Senin, 05 Oktober 2015

UNDER THE MOONLIGHT (Part 6)



UNDER THE MOONLIGHT (Part 6)

Author : Yeonhwa
Genre : Action gagal, romance gaje
Rate : RBO (Rate apaan tuh?)
Main Cast : Kim Joon Myeon, Xi Luhan, Oh Sehun, Kim Aiko (OC/ as You)

Annyeong readers, author datang lagi dengan kelanjutan dari ff abal-abal yang sebelumnya udah pernah dipost. Maaf kalau author telat ngasih sequelnya, soalnya kerjaan lagi menumpuk. Sekali lagi FF Ini murni dari hasil pemikiran author sendiri yang lagi iseng gara-gara ketagihan nonton film action.

Hati-hati ada typo yang bergentayangan dan ada beberapa kata-kata kasar serta adegan-adegan yang sebaiknya jangan ditiru ya....

Happy reading dan jangan lupa RCL... ^^

Sehun POV
“Biarkan saja” ucapku enteng.

“Tapi bagaimana kalau...”

“SSttt...apa kau tak percaya denganku?” aku membungkam mulut mungil Aiko. Aku mulai bisa mendekatinya sedikit demi sedikit, dan kini aku sudah tahu bahwa di balik sifatnya yang dingin dia juga mempunyai sifat yang sama seperti gadis seusianya, manja bahkan kekanak-kanakkan.

Ini memang kesalahanku dan Aiko, kami terlalu ceroboh, kami asik berlatih pedang, sampai kami lupa kalau kami sedang berlatih bukan pada tempat yang tepat. Tepatnya kami berlatih di ruang tari dan


“AHHH.....OMOO...!!!!” pekik Hye Rin. Refleks kami mengalihkan pandangan kami.

“Apa yang kalian lakukan?” tanyanya lagi

Aku dan Aiko menggeleng kompak, mengisyaratkan bahwa ini bukan hal yang disengaja.

“Bukan itu, maksudku itu? Apa kalian...eumm...” Hye Rin menunjuk ke arah tangan kami.

“Ah...anniya...jangan salah...”

“euhmm...itu...aku...”

Dan skakmat, aku dan Aiko benar-benar kehabisan kata-kata. Kali ini Hye Rin kembali menemukan fakta yang memperkuat gosip yang beredar di sekolahan. Gosip bahwa Oh Sehun menjalin kasih dengan yeoja dingin bernama Kim Aiko, memang berita itu membuatku sedikit risih tapi mau bagaimana lagi, ini adalah tuntutan profesi, sekali lagi, ini adalah tuntutan tugas, dan mau tak mau aku harus menjalaninya.

“Ini bukan seperti yang kau pikirkan Hye Rin-ah” Aiko bersikeras menyakinkan Hye Rin.

“Ah...kalau memang benar juga tak apa” kali ini Hye Rin malah meledek kami.

“SSSttt,,,kau ini” aku mengancam Hye Rin dengan bogemku.

“Yak...Aiko, jangan mau berpacaran dengan dia, lihatlah dia sungguh kejam terhadap wanita” Hye Rin mulai mengelak.

“Sudahlah, Sehun-ah, bagaimana ini?” dia menunjuk ke pecahan bingkai foto mendiang kepala sekolah kami yang terdahulu, dan beliau adalah wanita yang sangat mencintai seni tari, dan beliau juga yang medirikan ruang latihan ini.

“Tenanglah,,,emm,apa kau ingat bentuk dari bingkainya?”

“Ya, aku ingat, wae?”

“Setelah membereskan ini, kau ikut aku, kita harus menggantinya”

“Tapi setelah ini ada kelas kim seosangnim” ucap Hye Rin.

“Sudahlah ikut saja, dan kau Hye Rin, tolong jangan katakan kepada siapapun kalau kami membolos ne, katakan saja kalau kami sakit, dan sedang istirahat di ruang kesehatan,arasso?!” aku mendelik ke arah Hye Rin, dan dia hanya bisa mengangguk setuju.

“Gurae, kajja” Aku langsung menarik tangan Aiko pergi.

“Ya....bagaimana dengan ini?” Hye Rin berteriak

“Kau bereskan sisanya ne...” aku memberikan kode bling pada Hye Rin.

“YA.....!!!” aku mendengar jerit kesalnya, dan aku tak mepedulikannya.

Luhan POV

“Lay-ah, kau yakin?” tanyaku,

“Aku yakin, aku percaya bahwa dia bukanlah orang yang berbahaya, malah justru sebaliknya aku yakin dia adalah korban” ucap Lay, dan kulihat dia sungguh-sungguh dengan pendapatnya.

“Terserah kau lah” aku mengibaskan tangan, aku menyerah, yang bisa kulakukan adalah mencoba percaya pada Lay.

Aku melangkah mengamati sebuah coretan di papan tulis. Entah apa itu, yang pasti hanya Lay yang tahu. Begitu banyak angka dan rumusan kimia serta bentuk molekul, dan sungguh membuatku pusing.

“Kau sedang mengamati apa?” Lay mengagetkanku, dia menyodorkan soft drink, aku menggidikkan bahu, mengarah ke coretan yang dia buat.

“Oh, itu, itu hanya asumsiku saja, aku sedang meneliti bagaimana racun yang digunakan oleh mafia itu bekerja, jika aku bisa menemukan titik lemahnya, bukan tak mungkin kita bisa memecahkan kasus ini bukan?” ucapnya sambil meneguk soft drinknya.

“Euhm, maaf, kalian ini siapa?” seseorang mengagetkan kami.

“Omo...!”

“Kau belum sembuh benar, mengapa kau ada disini?” ucap Lay. Aku mengernyitkan dahi, mengamati namja itu, dari atas hingga bawah, aku rasa dia seorang yang terlatih, buktinya fisiknya saja gegap, dan satu lagi, dia memiliki abs yang lumayan bagus, ototnya juga, mungkin dia rajin berolah raga, atau mungkin...banyak sekali tanda tanya yang menghinggap di benakku.

“Apa yang kau lihat?” Lay membuyarkan semuanya.

“Ah, ngomong-ngomong, siapa namamu, aku Yi Xing, biasa di panggul Lay, dan dia, Luhan,” Lay memperkenalkan diri.

“Ah, Annyeong, namaku Kim Jong In” ucpanya malu-malu.

“ah...Jong Innie,” ucap Lay sok akrab. Sementara aku, aku hanya tersenyum menanggapi perkenalan darinya. Entahlah aku merasa tak asing dengan wajahnya, terutama matanya, tapi ah mengingatnya justru membuatku pusing.

“Hyung....makanannya sudah siap!” teriak Kyung Soo,

“Ye...!” balas Lay, “Kaja kita makan Jong Innie” Lay, dia tak lupa mengajak Jong In, orang asing yang baru saja memasuki rumah kami.

“Ah, kau sudah membaik rupanya” ucap Kyung Soo ramah.

“Ne, gamsahamnida” jawabnya sambil menerima semangkuk nasi dari Kyung Soo.

Aku tak begitu menikmati makan siangku kali ini, entahlah, mungkin pikiran-pikiranku mengenai namja asing yang berada di depanku ini telah menghilangkan selera makanku. Dan aku rasa bukan hanya aku yang merasakan hal seperti itu, aku juga melihat Kyung Soo yang sedari tadi mencuri pandang ke arah namja itu, Kim Jong In.

Aku meletakkan sumpit dan membereskan mangkuk bekas makanku. Sudah menjadi kebiasaan kami jika selesai makan maka kami akan membereskan perkakas  makan kami sendiri.

“Hyung, apa kau merasa tak asing dengan namja yang dibawa oleh Lay?” tanya Kyung Soo.

“Apa kau juga merasakan hal sama?” tanyaku balik,

“Hyung...aku bertanya kepadamu mengapa kau malah berbalik tanya kepadaku?” sedikit kesal Kyung Soo melemparkan spons cuci piringnya ke bak cuci.

“Entahlah, aku juga sedang bertanya-tanya pada diriku sendiri” jawabku sambil mengelap mangkuk-mangkuk yang ku cuci tadi.

“Permisi, di mana saya bisa mencuci semua ini?” ucap Jong In menghentikan percakapan kami.

“Oh, mengapa kau bawa semuanya? Letakkan saja disitu, nanti biar aku cuci” ucap Kyung Soo. Aku pergi meninggalkan dapur, aku tak ingin semakin berpasangka yang tidak-tidak terhadap namja itu, karena jika aku bersama namja itu maka pertanyaan-pertanyaan aneh mngenai namja itu muncul begitu saja di benakku dan membuat rasa curigaku semakin besar.

“Eoh...Luhan-ssi” sapa Jong In.

“Jangan panggil aku seformal itu, panggil saja aku hyung atau namaku, Jong Innie” kali ini aku berusaha ramah.

Aiko POV

“Kau mau ajak aku ke mana?” Aku sedikit kesal dengan namja satu ini, Oh Sehun, dia selalu saja hadir di saat yang benar-benar tak ku harapkan.

“Sudahlah, ikuti aku” dia memberikan intruksi untuk melompat pagar belakang sekolah. Tentu saja hal itu bukanlah hal yang sulit bagiku. Dengan sekali lompatan aku berhasil sampai di atas tembok.

“Cepat turun” lagi-lagi Sehun memberikan instruksinya padaku, dia mengulurkan tangannya bermaksud membantuku turun.

“Sebentar crewet!” aku melihat kanan-kiri, takut ada yang melihat kami, walaupun sebenarnya kabur dari sekolah adalah bukan hal yang aneh bagiku karena selama di Jepang aku sudah sering melakukan hal ini.

“Yak!! Cepat,!”

“Iya crewet!” dan HAP...aku melompat turun dan Sraaakk...

“YAA.....!!!” aku sedikit berteriak,

BRUKKK...

Sial, kenapa bisa ada kaleng soft drink disini? Dan ini yang membuat ku berada di posisi yang sungguh menjijikan.

“Euhm...aiko, apa kau memakai bra yang berbusa?” ucap Sehun tanpa dosa.

“YAK..!!! namja mesum,,singkirkan tanganmu!” aku memukul tangan Sehun yang entahlah sengaja atau tidak, dia...bagaimana aku harus menjelaskannya, tangannya tepat berada di bagian terlarang untuk di sentuh.

“Tapi tadi itu terasa sangat empuk” lagi, dia mengucapkan hal itu..dan BUK...

Aku melayangkan bogem mentahku kearahnya, tapi sepertinya aku mengambil tindakkan yang salah. Dia berhasil menahannya.

“Kau mau apa hmm?” ucapnya merayu.

“Rasakan ini namja mesum!” aku menginjak kakinya sekeras mungkin.

“Yak...Aiko kau kejam sekali!” dia mengikutiku dengan langkah pincangnya.

Sepanjang perjalanan aku dan Sehun hanya terdiam, tak ada sepatah katapun yang terlontar, entahlah. Mungkin karena kejadian tadi, aku sedikit malu dan kesal padanya.

“Nah kita sudah sampai” ucapnya bangga saat keluar dari bus, tapi memang tempat ini sangat ramai, dan sepertinya menarik bagiku.

Kami menyusuri jalanan yang bisa dikatakan seperti pasar, banyak pernak-pernik lucu yang dijual disana, ah jangan lupakan hal ini, di jalanan ini juga banya penjual makanan dan sepertinya tempat ini akan menjadi tempat favoritku selanjutnya setelah Myeongdong.

“Aiko, kau masih ingat bentuk piguranya kan?”  tanya Sehun

“Eumm, aku ingat, euhmmmm...” aku berpikir sambil melihat pigura yang di pajang di toko ini, berharap aku bisa menemukan salah satu diantara sekian pigura yang dipajang.

“Ah...itu, itu piguranya Sehun-ah” ucapku girang karena berhasil menemukan pigura untuk mengganti pigura yang kami pecahkan. Dan karena rasa senang itulah aku tak sengaja menarik-narik tangan Sehun layaknya seorang anak yang berhasil menemukan mainan yang dicarinya.

“Ahjussi tolong bungkuskan itu dan tolong kirimkan ke alamat ini” ucap Sehun sambil menyodorkan secarik kertas kepada ahjussi penjaga toko.

Setelah membereskan masalah pigura pengganti, kami memilih untuk menfaatkan kesempatan kali ini untuk jalan-jalan, ya anggap saja ini sebagai waktu untuk refreshing.

“Sehun-ah aku mau itu” aku menunjuk kedai jajanan kaki lima.

“Kau lapar?” tanyanya

“eummm” aku mengangguk dan tanpa menunggu persetujuan darinya aku langsung berjalan menghampiri kedai yang ku maksud.

“Yak Aiko...! Aish...yeoja ini benar-benar membuatku gila!” aku tak mempedulikan omelan Sehun, kali  ini aku benar-benar lapar.

Aku mengambil beberapa odeng, dan langsung ku lahap habis. Aku tak ingin kehilanagan kesempatan berharga ini. Bisa menjalani kehidupan layaknnya yeoja normal seusiaku, jalan-jalan, shopping, sekolah, dan bukannya berkutat dengan beraneka ragam senjata, menjalankan misi berbahaya. Yah, apa boleh buat, Aiko tetaplah Aiko, putri seorang mafia, yang mempunyai darah pembunuh berdarah dingin.

Selesai makan, kami melanjutkan kembali acara jalan-jalan kami. Menyususri setiap toko dan kedai yang berada dijalanan ini. Entah sudah berapa jauh kami melangkah, tak ada tujuan pasti, kami hanya mengikuti kaki ini melangkah.

“Hyun Woo-ya, apa kau bisa mendapatkan boneka itu untukku?” aku melihat seorang gadis cilik merengek kepada temannya, mungkin itu kekasihnya. Lucu bukan, masih kecil mereka sudah mengenal cinta.

“Eumm, tentu saja” jawab si namja cilik.

Dor...dor...dor...entah berapa kali dia mencoba menembak sasaran tapi hasilnya tetap sama, semuanya meleset, dan akhirnya si gadis cilikpun menangis.

“Uljima, Jin Yi-ah,aku akan berusaha lagi, tapi besok, uangku sudah habis” ucap si namja kecil.

“HUWEEEEE.....tapi aku ingin itu Hyun Woo-ya, aku ingin boneka teddy bear itu...” tangis gadis cilik itu semakin menjadi. Merasa kasihan aku menghampirinya.

“Kau kenapa cantik?” aku mendekatinya, menghapus airmatanya.

“Tak apa noona” hibur sang namja cilik

“Hyun Woo tidak bisa memberikanku boneka itu eonni, Hiks...hiks..hiks...”

“Gwenchana, lihat eonni ne”  aku berdiri, dan memberikan uang kepada ahjussi penjaga permainan itu.

Dor...dor...dor...aku menembak tepat sasaran, tapi tunggu dulu spertinya ada orang lain yang juga ikut menembak.

“Kau” aku menoleh ke samping kanan, dan aku mendapati aSehun yang juga sedang menembak

“Hehehehe...” dia menunjukkan senyum kudanya,” tak apakan kalau aku ikut bermain?”

“Tsk..” aku berdecak sebal.

Kami saling beradu, mendapatkan poin untuk mempertahankan gengsi kami dihadapan kedua bocah yang kini sedang menyaksikan pertandingan ini.

“Woaahhh....eonni kau sangat hebat” puji si gadis cilik.

“Hyung, kau sangat keren” puji si namja cilik itu, dan kupastikan kepala si Sehun semakin membesar.

“Nah ini hadiah untuk kalian” ucap ahjussi sambil menyodorkan sebuah boneka teddy bear ukuran jumbo dan juga sebuah mobil remote control.

“Gamsahamnida “ aku membungkuk berterimakasih.

“Ini untuk kalian” aku dan Sehun memberikan hadiah itu kepada kedua bocah tadi. Ku lihat mereka tersenyum senang.

“Kalau boleh tahu siapa nama kalian?” ucap Sehun,


“Aku Hyun Woo, dan dia Jin Yi” jelas namja cilik yang bernama Hyun Woo

“Oh Hyun Woo-ya, jaga Jin Yi baik-baik ya” ucap Sehun sambil menacak pucuk Hyun Woo. Dia tersenyum melihat tingkah polos mereka.

“Eonni pergi dulu ne, kalian berhati-hatilah, dan cepat temuai orang tua kalian, kasihan mereka, pasti sekarang mereka sedang menari kalian.” Aku pamit kepada mereka.

Kami kembali melanjutkan perjalanan. Keluar masuk toko hanya untuk melihat-lihat. Tak jarang mereka yang melihat kami mengira bahwa kami adalah sepasang kekasih. Bagamaian tidak, lihat saja penampilan kami, masih memakai seragam sekolah, dan berkeliaran di saat jam sekolah, mereka pasti berpikiran kalau kami adalah sepasang kekasih yang kabur dari sekolah hanya untuk berkencan.

“Cantik” langkahku terhenti ketika melihat sebuak kalung dengan bandul berbentuk bulan dan bintang.

“Agasshi, lihatlah ini sangat cantik bukan, aku yakin ini sangat cocok untukmu” ahjumma penjual kalung itu mulai merayuku.

“Kalau kau mau ambilah” tawar Sehun.

“Tidak terimakasih, lain kali saja” tolakku halus.

Kaki kami kembali meyususri jalanan. Kami lebih banyak diam dan berkutat dengan pikiran masing-masing. Sedikit sekali ucapan yang terlontar dari mulut kami.

“Aiko, aku rasa kita sedang dibuntuti” Sehun menarik tanganku untuk berjalan lebih cepat. Aku terpaksa mengikutinya tanpa melepas tautan tangan kami. Nyaman, entah mengapa aku merasa nyaman dan aman ketika Sehun menggenggam tanganku. Kami memasukki sebuah pusat perbelanjaan utnuk mengecoh penguntit kami.

“Pakai ini” dia memakaikan topinya padaku, wajahnya, wajahnya hanya berjarak beebrapa centi dari wajahku, tampan. Hal itulah yang terlintas di benakku.

“Sial...!” dia nampak begitu kesal “Aiko, bisakah kau mematikan gps ponselmu?” dia menyuruhku untuk mematikan gps ponselku, dan aku seolah terhipnotis hanya bisa menurutinya.

“Sudah?” dia kembali bertanya, dan aku menjawabnya dengan anggukan. “kalau begitu siapkan tenagamu, karena aku yakin kita akan bermaraton ria kali ini, kajja”

Kembali Sehun menarik tanganku untuk berlari. Dia menggenggam tanganku sangat erat seakan tak mau aku tertinggal, dia bersikap sangat sangat ingin melindungiku dari bahaya. Kami terus berlalri menghindari kejaran orang-orang berpakaian hitam yang sedari menguntiti kami.

Sehun, apa aku mulai mencintaimu?

TBC (Again) ya readers,,,hehehehe....
Author udah capek ngetiknya. Bagaimana? Jelek ya ceritanya? Mononton banget ya?, kasih komennya ya, dan likenya jangan lupa, di tunggu part selanjutnya ya...?!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar