tadi sangat kuat, masih beruntung
dia tak ku bunuh langsung tadi” jawab Suho dengan entengnya.
“Cih...Kau memang tak pernah
berubah, kau selalu saja menghabisi nyawa dengan cara yang halus” ucap Kris
sambil menyesap tehnya.
Aiko POV
Sekolah hari ini sangat ramai,
bukan karena ada event spesial, tetapi hari ini seluruh sekolah di gegerkan
dengan kepulanganku dan Sehun. Sengaja Sehun berangkat lebih pagi dan
menungguku di gerbang, sepertinya dia hafal betul kebiasaanku.
“ Hai, bagaimana lukamu, apa
sudah sembuh?” ucapnya basa basi lalu tiba-tiba dia berusaha untuk merengkuh
tubuhku.
BRUMM...BRUM...BRUM...
Sekelompok namja dengan sengaja
menggeberkan motornya tepat di hadapan kami. Dan GREP... Sehun berhasil
memelukku, melindungiku dari kepulan debu yang berterbangan akibat ulah
sekelompok namja iseng itu.
Deg...Deg...Deg...jantungku,
jantungku mengapa berdegup seperti ini. Wangi
mint yang menyeruak dari tubuhnya dapat aku cium dengan sangat amat jelas, dan
oh tidak, jangan katakan kalau aku mulai kecanduan dengan wangi tubuh ini.
Sesegera mungkin kembali menuju alam sadarku.
“Yak, apa yang kalian lakukan
eoh!” teriakku kesal sambil menepuk-nepuk bajuku yang di penuhi debu karena hal
tadi.
“Yak Aiko, kau tak apa-apa kan?”
ucap Sehun seraya membersihkan tubuhku dari terpaan debu.
“Ne...Ne...gwenchana” aku
tergagap lalu aku berusaha melepaskan tangan Sehun dari pundakku.
Sejak kejadian itu, hampir
seluruh siswa penghuni sekolahan ini menjadi heboh bahkan tak sedikit para
siswi yang mendeklarasikan diri mereka sebagai fans Oh Sehun mencibirku. Dan
itu sungguh membuatku tak nyaman. Dengan tetap bersikap dingin, sesuai dengan
kepribadianku, aku berjalan menuju kerumunan yeoja yang sedang heboh di pintu kantin.
“Ckckckck...apa tak ada namja
lain selain Oh Sehun?” gumam Hye Rin. Mungkin Dia memiliki perasaan yang sama
kesalnya denganku.
Setelah mengambil makanan yang
tersedia, aku dan Hye Rin memilih menikmati santap siang ini di bangku sudut
kantin dekat jendela. Lokasi yang pas unutk menikmati santap siang sambil
menikmati kesibukan yang menjadi pemandangan menarik dari balik jendela.
“Aiko, bagaimana keadaan lukamu?
Aku dengar kau dan Sehun diserang sekelompok orang yang tak dikenal?” tanya Hye
Rin sambi menguyah makanannya.
“Sudah membaik” jawabku dingin.
“Oh ya, aku juga dengar kalau
Sehun yang mengobati lukamu? Bagaimana bisa? Bukankah lukamu letaknya di
punggung, apa kau?” tanyanya lagi dan sebelum dia bertanya hal yang tidak-tidak
aku bungkam mulutnya dengan sepotong daging.
“Sudahlah cepat lanjutkan makan
siangmu”
“Aish jinjja” dia menggurutu tak
jelas.
“Ya...liatlah, dia sangat keren
bukan?” teriak salah seorang yeoja yang membuat teman-temannya ikut bergerombol
mendekatinya.
“OH SEHUNNNN...!!!!” teriak
histeria salah seorang diantara mereka.
“Tsk, Brisik sekali” Aku berdiri
dan memberi isyarat pada Hye Rin untuk pergi dari tempat ini.
Jam pelajaran selanjutnya adalah seni,
dan di sini kami bebas untuk memilih seni musik, seni tari atau seni rupa. Aku
dan Hye Rin memilih mengikuti kelas seni tari.
Satu..dua...tiga...empat...
Seongsaenim memberikan contoh
gerakan menari. Aku memperhatikannya dengan seksama. Berusaha merekamnya dalam
ingatanku. Kelas seni kali ini serasa cepat berlalu, dan selebihnya adalah
kelas metematika, hanya saja aku yakin guru sialan itu kembali telat atau
bahkan tidak datang.
“Ah, Aiko, kau mau minum? Aku
akan membeli minum” Hye Rin setengah berteriak dari ujung pintu.
“Ya, aku mau,” jawabku, lalu ku
edarkan pandanganku ke sekeliling ruangan, hingga akhirnya aku melihat sebuah
shinai. Otomatis aku melangkah mendekati benda tersebut. Tanganku terulur untuk
mengambilnya. Sedikit berlatih aku memulai menggerakkan tubuhku. Ku ayunkan
shinai, aku anggap shinai yang ku pegang ini adalah samurai yang biasa ku
gunakan untuk berlatih.
Sehun POV
Aku kembali ke ruang seni tari,
ruangan serba guna yang bisa digunakan unutk kelas seni tari ataupun untuk
berlatih klub beladiri. Aku kembali ke ruangan itu untuk menggambil ponselku
yang ketinggalan.
Sejenak ku hentikkan langkahku.
Ku lihat Aiko sedang berlatih. Tapi tunggu sebentar, dia berlatih kendo? Tetapi
gerakkannya bukanlah gerakkan kendo. Ku putuskan unutk memasukki ruangan
diam-diam, dan sepertinya Aiko sangat menikmati latihannya hingga tak menyadari
kehadiranku.
