Title : on the rainny days
aothor : yeohwa
aothor : yeohwa
genre : romantic,sad,and other (lumayan geje)
cast : member B2st (DooJoon,KiGwang,Hyunseung,YoSeob,JunHyung,DongWoon)
****
Annyeong chingu,
perkenalkan penulis baru nih,tapi sebelumnya minta maaf ya kalo ceritanya agak geje
tapi semoga fanfic ini dapat menjadi hiburan bagi chingu deul
selamat menikmati ceritanya...
Mentari kembali menyapa. Dengan sinarnya yang menerobos masuk dibalik
tirai, mentari mulai nakal dan seolah ingin membuat mataku untuk segera terbuka
dan bergegas ke sekolah. Pagi ini sungguh membuatku malas berangkat ke sekolah.
“Ayo Yoo Ri bangun, matahari sudah mulai beranjak tinggi” seret umma sembari melepaskan cover bed tebal yang
menyelimuti tubuhku
“Ne,,,”jawabku dengan nada sedikit malas
Meski sudah terbangun tapi mataku masih saja tertutup rapat dan tak ingin
terbuka. Sebentar saja ku duduk di kursi dapur sebelum tubuh ini ku guyur
dengan air. Langkah gontai seperti orang mabuk akhirnya mengantarku ke kamar
mandi, tempat dimana aku bisa bebas bernyayi ria.
Puas rasanya aku mengguyur tubuh ini dengan air. Segar sekali rasanya.
Bergegas aku mempersiapkan segalanya sebelum oppaku berteriak dengan nada do
tingginya. Buku catatan dan alat tulis serta bekal buatan umma ku masukkan ke tas, setelah berpamitan dengan umma aku begegas berlari menuju oppa yang sudah siap dengan mobil
merahnya.
“Kau ini, selalu saja terlambat. Kau tau ini sudah jam berapa hah…?!!”
omel Doo Joon oppa dengan gaya
matanya yang melotot, tapi bagiku oppa tetap saja baik meskipun ia kerap
memarahiku.
“mian, semalaman aku
mengerjakan tugas jadi bangunnya kesiangan” jawabku dengan nada sedikit manja
“ya sudahlah, kau sudah siap? Tak ada yang tertinggal?” tanya Doo Joon oppa sembari mengacak-acak rambutku
“ah,,,oppa jadi berantakkan
tau,,” kataku sedikit kesal karena tatanan rambutku yang sudah tata selama 15
menit harus sedikit berantakkan karena tangan jahil oppaku tersayang
Cukup 45 menit saja akhirnya sampai juga ke sekolah. Bergegas ke kelas
dan mengikuti setiap pelajaran dengan sungguh-sungguh itulah hal yang harus
dilakukan saat ini. Dengan penuh perjuangan akhirnya aku mampu bertahan hingga
bel istirahat berbunyi. Bekal yang sudah umma
siapkan aku buka bersama teman-teman di halaman belakang sekolah. Sup rumput
laut, nasi daging dan telur dadar adalah menu makan siang kali ini. Umma sengaja membawakan dengan porsi yang sidikit
banyak karena oppa juga sering makan
bersama denganku.
“Yoo Ri-ah….” Panggil Doo Joon oppa
sembari melambaikan tangannya
“ne….kemarilah” balasku sembari
melambaikan tangan juga
“Doon Joon-ah, siapa dia?” tanya So Ran, sahabatku
“Oh ya, kenalkan dia Dong Woon,
dia pindahan dari Amerika tapi dia asli warga Negara Korea” jawab oppa
sambil menagajak Dong Woon berkenalan dengan kami.
“Anneyonghaseyo,, Yoo Ri imnida,” sambil membungkukkan badan aku
memperkenalkan diri pada pria itu
“Anneyonghaseyo, So Ran imnida, sahabatnya Yoo Ri”
“Anneyoghaseyo, Dong Woon imnida” balasnya yang juga sambil
membungkukkan badan
Seperti biasa kami makan siang bersama, tapi karena kali ini oppa mengajak teman barunya suasana
makan siag kali ini jadi semakin seru saja. Banyak hal yang Dong Woon ceritakan
kepada kami, terutama kehidupannya selama di Amerika. Dong Woon lahir di Korea
tapi ketika kelas 5 SD sia harus pindah ke Amerika mengikuti appa dan umma-nya yang seorang pengusaha yang bisnisnya berkembang pesat di
Amerika.
Perkenalanku dengan Dong Woon ketika makan siang ternyata membawa hal
baru dalam hidupku. Entah mengapa aku merasa secepat itu akrab dengan orang
lain, padahal sebelumnya aku adalah perempuan yang cuek terutama terhadap orang
baru kukenal. Apa karena dia adalah teman dari oppaku? Tapi yang jelas aku merasa seperti mempunyai seorang
malaikat yang selalu membuatku tertawa.
Hari-hari ku lalui seperti biasa sekolah, ekschool dan les vocal. Mungkin
ini terlihat membosankan tapi sebenarnya tidak sama sekali, karena semua hal
yang ku akukan adalah pilahnku sendiri. Selain itu sahabatku So Ran juga
megikuti les dan ekschool yang sama denganku sehingga semuanya menjadi sangat
menyenangkan.
Hari ini tidak seperti biasanya oppa
mengajakku pergi dengannya untuk melihat oppa
latihan sepak bola. Dan di sana aku bertemu dengan Dong Woon, aku dititpkan
ke Dong Woon oleh oppa. Dia memang
selalu menitipkan aku pada sahabatnya setiap kali aku ditinggal olehnya. Pernah
suatu hari ketika kami sedang jalan-jalan bersama dengan teman oppa, dia lalu menitipanku pada
sahabatya,
Hyun Seung,
katanya sih aku adalah adik perempuan satu-satunya jadi dia tidak mau kalau aku
hilang apalagi sampai lecet sedikit saja. Memangya aku ini bayi yang belum tahu
apa-apa atau mobil oppa yang tergores
sedikit saja lalu lecet dan marah-marahnya samapai berhari-hari. Tapi apapun
itu yang jelas dia memang sangat menyayangiku.
“Tolong ya Dong Woon-ah,jaga dia jangan sampai hilang..” perintahnya
kepada temannya sambil mengulurkan tanganku ke tangan Dong Woon diiringi raut
muka yang mengejek ke arahku
“Ne,tenang saja hyung aku akan menjaganya dengan baik”
jawabnya sambl memegang tanganku erat
Aku hanya bisa terdiam memasang muka sok imutku sambil melotot kearah oppa. Pantas saja oppa mengajakku, ternyata hari ini adalah pertandingan ujicoba yang
dilakukan oleh sekolah kami dengan sekolah sahabat. Aku sungguh bangga
mempunyai oppa seperti dia, tak hanya pandai memasak dia juga
pandai olah raga dan dia sangat sayang padaku.
“Yoo Ri-ah kau sengaja masuk ke SMU ini supaya bisa bersama kakakmu atau
karena SMU ini terkenal dengan segudang prestasinya?” Tanya Dong Woon yang
berusaha mnecairkan suasana
“Ehmmm,,,karena keduanya, karena ketenaran SMU ini dan karena oppa yang juga bersekolah di sini”
jawabku singkat
“Lalu…” tanpa sengaja kami berdua melontarkan kata yang sama secara
bersamaan, dan membuatku jadi malu.
“Mian kau duluan saja” tawar
Dong Woon
“Anniya kau saja oppa” balasku
“baiklah, lalu mengapa kau mengambi ekschool musik?” tanya lagi
“karena aku suka sekali dengan music, music adalah sesuatu yang hidup dan
bisa membuatku menjadi hidup. Sejak kecil aku dan oppa sudah menyukai music,
tak jarang kami sering bermain piano dan gitar bersama bahkan kami juga sering
bernyayi bersama di rumah. Apa kau juga mengikuti ekschool music?” tanyaku
kembali untuk membuat suasana menjad lebih akrab
“Ne aku juga ikut ekscool itu,
sama seperti kau aku juga mencintai music, tetapi selain itu aku juga mengikuti
ekschool dance,sama seperti Doo Joon” jawabnya
Obrolan-pun terus berlangsung hingga akhirnya semua mata tertuju kepada oppa yang sedang menggiring bola kearah
gawang lawan. Dan dengan sedikit gocekan oppa
akhirya menciptakan skor, goal yang dia bawa berhasil menembus pertahanan lawan
dan menjebol gawang lawan. Sorak penonton pecah seketika itu juga apalagi
peluit panjang dari wasit tanda permainan berakhir ditiupkan. Semua bersorak
gembira terutama perempuan-perempuan penghuni kelas 3, perempuan-perempuan
teman-teman oppa yang dengan setia
menunggu oppa bermain bola. Aku heran
mengapa oppa mempunyai banyak fans
perempuan, apa karena tampangnya yang tampan atau karena kepandaiannya dalam
menari dan bermain bola?
“Chukkae Doo Joon-ah….” Ucap salah seorang perempuan
yang berada di saping oppa-ku persis
Senyuman dari oppa langsung
membalas ucapannya. Dan tak lama kemudian perempuan-perempuan lain yang
menggila mulai berdatangan dan meminta foto atau sekedar mengucapkan selamar
kepada oppa dan teamnya.
Ini masih belum seberapa jika dibandingkan oppa
ketika dia dan teman-temannya
mengikuti pertandingan dance, waaaahhhhhhh seperti seorang bintang saja oppa dan teman-temannya langsung di kerubuti
perempuan-perempuan.
“Doo Joon-ah……..ahhh…. Doo Joon…!!!!” teriak salah seorang fans perempuan
yang terhimpit diantara fans-fans yang lain.
Tapi seolah tak mendengarnya oppa langsung saja pergi berlalu dari mereka dan
berganti baju lalu bergegas menghampiri kami. Sekolah kami memang terkenal
dengan segudang prestasinya, maka tak heran jika sekolah kami menjadi favorit
dan mempunyai banyak penggemar terutama para siswa dari ekschool dance, menyayi
ataupun ekschool yang berkaitan dengan olah raga sudah bisa dipastikan mereka
mempunyai penggemar diluar sana.
“Dong Woon…..!!!!” panggil oppa sembari melambaikan tangannya lantas berlari
kecil menuju tempat kami duduk.
“Ya !!!!… kemarilah, kamu
memang hebat hyung aku rasa kau pantas menjadi atlet sepak bola.
Kau sangat berbakat.” Puji Dong Woon pada hyung-nya
“ah tidak, kau ini berlebihan, kau juga waktu kemarin aku melihatmu
bermain piano dan kau juga berbakat dalam hal menyanyi.” Balas Doo Joon
Senyum simpul malu-malu terukir di wajah Dong Woon. Dan itu sangat lucu
di mataku hingga ku juga ikut tersenyum simpul merasa geli melihat tingkahnya.
“Oh ya, hyung adikmu ini
orangnya asik juga ya, dia sangat lucu dan juga dia mudah sekali bergaul dengan
orang lain.”
“Apa kau bilang???!! Aku tak salah mendengarnya???!!!” celetuk Doo Joon
sambil memasang muka ledek
“OPPPAAAAAAA…!!!” aku membalasnya dengan teriakan kecil karena
aku kesal oppa selalu memperlakukanku seperti itu didepan
teman-temannya. Pukulan kecilpun mendarat di lengan oppa yang lumayan keras untuk dipukul olehku, maka tak salah justru
tanganku yang merasa sakit jika memukulnya.
“Sudahlah,” lerai Dong Woon sembari tertawa melihat tingkahku yang
seperti anak kecil.
“Oh ya Yoo Ri, hari ini aku ada urusan sebentar dengan teman-teman
danceku, apakah kau mau ikut?, dan kau DongWoon,
hari ini ada seleksi untuk mengikuti dance competition di Busan, dan kau
harus mengikutinya karena ku lihat kau sangat berbakat.” Ucap Doo Joon
“aku ikut denganmu saja oppa
dari pada akau harus di rumah dan tak ada pekerjaan lebih baik ikut denganmu”
jawabku atas pertanyaan oppa
“baiklah hyung aku akan ikut,
sudah lama aku tak mengikuti kompetisi seperti ini” jawaban Dong Woon pertanda
setuju.
Tanpa basa-basi kami bertiga langsung menuju tempat audisi berlangsung.
Tempatnya yang cukup jauh dari tempat kami semula berada meskipun masih dalam
satu lingkungan sekolah tapi karena luasnya sekolahan kami, membuat oppa Doo Joon dan Dong Woon harus memindahkan kendaraan
mereka ke tempat parkir yang lebih deat dengan tempat audisi. Di sana Jung Hyung,
Hyun Seung, Yo Seob dan Gi Kwang sudang menanti. Mereka merupakan teman akrab oppaku, Doo Joon, tetapi baik mereka
ataupun oppa sudah tak perlu mengikuti
audisi karena mereka merupakan team tetap dari dance sekolahan kami tidak hanya
team oppa tapi juga ada team yang
lain yang juga team tetap dari sekolah kami. Audisi hanya diperlukan bagi
member baru dari ekschool dance dan ingin mengikuti kompetisi.
Aku langsung mengambil posisi duduk yang nyaman dan bisa melihat para
peserta audisi menunjukkan kemampuan mereka dihadapan juri. Disampingku oppa duduk dengan santai sambil meminum
softdrink-nya bersama teman satu teamnya. Mungkin oppa cukup lelah karena tanpa istirahat yang cukup setelah
pertandingan ujicoba tadi dia langsung menuju ke tempat ini.
“Yoo Ri-ah, kau ikut dengan hyung kemari?
Tumben? Apa kau juga akan mengikuti audisi ini?”tanya Yoseob setelah mencubit
pipiku
“ oppa….jangan suka mencubit
pipiku ahh…bukankah pipimu itu juga bisa kau cubit sendiri…” balasku sambil
membalas cubitan Yoseob.
“Kau ini, semakin menggemaskan saja,,,jawab dulu pertanyaanku anak
kecil…”ledeknya lagi
“auuwww…ooppppaaaa…!!! anniya aku kesini hanya ikut dengan Doo
Joon oppa saja, karena tadi aku ikut
dengannya untuk melihat pertandingan ujicobanya. Dan kau tahu apa yang terjadi
disaat pertandingan yang seru tadi…????” ucapku dengan muka yang serius untu
meledek oppa yang satu ini, karena aku tahu dia paling
gampang sekali dibohongi.
“Apa apa apa???? Apakah hyung kalah
atau cedera atau dicurangi?” tanya Yoseob penasaran
“Oh tidak….bukan itu ini lebih parah lagi…”jawabku dengan muka yang lebih
serius lagi
“ lalu apa?”
“oppa Doo Joon
emmmm….dia….dia….dia….dia menang…..hahahhhahahaha” jawabku dengan tertawa
“ah kau ini kan dia memang sudah sepantasnya mendapatkan kemenangan itu,
karena dia adalah hyungku yang sangat
berbakat dalam hal sepak bola, dia adalah pemain sepak bola favoritku di SMU
ini,” Puji Yoseob sambil belagak menceremahiku
“ohhhh jelasss oppa siapa
dulu..” jawabku sambil menyombongkan diri.
“hai anak kecil makan ini,kau pasti lapar kan?” Ucap Jun Hyung sambil
memberikan sebungkus roti padaku
“Gumawo oppa…kau tahu saja kalau aku sudah lapar dari tadi” balasku sambil
menerima roti coklat kesukaanku.
Mereka memang tahu apa kesukaanku karena mereka adalah sahabat-sahabat
Doo Joon oppa dan mereka juga sering
bermain ke rumahku bahkan tak jarang aku juga sering meminta mereka mengajariku
dalam hal bermusik ataupun pelajaran disekolah. Jun Hyung yang terlihat judes
dan galak sebenarnya sangat baik dan dia selalu menjagaku ketika aku ditinggal
oleh Doo Joon oppa dan aku dititipkan
ke dia. Hyun Seung, dia sebenarnya sebaya denganku, tapi karena kepandaiannya
yang melebihi anak seusiaku sehingga waktu SMP dia dipindahkan ke kelas
Akselerasi atau kelas percepatan sehingga dia lulus lebih dulu dan masuk ke SMU
yang sama dengan oppaku. Sementara
itu Gi Kwang dan Yo Seob adalah siswa kelas akselerasi di SMU kami sehingga
mereka sekarang berada satu tingkat dengan oppaku.
Oppa dan teman-temannya sibuk
dengan pembicaraan mereka. Mereka mulai mendiskusikan tentang peserta audisi
yang lain, salah satu diantara mereka yang ikut audisi akan menjadi anggota di
team oppa sehingga jumlah mereka
menjadi genap 6 orang. Karena terlalu lama menunggu akhirnya aku putuskan untuk
beralan-jalan sebentar melihat-lihat lingkungan diluar tempat audisi.
Aku berjalan menuju lapangan basket yang tempatnya tidak jauh dari tempat
audisi. Disana ada sahabatku ternyata yang sedang menemani kekasihnya berlatih
basket. Dan aku langsung saja menghampirinya. Aku terlarut dalam pembicaraan
sampai aku tak sadar bahwa akau sudah terlalu lama menngalkan oppa dan mingkin dia sudah menungguku.
RINNGGGGG…..RRIIIINGGGG…!!!!!
Ponselku berdering. Mungkin ini telepon dari oppa yang telah menungguku. Dan ternyata benar oppa meneleponku
“Ne oppa,,ada apa?” ucapku
“Yoo Ri-ah, kau dimana? Aku tunggu kau di tempat ku memarkirkan mobil,
cepat ya..!” omel oppa.
Belum sempat aku menjawab dia sudah menutup teleponnya, dasar orang
pelit, mentang-mentang ngirit pulsa pulsa puas mengomel langsung menutup
telepon. Di tengah perjalanan menuju tempat oppa
berada aku mrasa pusing tiba-tiba
saja pandanganku seperti berputar-putar. Aku mencoba untuk membenarkan
pandanganku, aku mengucek mataku, ku pejamkan sebentar lalu ku buka lagi dan ku
mencoba untuk melihat sekitarku, sedikit berkurang rasa pusing ini. Aku
melanjutkan langkahnku namun tiba-tiba pandanganku kembali berputar, apakah ini
kibat dari aku belum makan atau karena aku terlalu lelah karena akhir-akhir ini
jam tidurku semakin sedikit.
“Ah,,kenapa dengan aku?apakah minus mataku bertambah lagi?atau aku belum
makan?ah kalau begitu aku akan meminta oppa
untuk mengantarku makan sebentar” gumamku sendiri
Perlahan akau melangkah menuju oppa.
Oppa yang sedari menunggu dan ingin
megomel karena lahku yang suka menghilang akhirnya urung setelah memperhatikan
langkahku yang seperti orang mabuk.
“Yoo Ri-ah, kau tidak apa-apa?apa kau sakit?” tanya Doo Joon oppa
“Ya anak kecil kau seperti
orang sakit?” tanya Gi kwang
“Anniyo oppa aku tidak
apa-apa?”
“Jinjja?” tanya oppa yang berusaha meyakinkanku
“Ne, jeongmal oppa. Tenang saja
mungkin aku terlalu lapar sehingga aku terlihat seperti orang sakit seperti
ini” jawabku sambil berusaha menenangkan diri
“baiklah kalau kau merasa sehat, oh ya kebetulan kami akan makan siang
lebih baik kau juga makan sekalian bersama kami” tawar YoSeob
“ne, aku ikut saja” jawabku
sambil menganggukan kepala
“Oh ya, Dong Woon, kau juga
ikut saja dengan kami sekalian kau bisa berjalan-jalan bekeliling tempat ini”
ajak Hyun Seung pada Dong Woon
“Gumawo, dengan senang hati aku
akan ikut.” Jawab Dong Woon seraya membungkukan
badan
Tanpa basi-basi lagi kami langsung meluncur ke tempat makan siang
favaorit kami, sebuah kedai makan dengan menu andalan daging panggangnya dan
kimchinya yang enak. Butuh waktu 30 menit untuk sampai ditempat itu. Sapaan
hangat dari paman penjaga kedai menyambut kedatangan kami. Oppa memang sudah menjadi
langganan tetap kedai ini hingga paman dan bibi penjaga kedai hafal betul
dengan menu favorit oppa.
“Hwanyeonghamnida…seperti
biasakan?” sapa paman penjaga kedai
“Ne… kali ini untuk 7 orang,,”
balas Hyun Seung
Tempat di pinggir jendela dengan pemandangan laut yang indah disiang itu
menjadi tempat pilihan kami bersantap siang. Aku memandang lautan dan ingin
sekali rasanya aku bisa bermain dengan ombak yang sedari tadi melambai
memanggilku untuk bermain bersamanya. Tidak beberapa lama pesanan kami datang.
“Ini pesanannya..” ucap bibi penjaga kedai dengn senyumnya yang hangat
sembari memberikan pesanan kami
“Gamsahamnida,,” ucap kami
bersamaan
“Oh yan Dong Woong-ah, kau
harus coba makanan disini, rasanya sangat enak” ucap YoSeob sambil mengambilkan
beberapa makanan ke mangkuk Dong Woon
“Gumawo hyung, pasti aku akan
mencoba makanan disini, sudah lama rasnya lidahku tak pernah merasakan makanan
enak asli korea” balas Dong Woon
“Oppa, selesai makan bolehkah
aku bermain sebentar ke pantai itu?” rengekku kepada Doo Joon oppa
“Ne,,” jawab oppa dengan nada sedikit ketus
Aku paham benar nada bicara oppa
kerena dia tengah asik menikmati makan siangnya. Untuk urusan makan oppa memang tak pernah kalah apalagi
jika dia makan bersama dengan Yo Seob, pasti yang lainnya akan kalah saing.
Selesai makan aku langsung berpamitan kepada oppa untuk bernmain sejenak ke pantai, kaki ini rasanya sudah gatal
ingin bermain dengan riak ombak yang telah memanggilku sedari tadi. Meski
matahari tetap bersemangat bersinar dan memberikan panasnya ke penjuru pantai
tapi aku tidak memperdulikannya. Aku tatap asik dengan pasir dan ombak. Aku tak
mengerti mengapa aku senang sekali bermain di pantai, hembusan angin dan
deburan ombak seolah menjadi melodi yang indah yang sangan menenangkan.
“ YA…Yoo Ri-ah, aku akan pulang
dahulu, apakah kau ingin pulang?” tanya Doo Joon oppa
“Anniya..!!!! nanti saja aku
ingin melihat matahari terbenam dulu, nanti aku pulang dengan taksi saja”
jawabku membalas teriakan oppa
“ baiklah kalau begitu ajak juga Dong Woon biarkan dia bekeliling sekitar
sini dan nanti kau bisa pulang bersamanya” tawar oppa
“Ne,oppa..” balasku
“YA…anak kecil…!!! jangan
hilang lagi ya..kasihan nanti kalau hyung
harus mencarimu” ledek Yo Seob
Acungan jempol dan anggukan serta juluran lidah menjadi jawabanku atas
ledekan dari YoSeob. Dong Woon lantas menghampiriku dan kami duduk berdua di bibir
pantai. Percakapan sederhana menjadi pembuka sekat diantara kami, maklumlah
kami baru saja kenal dan oppa sudah
terlanjur pecaya dengan Dong Woon untuk menjagaku kali ini. Cukup banyak yang
kami bicarakan mulai dari tempat ini sampai kebiasaan masing-masing ketika
penat menghinggap.
“Yoo Ri-ah, kau mau ini” tawar Dong Woon sambil memberika es krim yang
baru saja dia beli dari kedai tadi
“gumawo oppa, aku sangat suka
ini” ucapku sembari menerima es krim vanilla kesukaanku
Aku tak tahu kenapa dia bisa tahu es krim kesukaanku apa ini karena
kebetulan. Tak beberapa lama setelah obrolan sederhana itu tangan jahilkku
mulai beraksi. Pipi Dong Woong menjadi sasaran colekan es krim-ku. Tak mau
kalah Dong Woon membalasnya. Aku berlari menghindar. Tetapi tiba-tiba saja rasa
pusing itu datang lagi, hingga akhirnya langkahku terhenti dan Dong Woon yang
berada di belakangku menangkap tubuhku yang hampir saja terjatuh.
“Yoo Ri-ah, kau tidak apa-apa?” tanyanya sembari memgang pundakku agarku
tak terjatuh
“Gwenchanna oppa” jawabku sambil tersenyum pada Dong Woon
“Jinjja?” Dong Woon berusaha
menyakinkan
“Ne, Jeongmal oppa” jawabku
sambil menganggukan kepala
“Kalau begitu lebih baik kita pulang saja Yoo Ri, aku tajut kau
kenapa-napa” tawar Dong Woon yang sambil memapahku ke tempat kami duduk semula
“Gumawo oppa, mian telah
merepotkan, tapi sunguh aku tidak apa-apa, aku masih ingin disini sampai
matahari terbenam, aku ingin melihat matahari tengelam” ucaku sambil berusaha
menyembangkan langkahku.
“Baiklah kalau begitu aku akan menemanimu” ucap Dong Woon sambil
menuntunku untuk duduk
“Oppa kau tahu, aku sangat suka sekali dengan matahari
terbenam di pantai, sangat indah, apalagi ditemani dengan debur ombak dan
semilir angin, seolah pantai bernyanyi untukku, tenang sekali rasanya” ucaku
pada Dong Woon
“Dan kau tahu Yoo Ri-ah aku juga
sangat menyukai matahari terbit dari balik bukit di dekat sekolahku dulu, indah
rasanya, aku sampai rela berangat pagi sekali sebelum mentari terbit dari balik
bukit, bahkan tak jarang umma memarahiku
karena aku tak sempat sarapan di rumah” balas Dong Woon
Suasana waktu itu begitu hangat, ada yang berbeda yang kurasa. Tanpa
sadar aku bersandar dipundaknya karena rasa pusing ini tak mampu lagi ku tahan.
Aku telah berusaha untuk menahannya tapi rasanya kepalaku ini sangat berat
hingga akhirnya setelah matahari benar-benar tenggelam aku meminta Dong Woon
untuk mengantarku pulang
“Oppa, tolong antarkanku pulang
sekarang,” pintaku pada Dong woon dengan menahan rasa sakit yang terus memenuhi
kepalaku
“Gurae Yoo Ri-ah, aku akan mengantarmu pulang, tapi
tolong aku tunjukan jalan ke rumahmu ya” jawab Dong Woon
“Gurae oppa, gumawo” jawabku
Dong Woon memapahku ke mobil hitamnya, dan menginjak pedal gasnya menuju
rumahku, khawatir dengan keadaanku, diam-diam dia telah mengirim sms ke Doo
Joon oppa mengenai kondisiku. Tak
beberapa lama kemudian sampailah aku dirumah dan Dong Woon menggendongku yang
lemah karena menahan rasa sakit ini. Doo Joon yang sedari tadi menungguku di
pintu langsung menunjukan kepada Dong Woon dimana kamarku dan aku akhirnya
tergeletak begitu saja di tempat tidur tanpa sanggup membuka mataku seketika
itu juga.
“Gomawo oppa, mian telah merepotkanmu. Seharusnya akulah yang
mengntarkanmu berkeliling daerah sini tetapi kau harus mengantarkan aku
pulang,” ucapku ambil berusaha tersenyum dan membuka mata
“Gwaenchanayo kan masih bisa
esok hari setelah kau merasa sehat lagi” jawabnya dengan senyumnya yang
berusaha menyembunyikan rasa khawatirnya.
“Yoo Ri-ah kau isirahat saja dahulu biar semua pekerjaan rumahmu kau
kerjakan esok hari saja, oh ya, apakah kau sudah makan?” Tanya Doo Joon oppa sambil membenarkan selimutku
“Gurae oppa, anniyo aku belum
makan” jawabku sambil membenarkan posisi tidurku
“aku akan buatkan bubur dan sup ayam kesukaanmu lalu kau minum obat ya,”
tawar Doo Joon oppa
Mereka berdua lantas meninggalkanku dan aku tegeletak dengan rasa sakit
yang terus menyiksa kepalaku. Doo Joon yang sebenarnya telah tahu keadaanku
berusaha menjelaskannya kepada Dong Woon. Sambil memasak bubur dan sup ayam,
dia menjelaskan semuanya kepada Dong Woon. Dia mengatakan semuanya mengapa aku
sering sakit seperti itu.
“Hyung apa sebenarnya yang
terjadi dengan Yoo Ri?” tanya Dong Woon
“Dia dulu pernah kecelakaan dan kepalanya mengalami luka yang cukup
parah, bahkan dia sempat koma selama 3 minggu karena benturannya itu, tapi
untunglah dia tidak mengalami amnesia seperti yang sering terjadi pada pasien
koma dengan trauma dikepala. Oleh karena ituah aku sangat menyayanginya, aku
tak ingin kehilanagn dia” Jawab Doo Joon sambil terus memasak
“Kasihan sekali Yoo Ri, tapi ngomong-ngomong kemana umma-mu?” tanya Dong Woon lagi
“Umma sedang menemani appa menghadiri pertemuan antar pemegang
saham” jawabnya singkat
“Oh ya Dong Woon-ah kalau haus
ambil saja di lemari es ada beberapa soft drink, kau bisa mengambiknya sendiri
sesuai pilihanmu” ucap Doo Joon lagi sambil menata bubur dan sup ke nampan
“gumawo hyung aku akan
mengambilnya nanti” jawab Dong Woon sambil membantu Doo Joon membereskan peralatan
masak
“Tak usah biarkan saja pelayanku nanti yang membereskannya” ucap Doo Joon
sambil menyingkirkan tangan Dong Woon dari panci-panci yang masih tergeletak diatas
kompor
Tanpa diperintah, Dong Woon lantas membawakan makanan buatan Doo Joon ke
kamar Yoo Ri. Doo Joon yang mengikutinya dari belakang lalu mebantu Yoo Ri
duduk dan menyuapinya bubur. Beberapa suap saja perut sudah terasa kenyang. Dan
suapan berikutnya terpaksa kutolak. Dong Woon yang sedari tadi menemaniku lalu
mebantuku meminum obat yang sudah disiapkan oleh Doo Joon oppa.
“gumawo oppa,mian aku merepotkan kalian” ucapku sambil
mebenarkan posisi tidurku lagi
“Gwaenchanayo Yoo Ri,
istirahatlah supaya cepat sembuh, annyeonghijumusipsio”
jawab Dong Woon
Sementara Doo Joon oppa
membereskan selimutku, Dong Woon membawa mangkuk makanku ke dapur. Kembali aku
berada dalam kesendirian dengan ditemani rasa sakit ini. Aku berusaha untuk
kuat, aku tak ingin lemah lagi seperti dulu. Aku berusaha memejamkan mata, berusaha
untuk menerbangkan diriku ke alam mimpi yang indah, dimana semuanya terasa
sangat menyenangkan.
Jam telah menunjukkan pukul 20.30 tapi umma dan appa belum juga
pulang. Doo Joon mengajaka sahabatnya ngobrol di halaman belakang sambil
menikmati semilir angin musim semi yang begitu sejuk. Dong Woon yang sama
sekali belum mengetahui apa-apa mengenai daerah ini dan juga sekolah barunya
saat ini berusaha mencari tahu dari Doo Joon. Mulai dari beberapa mata
pelajaran yang belum ia ketahui hingga peraturan-peraturan yang akan ia hadapi
selama ia disini.
“Doo Joon-ah mana Yoo Ri?” tanya umma
yang ternyata sudah pulang
“Apa dia sudah tidur? sayang sekali padahal aku membelikannya panganan
kesukaannya” ucap appa sambil
melonggarkan dasinya lalu pergi begitu saja menuju kamarnya.
“ne, appa dia sudah tidur,umma, Yoo Ri kembali merasakan sakit dikepalanya, aku khawatir
dengannya tapi tadi aku sudah memberikannya obat yang dulu dokter berikan
kepada Yoo Ri” jawab Doo Joon
“Apa sekarang dia baik-baik saja? Oh Doo Joon-ah siapa dia?temanmu?”
tanya umma lagi
“Ne umma, kenalkan dia teman
baruku, dia baru saja pindah dari Amerika” jawab Doo Joon sambil memperkenalkan
Dong Woon kepada umma
“oh ajumma, annyeonghaseyo, Dong
Woon imnida” jawab Dong Woon sambil membungkukkan badan
“Panggil saja aku umma seperti
teman-teman Doo Joon yang lain, silahkan lanjutkan belajar kalian” ucap umma sambil berlalu pergi dari kami
“gumawo,gurae umma” balas Dong
Woon
“Hyung sepertinya aku harus pamit sekarang, aku takut
kalau kemalaman karena aku tak hafal jalan pulang kerumah karena aku masih
terasa asing disini” pamit Dong Woon
“Gurae, Annyeonghi
gasipsio ” balas Doo
Joon
******
TBC
Mian ceritanya sampai sini dulu ya,,,
kalau author sudah ada waktu lagi author janji deh dilanjutin lagi
kalau author sudah ada waktu lagi author janji deh dilanjutin lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar