Author : Yeonhwa
Cast : Kim Hanbin (B.I iKon), You
Genre : Romance (litte), fluff (little)
Rated : General
Length : Ficlet
Disclaimare : iKon member milik Tuhan sedangkan alur cerita milik
author
Sorry for typo(s), i hate copy paste and also plagiarism
Happy reading ^^
Untuk yang kesekian kalinya
Hanbin harus menjalani masa-masa sulit sebelum memulai debutnya. Tak kupingkiri
rasa kecewa dan kesal kerap menghampiri tapi semuanya ku tepis, aku percaya
setelah ini dia akan terlahir menjadi seorang bintang yang paling bersinar.
“Unnie kajja” tangan mungil
Hanbyul menarikku untuk memasukki bangunan yang menjadi konser pamungkas acara
survival yang dia ikuti. Kejam, itulah hal yang ku tangkap dari dua acara itu.
Tapi bukan Hanbin namanya kalau dia menyerah begitu saja, karena Hanbin yang ku
kenal adalah Hanbin yang kuat.
Riuh tepuk tangan disertai
teriakkan menggema di seluruh penjuru pentas. Semuanya meneriakkan nama
idolanya. Dan bagikku Hanbin adalah satu-satunya bintang yang ku idolakan. Terlebih
saat VCR Hanbyul dan bibi Kim di tayangkan. Sebanyak inikah fans wanitamu?
Mungkin aku harus lebih melebarkan hatiku agar tak di penuhi oleh rasa cemburu.
Acara diakhiri dengan penampilan
super dari mereka, dan sepanjang acara itu pula rasa kagum dan bangga tak
henti-hentinya mengalir pada mereka. Satu perasatu muncul dari balik anak
tangga, aku tak sabar ingin memeluknya erat, Hanbin, pria yang telah lama
mengisi kurindukan.
“Aigoooo” bibi Kim sedikit
berteriak melihat kehadiran putranya, melupakkan Hanbyul sejenak yang masih
dalam gendonganku.
“UMMAAA!” takut dikira bibi Kim
akan pergi, Hanbyul berteriak memanggilnya. Dia meminta untuk turun dari
gendonganku dan berlari menuju bibi Kim yang kini sedang memeluk erat putranya.
“Aaaa....Hanbyul-ah” Hanbin melebarkan
tangannya, menangkap Hanbyul dan menggedongnya. Menumpahkan seluruh rasa
rindunya pada adik semata wayangnya itu. Aku melihatnya penuh rasa bangga.
“Selamat” ucapku singkat, dan dia
menjawabnya dengan senyum kudanya yang khas.
Hanbin memeluk bibi Kim sejenak
tanpa menurunkan Hanbyul dari gendongannya. Dan mereka saling melepas rindu
barang sebenatar.
“Kajja” dia menurunkan Hanbyul
lau menggandeng tanganku, dan aku mengikutinya tanpa protes.
“Terimakasih” ucapnya singkat
“Untuk?” tanyaku heran
“Terimakasih karena telah datang
ke acara ini”
“Bukan masalah, aku hanya ingin
menemani bibi Kim, kasihan kalau harus pergi hanya berdua dengan Hanbyul” dustaku,
sebenarnya aku kesini karena aku merindukanmu Hanbin-ah.
“ha.....” dia menghela nafas
panjang, air mukanya berubah.
“Wae?”
“Setelah ini akan lebih berat”
kembali dia mengela nafas panjang
“Jangan khawatir semuanya pasti
akan baik-baik saja” aku berusaha unutk menyakinkannya.
Kini kami hanya berdua, dan dari
tempat ini aku bisa melihat pemandangan malam kota seoul yang indah.
“Kau tahu, pertandingan yang
sebenarnya akan segera dimulai. Dan aku masih belum mendapat kepastian tanggal
debutku”
“bukankah setelah ini kau akan di
debutkan?”
“tidak”
“lalu?”
“entahlah, yang pasti setelah ini
aku benar-benar harus bertarung untuk dapat bertahan” ucapnya dengan pandangan
lurus kedepan, entah apa yang dia lihat disana.
“kau lihat itu?” aku menunjuk
pada sebuah bintah yang kebetulan hanya ada satu yang nampak.
“aku yakin kau bisa bertahan, dan
kau bisa menjadi seperti itu, bahkan lebih bersinar dari itu” tanganku masih
menunjuk ke arah bintang itu, lalu tersenyum kearah Hanbin.
Hanbin menoleh kearahaku,lalu
tersenyum, mungkin dia merasa kata-kataku ini sangat konyol, tapi entah kenapa
setiap berada didekatnya akal sehatku selalu menghilang dan aku tak bisa
berkata-kata dengan baik dan benar, bahkan sering beberapa kosa kata yang
tersusun dalam otakku hilag begitu saja.
“bukan itu maksudku” ucapnya lalu
kembali tersenyum
“lalu?” aku menatap wajahnya
heran.
“aku tak tahu apakah aku bisa
bertahan dari rasa rinduku padamu.” Okay, kali ini kata-kata Hanbin benar-benar
membuat otakku penuh tanda tanya.
“kau tahukan, setelah ini
jadwalku semakin padat, dan mungkin aku tak bisa pulang kerumah untuk sekedar
bertemu denganmu” ucapnya lagi tanpa melepas pandangannya dariku.
Aku menunduk, mencerna semua
kata-katanya, memang benar, setelah ini survival yang sesungguhnya dimulai, dan
setelah ini aku sendiri juga tak tahu apakah bisa bertahan atau tidak dari rasa
rinduku pada Hanbin.
Aku membalikkan badan menghadap
ke arah ke ramaian di depan sana. Dan otakku kembali berpikir karena
kata-katanya. Sesaat kami terdiam, dan hampir saja aku menjatuhka cairan bening
yng sudah terkumpul di ujung mata.
“Tolong, tetaplah disampingku”
Hanbin memlukku tiba-tiba, membuat cairan bening itu menetes sempurna.
“A-“ baru saja aku akan
berbicara, Hanbin mengeratkan pelukannya,
“Diamlah sebentar. Ijinkan aku
untuk memelukmu seperti ini agar aku bisa memulainya tanpa rasa rindu yang
mendalam” dia semakin meneggelamkan kepalanya ke tengkukku.
Aku hanya bisa terdiam dan
pasrah. Walau bagaimanapun itulah jalan yang harus dilalui Hanbin, aku tidak
boleh egois, aku harus bisa menepati janjiku padanya untuk selalu berada
disampingnya, selalu memberinya dukungan.
Aku menggenggam tangannya yang
masih melingkar, berusaha menyalurkan kehangatan yang dia butuhkan menyalurkan
semua rasa rindu yang harus kami simpan entah untuk berapa lama.
END

Tidak ada komentar:
Posting Komentar