“Omo...sehunna...sedang apa kau
disini?” Hye Rin terkaget.
“ssttt....diamlah” aku
menggedikkan bahuku kearah Aiko.
“Woahh...” Hye Rin ternganga
melihat Aiko yang begitu anggunnya berlatih pedang.
“CCKK,,diamlah di sini, dan
nikmatilah pertunjukkan selanjutnya” aku meninggalkan Hye Rin yang masih
terpaku dengan apa yang dia lihat.
Aku mendekati Aiko, dan Sret...
dengan otomatis dia menyadari seranganku, gerakannya mulai berubah menjadi
gerakkan pertahanan. Dan sepertinya ini akan menjadi pertandingan yang seru.
Aku mengikuti alur yang dimainkan oleh Aiko, sambil sesekali memberinya
serangan. Namun serangan-serangan yang ku lakukan selalu berhasil dia tangkis.
“Kau, apa yang lakukan?” ucapnya
sambil tetap mengayunkan shinainya.
“Tentu saja berlatih bodoh!” aku
kembali menyerangnya.
“Tsk, banyak
alasan...HYAAAA....!!!” Aiko berteriak sambil mengayunkan shinainya kearahku,
namun aku tangkis dan ku balikkan posisi sekarang, hingga dia berada dalam
kuasaku.
“Aku memang punya sejuta alasan
untukmu Kim Aiko” ucapku seduktif sambil menahannya agar tetap berada dalam
kuasaku.
“WOAHHH DAEBAKKKK...!!!” Hye Rim
memberikan standing appluse kepada kami.
“Ya menyingkirlah, badanmu berat”
Aiko mendorong tubuhku hingga aku terguling ke sampingnya.
Aku bangkit dan memberikan senyum
kudaku untuk membalas tepuk tangan dari Hye Rin.
“Ah...ini bukan apa-apa” ucapku
sambil menggaruk tengkukku yang tak gatal
“Cih, percaya diri sekali, bukan
kau tapi Aiko” ucap Hye Rin sebal.
Ku lihat Aiko tersenyum kecut
sementara aku melongo mendengar jawaban dari Hye Rin, kemudian ke dua yeoja itu
pergi begitu saja tanpa mempedulikan nasibku.
“YA...AIKO...KAU MAU KE MANA? SETIDAKNYA
OBATI DULU LUKAKU, LIHATLAH PUKULANMU MEMBUAT TUBUHKU MEMAR-MEMAR!” aku terus
mengomel sambil mengikuti Aiko, sementara gadis itu tetap saja diam dan tetap
melanjutkan langkahnya.
Luhan POV
“Apa yang kau maksud Lay?” aku masih belum mengerti dengan penjelasan
Lay. Terlalu rumit memang penjalasan yang dia berikan. Dan ini adalah yang ke
tiga kalinya dia memberikan penjelasan untuk kasus yang sama kepadaku.
“Aishhh jinjja, kau ini” Lay
mulai frustasi karena aku tetap tak mengerti juga.
“Kau tahu penjelasanmu itu
sungguh membuatku pusing, jadi langsung ke intinya saja,” aku juga mulai
frustasi dengan penjelasan dari Lay.
“Jadi intinya begini, dia, pelaku
pembunuhan itu menggunakan racun tumbuhan yang menimbulkan efek yang sama
dengan racun yang ditimbulkan oleh bahan kimia,” jelasnya singkat.
“Ahh aku mengerti sekarang. Tapi
bagaimana racun itu bisa masuk?” tanyaku balik, dan membuat Lay semakin
frustasi.
“KAU XI LUHAN!!!” dia benar-benar
frustasi sekarang. Sementara aku hanya tersenyum, nyengir tak jelas, aku
benar-benar blank sekarang.
“Jangan tersenyum seperti orang
bodoh! Cukup Chanyeol saja yang melakuakan hal itu, dan kau jangan menambah
daftar orang bodoh dalam kamusku karena satu orang saja seperti Chanyeol sudah
cukup membuatku pusing” jelasnya sambil mengutak-atik komputernya.
“Lalu dari mana kau bisa
menyimpulkan hal itu? Dari mana kau tahu?” tanyaku oenuh selidik.
“Itu” Lay menunjuk ke arah
seorang namja yang sedang tertidur diatas meja observasi.
“Siapa dia?” tanyaku
“Dia aku temukan di pinggir jalan
tak jauh dari supermarket yang biasa kita kunjungi. Saat aku menemukannya
tubuhnya sangat pucat dan dingin, bahkan dia juga memuntahkan darah. Aku rasa
dia seorang korban, makannya aku bawa dia ke sini” jelasnya
“Bodoh! Kalau dia mata-mata bagaimana?”
aku sedikit kesal dengan tindakkan ceroboh Lay.
“Tenanglah, aku tak menunjukkan
markas kita, aku hanya membawanya ke ruang kerjaku, bukankah markas dan ruang
ruang kerjaku ini letaknya lumayan jauh? Lagi pula siapa yang akan mengira
kalau tempat ini adalah markas kelompok intelejen?” jelas Yixing berusaha
meyakinkanku.
“Baiklah aku percayakan padamu”
Aku pergi meninggalkan ruangan Yixing.
“Ah...agasshi, kau sudah sadar?”
ucap Yixing dan refleks aku menghentikkan langkahku.
Sepertinya aku pernah melihatnya....
TBC (Again) ya readers,,,hehehehe....
Author udah capek ngetiknya. Bagaimana? Jelek ya ceritanya? Mononton
banget ya?, kasih komennya ya, dan likenya jangan lupa, di tunggu part
selanjutnya ya...?!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar