UNDER THE MOONLIGHT (Part 6)
Author : Yeonhwa
Genre : Action gagal, romance gaje
Rate : RBO (Rate apaan tuh?)
Main Cast : Kim Joon Myeon, Xi Luhan, Oh Sehun, Kim Aiko
(OC/ as You)
Annyeong readers, author datang lagi dengan kelanjutan
dari ff abal-abal yang sebelumnya udah pernah dipost. Maaf kalau author telat
ngasih sequelnya, soalnya kerjaan lagi menumpuk. Sekali lagi FF Ini murni dari
hasil pemikiran author sendiri yang lagi iseng gara-gara ketagihan nonton film
action.
Hati-hati ada typo yang bergentayangan dan ada beberapa
kata-kata kasar serta adegan-adegan yang sebaiknya jangan ditiru ya....
Happy reading dan jangan lupa RCL... ^^
Sehun POV
“Biarkan saja”
ucapku enteng.
“Tapi bagaimana
kalau...”
“SSttt...apa kau
tak percaya denganku?” aku membungkam mulut mungil Aiko. Aku mulai bisa
mendekatinya sedikit demi sedikit, dan kini aku sudah tahu bahwa di balik
sifatnya yang dingin dia juga mempunyai sifat yang sama seperti gadis
seusianya, manja bahkan kekanak-kanakkan.
Ini memang
kesalahanku dan Aiko, kami terlalu ceroboh, kami asik berlatih pedang, sampai
kami lupa kalau kami sedang berlatih bukan pada tempat yang tepat. Tepatnya
kami berlatih di ruang tari dan
“Apa yang kalian
lakukan?” tanyanya lagi
Aku dan Aiko
menggeleng kompak, mengisyaratkan bahwa ini bukan hal yang disengaja.
“Bukan itu,
maksudku itu? Apa kalian...eumm...” Hye Rin menunjuk ke arah tangan kami.
“Ah...anniya...jangan
salah...”
“euhmm...itu...aku...”
Dan skakmat, aku
dan Aiko benar-benar kehabisan kata-kata. Kali ini Hye Rin kembali menemukan
fakta yang memperkuat gosip yang beredar di sekolahan. Gosip bahwa Oh Sehun
menjalin kasih dengan yeoja dingin bernama Kim Aiko, memang berita itu
membuatku sedikit risih tapi mau bagaimana lagi, ini adalah tuntutan profesi,
sekali lagi, ini adalah tuntutan tugas, dan mau tak mau aku harus menjalaninya.
“Ini bukan seperti
yang kau pikirkan Hye Rin-ah” Aiko bersikeras menyakinkan Hye Rin.
“Ah...kalau memang
benar juga tak apa” kali ini Hye Rin malah meledek kami.
“SSSttt,,,kau ini”
aku mengancam Hye Rin dengan bogemku.
“Yak...Aiko, jangan
mau berpacaran dengan dia, lihatlah dia sungguh kejam terhadap wanita” Hye Rin
mulai mengelak.
“Sudahlah, Sehun-ah,
bagaimana ini?” dia menunjuk ke pecahan bingkai foto mendiang kepala sekolah
kami yang terdahulu, dan beliau adalah wanita yang sangat mencintai seni tari,
dan beliau juga yang medirikan ruang latihan ini.
“Tenanglah,,,emm,apa
kau ingat bentuk dari bingkainya?”
“Ya, aku ingat,
wae?”
“Setelah
membereskan ini, kau ikut aku, kita harus menggantinya”
“Tapi setelah ini
ada kelas kim seosangnim” ucap Hye Rin.
“Sudahlah ikut
saja, dan kau Hye Rin, tolong jangan katakan kepada siapapun kalau kami
membolos ne, katakan saja kalau kami sakit, dan sedang istirahat di ruang
kesehatan,arasso?!” aku mendelik ke arah Hye Rin, dan dia hanya bisa mengangguk
setuju.
“Gurae, kajja” Aku
langsung menarik tangan Aiko pergi.
“Ya....bagaimana
dengan ini?” Hye Rin berteriak
“Kau bereskan
sisanya ne...” aku memberikan kode bling pada Hye Rin.
“YA.....!!!” aku
mendengar jerit kesalnya, dan aku tak mepedulikannya.
Luhan POV
“Lay-ah, kau
yakin?” tanyaku,
“Aku yakin, aku
percaya bahwa dia bukanlah orang yang berbahaya, malah justru sebaliknya aku
yakin dia adalah korban” ucap Lay, dan kulihat dia sungguh-sungguh dengan
pendapatnya.
“Terserah kau lah”
aku mengibaskan tangan, aku menyerah, yang bisa kulakukan adalah mencoba
percaya pada Lay.
Aku melangkah
mengamati sebuah coretan di papan tulis. Entah apa itu, yang pasti hanya Lay
yang tahu. Begitu banyak angka dan rumusan kimia serta bentuk molekul, dan
sungguh membuatku pusing.
“Kau sedang
mengamati apa?” Lay mengagetkanku, dia menyodorkan soft drink, aku menggidikkan
bahu, mengarah ke coretan yang dia buat.
“Oh, itu, itu hanya
asumsiku saja, aku sedang meneliti bagaimana racun yang digunakan oleh mafia
itu bekerja, jika aku bisa menemukan titik lemahnya, bukan tak mungkin kita
bisa memecahkan kasus ini bukan?” ucapnya sambil meneguk soft drinknya.
“Euhm, maaf, kalian
ini siapa?” seseorang mengagetkan kami.
“Omo...!”
“Kau belum sembuh
benar, mengapa kau ada disini?” ucap Lay. Aku mengernyitkan dahi, mengamati
namja itu, dari atas hingga bawah, aku rasa dia seorang yang terlatih, buktinya
fisiknya saja gegap, dan satu lagi, dia memiliki abs yang lumayan bagus,
ototnya juga, mungkin dia rajin berolah raga, atau mungkin...banyak sekali
tanda tanya yang menghinggap di benakku.
“Apa yang kau
lihat?” Lay membuyarkan semuanya.
“Ah, ngomong-ngomong,
siapa namamu, aku Yi Xing, biasa di panggul Lay, dan dia, Luhan,” Lay
memperkenalkan diri.
“Ah, Annyeong,
namaku Kim Jong In” ucpanya malu-malu.
“ah...Jong Innie,”
ucap Lay sok akrab. Sementara aku, aku hanya tersenyum menanggapi perkenalan
darinya. Entahlah aku merasa tak asing dengan wajahnya, terutama matanya, tapi
ah mengingatnya justru membuatku pusing.
“Hyung....makanannya
sudah siap!” teriak Kyung Soo,
“Ye...!” balas Lay,
“Kaja kita makan Jong Innie” Lay, dia tak lupa mengajak Jong In, orang asing
yang baru saja memasuki rumah kami.
“Ah, kau sudah
membaik rupanya” ucap Kyung Soo ramah.
“Ne, gamsahamnida”
jawabnya sambil menerima semangkuk nasi dari Kyung Soo.
Aku tak begitu
menikmati makan siangku kali ini, entahlah, mungkin pikiran-pikiranku mengenai
namja asing yang berada di depanku ini telah menghilangkan selera makanku. Dan
aku rasa bukan hanya aku yang merasakan hal seperti itu, aku juga melihat Kyung
Soo yang sedari tadi mencuri pandang ke arah namja itu, Kim Jong In.
Aku meletakkan sumpit
dan membereskan mangkuk bekas makanku. Sudah menjadi kebiasaan kami jika
selesai makan maka kami akan membereskan perkakas makan kami sendiri.
“Hyung, apa kau
merasa tak asing dengan namja yang dibawa oleh Lay?” tanya Kyung Soo.
“Apa kau juga
merasakan hal sama?” tanyaku balik,
“Hyung...aku
bertanya kepadamu mengapa kau malah berbalik tanya kepadaku?” sedikit kesal
Kyung Soo melemparkan spons cuci piringnya ke bak cuci.
“Entahlah, aku juga
sedang bertanya-tanya pada diriku sendiri” jawabku sambil mengelap mangkuk-mangkuk
yang ku cuci tadi.
“Permisi, di mana
saya bisa mencuci semua ini?” ucap Jong In menghentikan percakapan kami.
“Oh, mengapa kau
bawa semuanya? Letakkan saja disitu, nanti biar aku cuci” ucap Kyung Soo. Aku
pergi meninggalkan dapur, aku tak ingin semakin berpasangka yang tidak-tidak
terhadap namja itu, karena jika aku bersama namja itu maka
pertanyaan-pertanyaan aneh mngenai namja itu muncul begitu saja di benakku dan
membuat rasa curigaku semakin besar.
“Eoh...Luhan-ssi”
sapa Jong In.
“Jangan panggil aku
seformal itu, panggil saja aku hyung atau namaku, Jong Innie” kali ini aku
berusaha ramah.
Aiko POV
“Kau mau ajak aku
ke mana?” Aku sedikit kesal dengan namja satu ini, Oh Sehun, dia selalu saja
hadir di saat yang benar-benar tak ku harapkan.
“Sudahlah, ikuti aku”
dia memberikan intruksi untuk melompat pagar belakang sekolah. Tentu saja hal
itu bukanlah hal yang sulit bagiku. Dengan sekali lompatan aku berhasil sampai
di atas tembok.
“Cepat turun”
lagi-lagi Sehun memberikan instruksinya padaku, dia mengulurkan tangannya
bermaksud membantuku turun.
“Sebentar crewet!”
aku melihat kanan-kiri, takut ada yang melihat kami, walaupun sebenarnya kabur
dari sekolah adalah bukan hal yang aneh bagiku karena selama di Jepang aku
sudah sering melakukan hal ini.
“Yak!! Cepat,!”
“Iya crewet!” dan
HAP...aku melompat turun dan Sraaakk...
“YAA.....!!!” aku
sedikit berteriak,
BRUKKK...
Sial, kenapa bisa
ada kaleng soft drink disini? Dan ini yang membuat ku berada di posisi yang
sungguh menjijikan.
“Euhm...aiko, apa
kau memakai bra yang berbusa?” ucap Sehun tanpa dosa.
“YAK..!!! namja
mesum,,singkirkan tanganmu!” aku memukul tangan Sehun yang entahlah sengaja
atau tidak, dia...bagaimana aku harus menjelaskannya, tangannya tepat berada di
bagian terlarang untuk di sentuh.
“Tapi tadi itu
terasa sangat empuk” lagi, dia mengucapkan hal itu..dan BUK...
Aku melayangkan
bogem mentahku kearahnya, tapi sepertinya aku mengambil tindakkan yang salah.
Dia berhasil menahannya.
“Kau mau apa hmm?”
ucapnya merayu.
“Rasakan ini namja
mesum!” aku menginjak kakinya sekeras mungkin.
“Yak...Aiko kau
kejam sekali!” dia mengikutiku dengan langkah pincangnya.
Sepanjang
perjalanan aku dan Sehun hanya terdiam, tak ada sepatah katapun yang terlontar,
entahlah. Mungkin karena kejadian tadi, aku sedikit malu dan kesal padanya.
“Nah kita sudah
sampai” ucapnya bangga saat keluar dari bus, tapi memang tempat ini sangat
ramai, dan sepertinya menarik bagiku.
Kami menyusuri
jalanan yang bisa dikatakan seperti pasar, banyak pernak-pernik lucu yang
dijual disana, ah jangan lupakan hal ini, di jalanan ini juga banya penjual
makanan dan sepertinya tempat ini akan menjadi tempat favoritku selanjutnya
setelah Myeongdong.
“Aiko, kau masih
ingat bentuk piguranya kan?” tanya Sehun
“Eumm, aku ingat, euhmmmm...”
aku berpikir sambil melihat pigura yang di pajang di toko ini, berharap aku
bisa menemukan salah satu diantara sekian pigura yang dipajang.
“Ah...itu, itu
piguranya Sehun-ah” ucapku girang karena berhasil menemukan pigura untuk
mengganti pigura yang kami pecahkan. Dan karena rasa senang itulah aku tak
sengaja menarik-narik tangan Sehun layaknya seorang anak yang berhasil
menemukan mainan yang dicarinya.
“Ahjussi tolong
bungkuskan itu dan tolong kirimkan ke alamat ini” ucap Sehun sambil menyodorkan
secarik kertas kepada ahjussi penjaga toko.
Setelah membereskan
masalah pigura pengganti, kami memilih untuk menfaatkan kesempatan kali ini
untuk jalan-jalan, ya anggap saja ini sebagai waktu untuk refreshing.
“Sehun-ah aku mau
itu” aku menunjuk kedai jajanan kaki lima.
“Kau lapar?”
tanyanya
“eummm” aku
mengangguk dan tanpa menunggu persetujuan darinya aku langsung berjalan
menghampiri kedai yang ku maksud.
“Yak Aiko...!
Aish...yeoja ini benar-benar membuatku gila!” aku tak mempedulikan omelan
Sehun, kali ini aku benar-benar lapar.
Aku mengambil
beberapa odeng, dan langsung ku lahap habis. Aku tak ingin kehilanagan
kesempatan berharga ini. Bisa menjalani kehidupan layaknnya yeoja normal
seusiaku, jalan-jalan, shopping, sekolah, dan bukannya berkutat dengan beraneka
ragam senjata, menjalankan misi berbahaya. Yah, apa boleh buat, Aiko tetaplah
Aiko, putri seorang mafia, yang mempunyai darah pembunuh berdarah dingin.
Selesai makan, kami
melanjutkan kembali acara jalan-jalan kami. Menyususri setiap toko dan kedai
yang berada dijalanan ini. Entah sudah berapa jauh kami melangkah, tak ada
tujuan pasti, kami hanya mengikuti kaki ini melangkah.
“Hyun Woo-ya, apa
kau bisa mendapatkan boneka itu untukku?” aku melihat seorang gadis cilik
merengek kepada temannya, mungkin itu kekasihnya. Lucu bukan, masih kecil
mereka sudah mengenal cinta.
“Eumm, tentu saja”
jawab si namja cilik.
Dor...dor...dor...entah
berapa kali dia mencoba menembak sasaran tapi hasilnya tetap sama, semuanya
meleset, dan akhirnya si gadis cilikpun menangis.
“Uljima, Jin
Yi-ah,aku akan berusaha lagi, tapi besok, uangku sudah habis” ucap si namja
kecil.
“HUWEEEEE.....tapi
aku ingin itu Hyun Woo-ya, aku ingin boneka teddy bear itu...” tangis gadis
cilik itu semakin menjadi. Merasa kasihan aku menghampirinya.
“Kau kenapa
cantik?” aku mendekatinya, menghapus airmatanya.
“Tak apa noona”
hibur sang namja cilik
“Hyun Woo tidak
bisa memberikanku boneka itu eonni, Hiks...hiks..hiks...”
“Gwenchana, lihat
eonni ne” aku berdiri, dan memberikan
uang kepada ahjussi penjaga permainan itu.
Dor...dor...dor...aku
menembak tepat sasaran, tapi tunggu dulu spertinya ada orang lain yang juga
ikut menembak.
“Kau” aku menoleh
ke samping kanan, dan aku mendapati aSehun yang juga sedang menembak
“Hehehehe...” dia
menunjukkan senyum kudanya,” tak apakan kalau aku ikut bermain?”
“Tsk..” aku
berdecak sebal.
Kami saling beradu,
mendapatkan poin untuk mempertahankan gengsi kami dihadapan kedua bocah yang
kini sedang menyaksikan pertandingan ini.
“Woaahhh....eonni
kau sangat hebat” puji si gadis cilik.
“Hyung, kau sangat
keren” puji si namja cilik itu, dan kupastikan kepala si Sehun semakin membesar.
“Nah ini hadiah
untuk kalian” ucap ahjussi sambil menyodorkan sebuah boneka teddy bear ukuran
jumbo dan juga sebuah mobil remote control.
“Gamsahamnida “ aku
membungkuk berterimakasih.
“Ini untuk kalian”
aku dan Sehun memberikan hadiah itu kepada kedua bocah tadi. Ku lihat mereka
tersenyum senang.
“Kalau boleh tahu
siapa nama kalian?” ucap Sehun,
“Aku Hyun Woo, dan
dia Jin Yi” jelas namja cilik yang bernama Hyun Woo
“Oh Hyun Woo-ya,
jaga Jin Yi baik-baik ya” ucap Sehun sambil menacak pucuk Hyun Woo. Dia
tersenyum melihat tingkah polos mereka.
“Eonni pergi dulu
ne, kalian berhati-hatilah, dan cepat temuai orang tua kalian, kasihan mereka, pasti
sekarang mereka sedang menari kalian.” Aku pamit kepada mereka.
Kami kembali
melanjutkan perjalanan. Keluar masuk toko hanya untuk melihat-lihat. Tak jarang
mereka yang melihat kami mengira bahwa kami adalah sepasang kekasih. Bagamaian
tidak, lihat saja penampilan kami, masih memakai seragam sekolah, dan
berkeliaran di saat jam sekolah, mereka pasti berpikiran kalau kami adalah
sepasang kekasih yang kabur dari sekolah hanya untuk berkencan.
“Cantik” langkahku
terhenti ketika melihat sebuak kalung dengan bandul berbentuk bulan dan
bintang.
“Agasshi, lihatlah
ini sangat cantik bukan, aku yakin ini sangat cocok untukmu” ahjumma penjual
kalung itu mulai merayuku.
“Kalau kau mau
ambilah” tawar Sehun.
“Tidak terimakasih,
lain kali saja” tolakku halus.
Kaki kami kembali
meyususri jalanan. Kami lebih banyak diam dan berkutat dengan pikiran
masing-masing. Sedikit sekali ucapan yang terlontar dari mulut kami.
“Aiko, aku rasa
kita sedang dibuntuti” Sehun menarik tanganku untuk berjalan lebih cepat. Aku
terpaksa mengikutinya tanpa melepas tautan tangan kami. Nyaman, entah mengapa
aku merasa nyaman dan aman ketika Sehun menggenggam tanganku. Kami memasukki
sebuah pusat perbelanjaan utnuk mengecoh penguntit kami.
“Pakai ini” dia
memakaikan topinya padaku, wajahnya, wajahnya hanya berjarak beebrapa centi
dari wajahku, tampan. Hal itulah yang terlintas di benakku.
“Sial...!” dia
nampak begitu kesal “Aiko, bisakah kau mematikan gps ponselmu?” dia menyuruhku
untuk mematikan gps ponselku, dan aku seolah terhipnotis hanya bisa
menurutinya.
“Sudah?” dia
kembali bertanya, dan aku menjawabnya dengan anggukan. “kalau begitu siapkan
tenagamu, karena aku yakin kita akan bermaraton ria kali ini, kajja”
Kembali Sehun
menarik tanganku untuk berlari. Dia menggenggam tanganku sangat erat seakan tak
mau aku tertinggal, dia bersikap sangat sangat ingin melindungiku dari bahaya.
Kami terus berlalri menghindari kejaran orang-orang berpakaian hitam yang
sedari menguntiti kami.
Sehun, apa aku mulai mencintaimu?
TBC (Again) ya readers,,,hehehehe....
Author udah capek ngetiknya. Bagaimana? Jelek ya
ceritanya? Mononton banget ya?, kasih komennya ya, dan likenya jangan lupa, di
tunggu part selanjutnya ya...?!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar